Share

Bab 4

Author: Nina
Aku membereskan satu per satu barang yang diberikan Lorenzo padaku selama belasan tahun ini.

Kalung ini adalah hadiah ulang tahunku yang ke-18 darinya. Setelah kupakai ke sekolah sekali, tak lama kemudian kulihat Chloe mengenakan kalung yang persis sama di lehernya.

Dengan malu-malu dia berkata, "Renzo bilang, kalau orang lain punya, aku juga akan punya ...."

Boneka beruang edisi terbatas itu hanya tersisa kotaknya saja. Lorenzo mengambil bonekanya dan berkata dia menyukai aroma parfumku yang menempel di atasnya.

Namun keesokan harinya, aku melihat boneka itu ada di tempat duduk Chloe.

Masih ada juga sepatu hak tinggiku dari upacara kedewasaan, sepotong aromaterapi berwarna biru dongker ....

Ternyata semua yang kukira hanya aku yang mendapatkannya secara istimewa, sejak lama sudah diberikan Lorenzo kepada orang lain dengan porsi yang sama.

Bahkan tidak seimbang.

Aku teringat bagaimana Lorenzo begitu melindungi Chloe, memanjakannya tanpa batas.

Sudut bibirku terangkat membentuk senyum mengejek.

Kalau begitu, barang-barang ini memang tidak perlu ada.

Aku memesan tiket pesawat untuk esok hari, bersiap menenangkan diri melewati malam terakhir.

Pukul dua dini hari, aku justru terbangun oleh dering telepon.

Dengan setengah sadar aku menekan tombol jawab, tetapi di ujung telepon di sana tetap sunyi. Saat aku hendak menutup telepon, suara Lorenzo terdengar, "Aurel, maafkan aku."

Otakku langsung jernih. Jika dia berniat mengatakan yang sebenarnya ....

Lorenzo berkata dengan suara dalam, "Chloe melukai dirinya sendiri. Aku nggak bisa meninggalkan dia sendirian, jadi aku akan menunda sementara aplikasi perpindahan sekolahku ...."

Hati yang tadi tergantung tinggi jatuh menghantam tanah, memalukan dan menyedihkan.

Aku tiba-tiba sangat ingin bertanya pada Lorenzo, jadi semua luka yang kuterima karena kamu pura-pura ditindas itu dianggap apa?

Suara Lorenzo masih berlanjut, "Ucapkan maaf, ya."

Aku ragu apakah aku salah dengar. "Kamu bilang apa?"

Suara Lorenzo terdengar tegas, "Aurelia, kamu memang harus minta maaf pada Chloe."

"Kamu berani bilang tindakan Chloe melukai dirinya sendiri itu nggak ada hubungannya denganmu?"

Aku tiba-tiba kehilangan kata-kata.

Karena aku sadar, selama ada Chloe, setiap kata yang keluar dari mulutku selalu salah.

Lorenzo kembali bicara, suaranya bagaikan ditempa es, "Aurelia, kamu benar-benar mengecewakan diriku."

"Asal kamu minta maaf, aku bisa menganggap seolah nggak ada apa-apa yang terjadi. Dua bulan lagi aku akan menemanimu ke sekolah baru."

"Kamu sungguh mau sebegitu keras kepala, mengabaikan hubungan bertahun-tahun kita?"

Aku mendengar ancaman dalam kata-katanya.

Namun aku tidak lagi merasa tidak rela atau sedih, hanya merasa muak.

Aku segera menutup telepon, memblokirnya, dan menghapus nomornya.

Aku benar-benar menantikan penerbangan besok.

Pemandangan negeri asing membuatku merasa segar. Koperku diambil seseorang.

Aku mendongak dan bertemu tatapan dengan putra kandung Keluarga Surya. "Aurelia, lama tak berjumpa."

Aku mengulurkan tangan, tersenyum lembut. "Lama tak berjumpa, Yustian."

Nada dering ponsel memotong sapaan kami.

Kuusap layar, dan mendapati nomor teman Lorenzo.

Dengan bingung aku menjawab, dan suara Lorenzo terdengar, samar-samar tersirat nada cemas.

