Ming Yue melangkah masuk ke dalam toko pakaian Song Dian, sebuah gedung besar bertingkat dua yang terletak di pusat ibu kota. Toko itu terkenal di kalangan bangsawan, bahkan beberapa anggota keluarga kekaisaran pun kerap datang ke sini.
Kain-kain sutra warna-warni bergelantungan di rak, sementara lampion-lampion giok memantulkan cahaya hangat, menambah kesan mewah. Desain pakaian yang dipajang di etalase sungguh indah, memancarkan aura status tinggi bagi pemakainya.
“Xiao Dai, tolong kau pilih juga pakaian musim dingin untuk para pelayan di kediaman kita,” ucap Ming Yue memerintahkan.
Pelayan muda itu menoleh dengan mata berbinar. “Benarkah? Untuk para pelayan juga, Nona?!” suaranya bergetar penuh haru.
“Benar. Hitung saja semuanya dan berikan pada kasir. Aku yang akan membayar,” jawab Ming Yue santai.
Xiao Dai langsung membungkuk, wajahnya penuh rasa syukur. “Baik, terima kasih banyak, Nona!” katanya gembira.
“Pergilah, aku akan melihat pakaian di lantai dua,” tambah Ming Yue.
Pelayan itu mengangguk lalu pergi mencari pakaian untuk rekan pelayannya di kediaman Ming. Sementara itu, Ming Yue menaiki tangga kayu berukir, menuju lantai kedua, yang mana lebih banyak dikunjungi para bangsawan dan anak pejabat.
Namun alih-alih memilih pakaian, Ming Yue justru berjalan lurus menuju meja kasir yang dijaga seorang pelayan wanita yang masih terlihat muda dan bertanya. “Permisi, saya ingin memesan pakaian model ‘She’ sekarang, apa bisa?”
Penjaga kasir bernama Xiao Lin itu tersentak. Tangannya yang sedang menata kertas catatan hampir jatuh. Ia buru-buru menoleh kanan-kiri, memastikan tidak ada telinga asing yang mendengar.
Dengan suara rendah ia berbisik, “N-nona, apa Anda tahu maksud ‘pesanan’ Anda?” tanyanya memastikan.
Ming Yue mengangguk yakin. “Tentu saja, dan aku ingin pesananku selesai sekarang,” desaknya dengan tegas.
Xiao Lin terdiam sesaat, lalu akhirnya mengangguk. “Baiklah. Ikuti saya.”
Tanpa banyak bicara, ia melangkah cepat. Ming Yue mengikutinya melewati deretan rak kain, lalu masuk ke ruang ganti pakaian yang tampak biasa saja. Namun di balik cermin tinggi, terdapat sebuah pintu rahasia. Xiao Lin mendorongnya, memperlihatkan lorong yang cukup panjang.
Lorong itu berkelok-kelok, empat kali belokan yang saling menyerupai. Udara di dalamnya lembap, suara langkah kaki mereka bergema di sepanjang jalan. Ming Yue berusaha menghafal setiap belokan dengan cermat, pikirannya penuh kewaspadaan.
Sampai akhirnya mereka sampai di depan sebuah pintu kayu berwarna biru tua. Xiao Lin berhenti. “Silakan masuk, Nona.” Ia membuka pintu.
Ming Yue melangkah masuk tanpa ragu. Begitu pintu tertutup di belakangnya, ia mendapati dirinya berada di sebuah ruangan mewah yang kontras dengan lorong gelap tadi.
Di tengah ruangan, sebuah meja kayu hitam berukir naga berdiri megah. Di balik meja itu duduk seseorang berjubah hitam, dengan topeng yang menutupi mata hingga dahinya. Sosok itu memancarkan aura misterius dan berbahaya.
“Selamat datang. Silakan duduk, Nona muda Ming,” ucap seorang pria itu menyambutnya dengan santai.
Ming Yue duduk di kursi berhadapannya, sorot matanya menyipit. ‘Kupikir pemimpinnya perempuan. Apakah ingatanku keliru?’ batinnya tertegun.
Orang yang ia temui adalah pemimpin organisasi Song She, jaringan pedagang raksasa yang mendominasi perekonomian kekaisaran, mulai dari pakaian, perhiasan, restoran dan masih banyak lagi. Namun di balik gemerlap bisnisnya, Song She juga menguasai perdagangan informasi, jasa perlindungan, bahkan pembunuhan secara diam-diam.
Di kehidupan sebelumnya, Qiang Yuze berhasil menaklukkan benua berkat dukungan besar dari Song She. Dan kali ini, Ming Yue berniat merebut kekuatan itu terlebih dahulu.
