Share

Bab 18

Sepulang dari tempat Mia, aku tak bisa tidur lelap. Ketiadaan Mas Reza membuatku merasa ada yang kurang. Berulang kali kutatap layar ponsel. Kuambil benda pipih itu, kuusap, lalu kuletakkan lagi. Aku berharap, Mas Reza menghubungi. Namun hingga waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Tak ada lagi panggilan masuk ataupun pesan.

[Mas, kamu nginep lagi di sana, ya?]

Pesan terkirim, tapi tak ada balasan. Bahkan tampak, Mas Reza belum membacanya. Kuhela napas kasar, lalu kusimpan lagi gawai. Kumiringkan posisi tubuh dan menatap karpet tempat Mas Reza berbaring yang kini kosong. Biasanya ketika kuterjaga, aku suka diam-diam mengamati pahatan wajahnya yang kurasa sempurna. Hidung bangir, alis tebal, rambutnya yang agak ikal.

Mas, kamu lagi ngapain sebenernya?

Akhirnya meskipun susah payah, rupanya aku tertidur juga. Pas suara adzan terdengar, aku mengerjap. Biasanya punggung lebar Mas Reza masih terduduk di atas sajadah kulihat. Cuma sekarang gak ada. Biasanya, usai shalat malam, di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
asri mau jd pelakor km jg gitu Rin kewajibanmu belum kau berikan PD reza
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status