Share

Perasaan Aneh

Author: Pena Qalbu
last update Last Updated: 2025-08-10 19:05:55

Selepas membuat jadwal janji temu, Reyhan segera memberikannya pada Abel yang masih berada di luar ruangan. Sebelum memberikan, dia melirik sekilas ke arah Alsya yang bercengkrama dengan pasiennya.

"Abel, ini sudah saya buatkan jadwal untuk janji temu."

Reyhan kembali melirik ke arah Alsya, tanpa disadari, Alsya juga melihat ke arahnya. Tatapan mereka beradu beberapa detik, setelahnya saling memalingkan.

"Oh iya, Dok. Terima kasih."

Karena penasaran dengan gadis yang berada di samping Abel, Reyhan memberanikan diri bertanya kepada Abel. "Oh iya, teman di samping kamu itu, namanya siapa?"

"Namanya Alsya, Dok. Dia keponakan saya."

Ternyata keponakan Abel? Manis, batinnya disertai senyuman kecil, bahkan saking kecilnya, tidak ada yang menyadarinya.

"Cantik," gumamnya pelan lantas pergi begitu saja.

Reyhan sendiri tidak tahu apa yang terjadi padanya. Saat pertama kali bertemu dengan Alsya, dia merasa ada yang berbeda darinya. Entah apa yang berbeda, hatinya pun juga merasakan aneh. Berdebar kencang, apalagi mata hazelnya itu. Semenjak hari itu, pikirannya pun dipenuhi dengan sosok Alsya.

Apa saya sudah memiliki perasaan, kepadanya? Perasaan sejak pertama kali bertemu? Ya Rabb, kasih hamba petunjuk, serta jalan jika memang dia yang terbaik untuk hamba, hamba tidak mau memikirkan seseorang yang belum halal bagi hamba, doa dalam sujud malamnya.

Hari ini, Syifa sedang disibukkan dengan dapur. Mengingat sang kakak serta sahabatnya akan berkunjung ke sini, membuat Syifa harus menyiapkan makanan untuk mereka. Sudah lama Fajar dan Anggra tidak ditemuinya, terhitung semenjak sang umi meninggalkannya 1 tahun yang lalu. Sejak di hari itu, Fajar dan Anggra memutuskan untuk pindah rumah.

Tapi sang mertua tidak mengizinkan, jadinya Fajar memilih tinggal di rumah sang mertua, karena mengingat Anggra anak satu-satunya.

"Bun, besok Paman Fajar dan Tante Anggra menginap di sini, kan?"

"Iya."

"Asik nih."

"Asik gimana sih, Kak? Malas aku, ketemu sama Kak Citra lagi."

"Iqbal, jangan bilang begitu!" tegur Syifa.

"Tahu nih anak. Makanya kalau nggak mau males itu jangan suka berantem mulu sama Kak Citra."

"Serah, dong," tukas Iqbal meninggalkan dapur dengan Mambawa jus melon di tangannya.

"Dasar, Adik nggak tahu diri!"

"Alsyaaa!" tegas Syifa.

"Hehe." Alsya hanya menunjukkan cengiran khas dengan jari yang membentuk peace.

Terik mentari begitu menyengat, sampai-sampai kulit pun terasa terbakar. Teringat bercucuran di balik hijab. Alsya benar-benar gerah, dibuatnya. Apalagi jarak kampus masih jauh. Awalnya Alsya sudah memesan ojek online, tapi entah kenapa tiba-tiba ditolak. Ban mobilnya pun juga tiba-tiba bocor. Akhirnya dengan paksaan Alsya menunggu di halte bus, dan lagi-lagi dia dibuat kecewa karena bis sudah penuh.

Tiin ... Tiin ... Tiin ...

Terdengar klakson mobil dari belakang. "Sya, sini masuk." Dia bersyukur karena bertemu Keysa, kalau tidak, mungkin akan telat lagi ke kampus.

"Kenapa nggak kabari aku aja, sih? Kalau gitu kan aku bisa jemput kamu, Sya. Kenapa sampai jalan kaki juga? Mobilmu mana? Masa sih orang rumah nggak ada yang anterin kamu?" Keysa sangat geram dengan Alsya, bisa-bisanya jalan kaki ke kampus.