“Bagaimana Anda bisa tahu kode itu, Nona?” tanya pria berjubah hitam itu, suaranya berat namun penuh selidik. “Sangat jarang ada orang yang mengetahuinya.”
Kode yang dimaksud adalah kata ‘She’ yang Ming Yue sebutkan sebelumnya, kata rahasia yang hanya segelintir orang tahu, kunci untuk bisa bertemu langsung dengan pemimpin Song She.
“Kalau kau ingin tahu, buka dulu topengmu. Kau sendiri tahu siapa aku,” jawab Ming Yue dengan penuh percaya diri, menolak untuk menjawab.
Pria itu terdiam sesaat, lalu terdengar tawa kecil dari balik topengnya. “Baiklah, saya tidak akan bertanya lebih jauh. Jadi, ada urusan apa Anda ingin bertemu dengan saya?”
“Sebelumnya, dengan apa aku harus memanggilmu, Tuan pemilik Song She?” Ming Yue balik bertanya.
“Panggil saja saya tuan Song.”
“Baiklah tuan Song, saya kemari ingin mengajukan penawaran.”
“Penawaran apa?” sahut tuan Song sedikit tertarik untuk mendengar.
Ming Yue kemudian mengeluarkan sebuah botol kecil yang ia sembunyikan di balik lengan pakaian, dan meletakkannya di atas meja.
“Ini adalah elixir yang dapat menyembuhkan segala penyakit kronis atau luka. Seseorang yang sekarat pun perlahan bisa pulih dengan adanya benda ini,” ucapnya menjelaskan.
Ruangan mendadak hening. Tuan Song menatap botol itu di balik topengnya, seolah mempertimbangkan. Beberapa saat kemudian ia berkata, “Bagaimana saya bisa percaya? Tidak ada obat yang seperti itu di dunia ini.”
Tanpa memberikan kesempatan untuk protes, Qiang Jun meremas pinggang istrinya dengan cukup kuat hingga gadis itu meringis.“Ahk!”Qiang Jun menyeringai kecil. “Benar, seperti itu. Tapi lebih lembut lagi,” bisiknya.Satu tangan Qiang Jun memeluk pinggang Ming Yue, sementara tangan satunya meraih tiang ranjang dan menggoyangkannya perlahan. Suara berderit kayu pun terdengar, seolah menambah irama palsu dari malam pertama yang tengah dia ciptakan.Ming Yue menahan nafas, wajahnya memerah karena kesal bercampur malu.“H-hentikan, Yang Mulia, apa—” Namun sebelum ia melanjutkan kata-katanya, Qiang Jun menarik tengkuk Ming Yue agar lebih mendekat padanya.“Ada sekretaris Kaisar, utusan Ibu suri dan pelayan Permaisuri di luar, jika kau tak ingin benar-benar melakukannya, kita harus ‘lewati’ malam ini dengan baik, kau paham maksudku kan?” bisik Qiang Jun memberitahu.Ming Yue tercekat, sarulah saat itu ia tersadar. ‘Ah benar, aku lupa,’ pikirnya.Tradisi di keluarga kekaisaran, mereka diam-dia
Iring-iringan pengantin wanita akhirnya tiba di depan Istana Kekaisaran. Para pelayan berbaris rapi di sisi kiri dan kanan, sementara para pejabat serta kerabat istana menundukkan kepala penuh khidmat.Dari dalam tandu, Ming Yue, sang pengantin wanita, akhirnya melangkah turun. Dan di ujung pelataran, pengantin pria sudah menanti. Qiang Jun, duduk tegak di kursi roda, mengenakan pakaian pengantin berwarna merah pekat dengan corak awan keberuntungan.Meski tubuhnya tampak ringkih, wajahnya memancarkan pesona luar biasa, garis wajah yang tegas, serta tatapan mata yang dalam. Sekilas, pria itu benar-benar tampak seperti sosok Pangeran dalam lukisan.Ming Yue terdiam sejenak begitu langkahnya menginjak keluar.‘Terakhir yang kuingat dia seperti orang sakit dan sangat kurus, tapi jika sehat dia memang lebih tampan dari Qiang Yuze,’ pikirnya, dengan jantung berdegup lebih kencang tanpa ia sadari.Qiang Jun mengulurkan tangan. “Selamat datang, istriku,” ucapnya dengan suara berat namun terde