"Aurel, kamu pindah ke kelas berapa di SMA I?"

"Kenapa semua anak di setiap kelas bilang mereka belum pernah melihatmu?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kebohongan Sahabat Masa Kecilku   Bab 10

    Kerja sama antara Keluarga Duran dan Keluarga Shenas berjalan stabil.Tiga tahun kemudian, aku dan Yustian menikah.Lokasi pernikahan dipilih di sebuah kota kecil bergaya retro di luar negeri, di mana setiap rumah menggantung lonceng angin berwarna-warni.Saat angin sepoi berembus, terdengar bunyi denting yang jernih, seolah-olah rangkaian doa yang tulus.Saat acara hampir selesai, aku menerima sebuah hadiah ucapan selamat.Tidak dituliskan nama, tetapi cap Keluarga Surya di kotaknya membuat semua orang segera tahu.Sebenarnya setelah Yustian resmi mengambil alih Keluarga Shenas, dia melakukan penekanan menyeluruh dan intens terhadap Keluarga Surya.Jika sebelumnya Keluarga Surya yang kehilangan Bu Sarah sudah seperti bangunan besar yang hampir roboh.Maka setelah "dirapikan" oleh Yustian, yang tersisa dari Keluarga Surya hanyalah puing-puing batu bata.Keluarga yang mengkhianati ibunya, Yustian tidak akan melepaskannya.Aku tanpa ragu memilih bekerja sama, bahkan memperparah pukulanny

  • Kebohongan Sahabat Masa Kecilku   Bab 9

    Ketika keluar dari kantor polisi setelah membuat berita acara, hari sudah sangat larut, aku segera membawa Yustian pulang ke rumahku.Keesokan paginya saat membuka mata, sarapan sudah tersaji di depan.Aku bersandar pada kusen pintu, menatap dirinya yang sedang serius mencuci peralatan makan. "Begitu rajin?""Belum punya status resmi, jadi harus rajin sedikit supaya tinggalkan kesan baik di hati pasanganku.""Kalau dia marah dan nggak mau lagi padaku, bagaimana?"Yustian menggesek ujung hidungku, setengah bercanda setengah mengeluh.Aku tak berdaya, teringat ekspresi teman-temanku tadi malam yang menatap Yustian dengan rasa ingin tahu yang tanpa disembunyikan.Sambil santai bermain ponsel, pandanganku jatuh pada sebuah berita, lalu aku tertawa."Mau status resmi? Nah, ini dia datang."Judul berita yang meroket ke daftar trending ditulis dengan huruf tebal."Ahli Waris Keluarga Duran Berperilaku Tidak Senonoh, Menggoda Suami Orang.""Ahli Waris Keluarga Duran Hidupnya Kacau, Membawa Pri

  • Kebohongan Sahabat Masa Kecilku   Bab 8

    Aku kembali bertemu Lorenzo di pesta penyambutan yang disiapkan teman-temanku.Semua sudah dewasa, topik obrolan dalam lingkaran sosial perlahan bergeser ke urusan bisnis masing-masing.Cahaya lampu yang lembut, minuman beralkohol dengan rasa sedikit manis, suasananya memang terasa nyaman.Aku tidak tahan dan tinggal sedikit lebih lama, lalu tiba-tiba masuk seorang tamu tak diundang.Suasana di dalam ruang VIP terasa keheningan aneh sesaat.Temanku menarik sudut bajuku, berbisik, "Aurel, nggak ada yang mengundang dia."Aku mengangguk, tentu saja aku tahu.Temanku menghela napas lega, nada suaranya penuh rasa muak. "Pasangan itu sekarang dianggap hama di lingkaran sosial. Keluarganya jatuh bangkrut sudah cukup parah, tapi sifat mereka juga buruk.""Apalagi Chloe, melihat Lorenzo seperti melihat makanan lezat. Semua perempuan dia curigai."Aku miringkan kepala, dan benar saja, di belakang Lorenzo, Chloe mengikuti.Melihatku menoleh pada mereka, Chloe tanpa sadar menciut ketakutan, lalu k