"Hehe, aku lupa kalau ada kamu, Key. Biasalah, ban mobil tiba-tiba bocor. Tadinya aku udah pesan ojol, tapi nggak tahu kenapa ditolak gitu aja. Di rumah pun nggak ada yang nganterin, Key. Iqbal juga sudah sekolah dari pagi, sedangkan Ayah dan Bunda ada urusan mendadak."

"Huh, sahabat satu-satunya malah dilupain. Untung sayang, kalau nggak mungkin udah kuhempaskan kamu dari hidupku."

"Ciahh, drama banget sih."

"Kan hidup kita itu emang selalu drama, Sya." Alsya yang mendengarnya pun memutar bola matanya jengah.

Selang beberapa menit, dia ingat seseorang. Seseorang yang tanpa sengaja membuat jatuh hati sejak pandang pertama. Wajah itu selalu memenuhi pikirannya akhir-akhir ini. Apalagi sampai muncul dalam mimpinya. Dan itu membuat dia senyum-senyum sendiri. Sedangkan Keysa yang melihat tingkah Alsya menjadi heran. Karena tidak biasanya Alsya bertingkah seperti itu.

"Kamu kasmaran, Sya?" Alsya yang mendengar pertanyaan Keysa pun membulatkan mata, seraya menatap ke arahnya. Sedangkan yang ditatap pun hanya bisa tertawa lepas melihat wajah Alsya yang secara mendadak berubah menjadi merah.

"Cerita dong, siapa dia?" tanya Keysa sembari menyenggol lengan Alsya dengan bahunya. "Ciee yang kasmaran, cie ...."

"Tau ah." Alsya meninggalkan Keysa sendiri. Keysa pun tertawa lepas, karena bisa menjahili sahabatnya itu.

Kini ruang tamu yang tadinya sepi berubah ramai karena kehadiran beberapa orang. Fajar dan Anggra sudah datang 2 jam yang lalu. Lalu disusul Kevin dan Zahra, tak lupa dengan anak-anak mereka. Seperti biasa, Iqbal dan Citra terus berantem kala disatukan. Citra sendiri merupakan adik kandung dari Tasya, usianya selisih 2 tahun dari Iqbal. Sedangkan Tasya, Abel dan juga Alsya bermain dengan si kembar.

Detik berganti menit, menit berganti jam. Mungkin para orang tua sudah tidur, mengingat sudah malam. Tapi berbeda dengan keempat gadis dan satu lelaki yang masih setia menjaga matanya. Mereka berempat berada di kamar Alsya, dengan ditemani berbagai macam camilan, minuman, dan laptop di depan mereka. Kecuali Iqbal, yang sibuk sendiri dengan ponselnya.

Di kala kesunyian malam menemani mereka, Abel berkata, "Eh, Sya. Kok aku jadi penasaran sih, kenapa waktu itu Dokter Reyhan menanyakan namamu padaku."

Citra, Tasya dan juga Iqbal yang mendengar perkataan Abel mengerutkan kening. Mungkin mereka bertanya-tanya siapa Dokter Reyhan.

"Entah." Hanya itu yang keluar dari mulut Alsya. Dia sendiri juga sebenarnya bingung, mungkin saja cuma ingin tahu namanya.

"Siapa Dokter Reyhan?"

"Apa hubungannya dengan Alsya?"

"Kak, kamu ... diam-diam ada hubungan, dengan Reyhan-Reyhan itu? Kubilangin Ayah baru tahu rasa, kamu, Kak."

Alsya pun membola mendengar perkataan Iqbal. "Jangan macam-macam," titahnya.

"Dokter Reyhan itu Dokter yang menanganiku saat di rumah sakit. Waktu itu aku ajak Alsya, eh nggak taunya dia malah tanya soal nama Alsya. Ya kujawab keponakanku lah."

"Bener, cuma itu aja, Kak?" tanya Citra.

"Iya benar."

Tapi berbeda dengan Tasya, dia menaruh rasa curiga pada Abel. "Bentar, Kakak ngapain ke rumah sakit? Kak Abel sakit? Sakit apa, Kak?"

Abel yang mendengar pertanyaan Tasya pun tenggorokannya terasa tercekat, sekarang. Dibuat menelan ludah saja susah.

"Iya juga ya, apalagi waktu itu Dokter Reyhan pernah memberikan sesuatu, katanya sih jadwal untuk janji temu."