Mendengar hal itu, sudut bibir Ming Yue terangkat membentuk seringai kecil. “Kau bilang apa? Milikmu?”Lao Lan tersentak, baru saat itu ia menyadari kebodohannya sendiri, kata-kata yang harusnya tersembunyi justru meluncur begitu saja.Ming Yue terkekeh, tawanya terdengar meremehkan.“Kau bilang Putra Mahkota milikmu? Jangan terlalu berkhayal, Lao Lan. Hampir semua orang mengagumi Putra Mahkota, sainganmu itu sangat banyak, jadi tidak perlu sekesal ini,” ucapnya, lalu melirik pada Xiao Lin yang masih merias rambutnya. “Benar kan Xiao Lin?”“Betul Nona,” jawab pelayan itu mengangguk, dia menahan senyuman menyadari bagaimana Ming Yue mempermainkan sepupunya.Wajah Lao Lan memerah, bukan karena malu, tapi karena amarah yang memuncak. Tangannya terkepal erat, berusaha menahan diri.“Kalau begitu,” desis Lao Lan. “Kenapa kau tidak memilih Putra Mahkota? Itu kesempatan emas! Kau bisa menjadi Permaisuri di masa depan!”Ming Yue menghela napas pelan, lalu menatapnya datar.“Entahlah, aku tak
Ming Yue teringat di kehidupan sebelumnya, kala itu, Qiang Yuze memang pernah terluka saat menangkap perampok di sebuah toko. Kebetulan Ming Yue sendiri melihat kejadian itu ketika sedang keluar rumah. Para perampok ditangkap, dan Qiang Yuze yang sedang menyamar, akhirnya ketahuan identitasnya oleh prajurit istana.Orang-orang yang menyaksikan langsung terpesona oleh keberaniannya, seorang Putra Mahkota yang rela mempertaruhkan nyawa demi rakyat. Reputasinya pun melambung tinggi.Namun, hanya Ming Yue yang akhirnya tahu kebenarannya. Semua itu hanyalah pencitraan murahan. Perampok yang ditangkap bukanlah penjahat sungguhan, melainkan orang suruhan Qiang Yuze sendiri.Ming Yue di kehidupan lalu yang sudah terlanjur jatuh cinta kepadanya, dengan bodohnya justru membantu mengobati luka Qiang Yuze diam-diam. Di sana rahasianya terbongkar, dan sejak itulah hidupnya terjerat, berakhir di sisi seorang pria yang hanya memanfaatkannya.Ming Yue mengepalkan tangannya erat, hingga buku-buku jari
Hari-hari berlalu, kabar tentang pernikahan Pangeran Kedua dengan putri keluarga Ming menyebar cepat ke setiap sudut kekaisaran.Tiap sudut jalan, kedai teh, hingga rumah pejabat dipenuhi bisik-bisik penuh rasa ingin tahu. Banyak yang terkejut, tak menyangka ada seorang gadis yang bersedia menikah dengan Pangeran yang terkenal cacat dan sangat jarang muncul.Di halaman kediaman Ming, seorang gadis yang tengah jadi perbincangan hangat malah terlihat santai sambil menarik busur di tengah latihannya.“Yue, aku akan bertanya sekali lagi, kau yakin akan menikah dengan Pangeran Kedua? Dia 5 tahun lebih tua darimu,” tanya An Beiye guru bela dirinya. Entah sudah berapa kali pria itu menanyakan hal yang sama.Ming Yue menoleh sekilas, bibirnya melengkung tipis dan menjawab. “Aku yakin, guru. Dan memangnya kenapa usia kami berbeda 5 tahun? Itu hal biasa, sudahlah jangan bertanya lagi.”An Beiye menghela nafas berat. “Kakakmu bahkan masih belum menikah.”Ming Yue menarik anak panah lain dari tab
Beberapa hari berlalu. Di dalam ruang utama kediaman Permaisuri yang luas, dengan pilar merah menjulang dan tirai sutra. Seorang wanita paruh baya mengenakan jubah brokat berhiaskan benang emas. Dialah Permaisuri Yi Ran, wanita anggun yang tengah menikmati teh paginya.Tiba-tiba seorang pelayan perempuan masuk, dia mendekat lalu berbisik pelan. “Yang Mulia, perjodohan Putra Mahkota dibatalkan, Putri keluarga Ming memilih menikah dengan Pangeran kedua.”Cangkir teh hampir terlepas dari tangan Yi Ran. Ia menoleh cepat, matanya yang tajam mendelik penuh rasa terkejut. “Apa? Pangeran kedua? Tapi kenapa?” Pelayan di sampingnya menunduk semakin dalam. “Saya tidak tahu alasannya. Hanya itu yang bisa saya cari tahu.”Yi Ran mendengus keras, wajahnya menegang. Kemudian menyilangkan kedua lengan di dada, tubuhnya dipenuhi aura kemarahan.“Cih! Dasar gadis bodoh! Sia-sia aku menuruti Kaisar hingga menunda pernikahan Putraku, hanya demi memenuhi perjanjian Kaisar terdahulu dengan keluarga Ming.