  • Kebohongan Sahabat Masa Kecilku   Bab 7

    Kantor pusat perusahaan ada di kota ini, jadi aku langsung menyetir pulang untuk mengambil dokumen.Demi membuatku tinggal dengan nyaman, ibuku dulu membeli vila kecil dengan taman.Aku membuka gerbang, tetapi saat memasukkan sandi pintu aku hampir terkejut.Di koridor dekat pintu ternyata ada seseorang yang sedang duduk.Dia menoleh, dan yang terlihat adalah sepasang mata yang memerah.Aku mengernyit. "Lorenzo? Bagaimana kamu bisa masuk?"Tiba-tiba aku melihat lututnya yang memar kebiruan, alisku mengerut makin dalam. "Kamu memanjat gerbang untuk masuk ke rumahku? Ada apa?"Dia yang sejak tadi diam saja menatapku tanpa berkedip, lalu tiba-tiba berkata, "Aurel, kamu kurusan."Aku tidak mengerti apa maksud basa-basi aneh itu, segera berbalik hendak pergi.Namun dia tiba-tiba menerjang dan memelukku begitu kuat, seolah ingin menghancurkan lenganku.Untungnya latihan yang aku jalani bukan cuma gaya-gayaan. Aku menepisnya, lalu dengan jijik menyeka lenganku."Lorenzo, jaga sikap."Dia tert

  • Kebohongan Sahabat Masa Kecilku   Bab 6

    Setelah pesta pertunangan, keluarga mengatur agar aku magang di perusahaan dalam negeri.Ibuku membayangkan masa depan. "Nanti kalian berdua urus rumah, aku dan Bu Sarah yang urus bisnis."Ayahku berkata dengan lembut, meminta aku menjaga ibuku, jangan sampai dibawa kabur Bu Sarah.Dengan semua harapan itu, aku tak bisa menahan tawa saat naik pesawat pulang ke negara asal.Saat mengantar aku ke pesawat, Yustian mengeluarkan salah satu lonceng kecil dari rangkaian lonceng angin dan meletakkan ke telapak tanganku.Di depanku, dia selalu bersikap lembut dan penuh tata krama.Namun dia tetap tidak tahan, menggunakan suara lonceng itu untuk menyampaikan rindunya.Setelah berbulan-bulan berpisah, Kelas 3A, kehidupan di SMA III sudah hanya tinggal kenangan.Saat teman-teman di dalam negeri mengirimkan foto kelulusan yang tidak ada diriku, rasanya seperti melihat kehidupan dari dunia lain.Di foto itu, Lorenzo dan Chloe berdiri berdampingan, memang terlihat cocok.Mataku menyapu wajah keduanya

  • Kebohongan Sahabat Masa Kecilku   Bab 5

    Aku belum sempat berbicara, suara Yustian terdengar, "Aurel, aku duluan ajak kamu mengenal sekolah barumu, boleh?"Ekspresinya polos, seolah hanya sekadar orang baik hati.Suara Lorenzo mendadak meninggi, "Aurel, kamu bersama Yustian?!""Kamu sebenarnya di mana?"Aku menjauhkan ponsel sedikit, untuk pertama kalinya merasa suara Lorenzo sangat berisik."Keberadaanku ada hubungan apa denganmu?"Lorenzo seperti tidak mendengar, suaranya penuh ketidakpercayaan, "Kamu demi ngambek padaku, sampai pergi mencari Yustian?""Demi membuatku marah, bahkan orang rendahan seperti dia pun kamu ...."Melihat kata-katanya makin menjadi-jadi, aku tidak tahan lagi dan membentaknya, "Diam!"Kalimat ini, akhirnya bisa kukembalikan padanya."Jangan hubungi aku lagi. Segala hubungan kita berakhir di sini!"Selesai bicara, aku segera menutup telepon, lalu memblokir dan menghapus nomornya.Dunia kembali tenang. Aku berkata sedikit meminta maaf, "Maaf ya, kamu harus mendengar semua itu."Akan tetapi, Yustian ha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status