"Janji temu?" beo Tasya. "Kak, jujur deh ke kita. Kakak sakit?"

Ini yang tidak dia suka dari para keponakannya. Dia takut, jika nanti semua terbongkar saat belum waktunya. Hingga pada akhirnya, Abel mengumpulkan keberanian serta tarikan nafas panjang. "Nggak ada apa-apa, Adik-adik kesayanganku. Beneran, Kakak nggak sakit apapun. Kakak juga baik-baik saja. Waktu itu Kakak cuma cek kesehatan saja, soal jadwal janji temu dengan Dokter itu, Kakak cuma mau cek kesehatan yang lain saja. Udah, jangan khawatir. Mending kita lanjut nonton."

"Beneran? Nggak ada yang Kakak sembunyikan dari kita?"

"Nggak ada, Sya," jawab Abel berusaha meyakinkan semuanya. Beruntung semuanya percaya.

Tapi ada salah satu diantara mereka yang masih curiga. Dia belum sepenuhnya percaya pada kakaknya itu.

Akan coba kucari tahu diam-diam, soal Kak Abel. Cuma ada satu orang yang bisa menjawab pertanyaanku, sekarang, batinnya masih menatap dalam Abel dari kejauhan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?    Antara 2 pilihan

    Di kediaman keluarga Mahendra, kini sedang menikmati sarapan pagi. Sebenarnya Reyhan malas sarapan di rumah, tapi karena desakan dari Sandra, akhirnya pun dia menurut. Karena ada sesuatu penting yang akan dikatakan kedua orang tuanya."Reyhan, Ayah mau bicara sesuatu yang penting, denganmu!"Reyhan seolah-olah tahu apa yang akan dibicarakan oleh sang ayah. "Soal lamaran, kan Yah?" tebaknya dengan nafas panjang.Mahendra juga menghela nafas panjang sebelum berbicara. "Rey, soal lamaran itu, kamu lupain saja ya?"Reyhan yang mendengar penuturan sang ayah pun mengerutkan kening. Karena sejak awal mereka bersikukuh menginginkan lamaran itu, tapi sekarang menyuruh melupakan. "Bukankah Ayah dan Bunda yang waktu itu terus menyuruh saya melamar Najma? Kenapa tiba-tiba bilang lupain?"Entah keberapa kalinya, Mahendra menghela nafas berat, tak terkecuali Sandra. "Nak, Najma sudah dilamar lelaki lain. Tadi malam tiba-tiba orang tua Najma telepon Bunda dan bilang begitu.""Mungkin saya dan Najma

  • Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?    2 Hati yang Terluka

    Di kantin kampus, Alsya yang tadinya melamun seketika terkejut karena ulah Keysa yang mengagetkan dari arah belakang. Membuat sang empu menatap kesal. "Kebiasaan, deh." Keysa hanya senyum kecil, tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. "Lagian kenapa sih, melamun mulu? Jangan keseringan melamun, nggak baik, Sya." Alsya memutar bola matanya malas." Aku nggak melamun, cuma bengong aja." Keysa yang mendengarkannya pun seketika menganga, rasanya ingin mencakar-cakar wajah Alsya sekarang juga jika saja dia tidak ingat perempuan yang di hadapannya saat ini masih seorang sahabat. "Sya, kamu pilih deh. Mau ditimpuk sama buku ini atau sama sepatu ini?" Alsya benar-benar senang melihat wajah geram Keysa yang menurutnya lucu. "Nggak ada yang lucu, Sya! Nggak usah ketawa!" "Hehe, maaf deh maaf, lagian sih kamu pakai acara kagetin aku." Keysa tersenyum kecil sambil menunjukkan cengiran serta jari tangan yang berbentuk huruf V. "Salah siapa melamun mulu? Ada apa Sya, coba cerita." Terden

  • Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?    Jodoh siapa yang tahu

    Weekend, hari yang dinanti-nantikan oleh semua orang. Hari ini, Alfin, Alsya, dan Iqbal melakukan jogging berkeliling kompleks. Mereka jogging hanya di waktu libur saja. Ketiganya terlihat bersemangat. "Kenapa berhenti, Kak?" "Duluan saja sama Ayah. Nanti aku nyusul, capek banget, mau istirahat sebentar." Iqbal hanya mengangguk sebagai tanda jawaban. Di satu sisi, Alfin yang tidak melihat Alsya, di samping Iqbal pun mengerutkan kening. "Kakak kamu ke mana, Iqbal?" "Itu Yah, Kak Sya masih di belakang, mau istirahat dulu katanya, capek. Nanti nyusul." "Ya sudah, kita pulang duluan saja. Nanti kabari Kakak kamu jika kita pulang." "Iya, Yah." Hari sudah semakin siang tapi Alsya masih betah duduk di sekitar taman sambil melihat sekitar dengan handset yang masih terpasang di kedua telinga yang tertutup hijab. Alsya sendiri sudah mengabari orang di rumah, kalau akan balik terlambat. Dia tidak mau membuat orang rumah khawatir karenanya. Saat dia tengah asik mengayunkan kedua

  • Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?    Perasaan Aneh

    Selepas membuat jadwal janji temu, Reyhan segera memberikannya pada Abel yang masih berada di luar ruangan. Sebelum memberikan, dia melirik sekilas ke arah Alsya yang bercengkrama dengan pasiennya. "Abel, ini sudah saya buatkan jadwal untuk janji temu." Reyhan kembali melirik ke arah Alsya, tanpa disadari, Alsya juga melihat ke arahnya. Tatapan mereka beradu beberapa detik, setelahnya saling memalingkan. "Oh iya, Dok. Terima kasih." Karena penasaran dengan gadis yang berada di samping Abel, Reyhan memberanikan diri bertanya kepada Abel. "Oh iya, teman di samping kamu itu, namanya siapa?" "Namanya Alsya, Dok. Dia keponakan saya." Ternyata keponakan Abel? Manis, batinnya disertai senyuman kecil, bahkan saking kecilnya, tidak ada yang menyadarinya. "Cantik," gumamnya pelan lantas pergi begitu saja. Reyhan sendiri tidak tahu apa yang terjadi padanya. Saat pertama kali bertemu dengan Alsya, dia merasa ada yang berbeda darinya. Entah apa yang berbeda, hatinya pun juga mera

  • Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?    Pertemuan

    Sesampainya di rumah, Reyhan menyerahkan makanan yang dikasih Najma kepada Sandra. Sebelum bertanya, Reyhan terlebih dulu menjawab, "Itu dari Najma, Bun. Tadi dia kasihkan ke saya." Sandra yang mendengar perkataan Reyhan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Sang anak tidak pernah berubah, terus saja memakai bahasa formal, walau dengan orang tuanya sendiri. "Bisa nggak, itu jangan pakai bahasa formal? Kamu bicara sama Bunda loh, ini. Bukan sama pasien atau teman kamu." "Nggak bisa, Bun. Sudah kebiasaan, ya udah itu makanan Bunda dan Ayah saja yang makan. Saya ke kamar dulu, mau langsung istirahat." Saat mau masuk kamar, teriakan Sandra menghentikannya. "REYHAN, BESOK JANGAN LUPA AJAK NAJMA MAIN KE SINI." Sedangkan Reyhan lagi-lagi hanya menghela nafas panjang. Dia sendiri heran, mengapa orang tuanya bersikukuh ingin menjodohkannya. Memang Najma itu wanita baik, bahkan lulusan ponpes dan soal agama, tidak perlu diragukan lagi. Tapi tetap saja hatinya tidak mencintai Najma.

  • Kemanakah Aku Harus Mencarimu, Mas?    Sakit tak Berdarah

    Apa aku bisa menjadi seperti sosok Fatimah Az-Zahra? itulah yang ada dalam pikiran Alsya. Bahkan tidak pernah dilihat atau melihat seseorang yang bukan mahramnya. Sungguh, dia ingin meneladani sifat beliau. Dia tahu, dosanya terlalu banyak. masih lalai menjalankan perintah-Nya. Tapi semenjak bertemu dengan seseorang, yang telah mengajarkan banyak hal selama ini, menjadikan Alsya terus termotivasi untuk memperbaiki diri. Setiap malam, dia hanya bisa menangis dalam diam. Takut Allah marah, serta murka kepadanya karena selama ini dia masih sering mengejar cinta dunia, bahkan sempat melupakan akhirat. Astaghfirullah, hamba macam apa, aku ini? Seorang gadis berjalan cepat menaiki tangga gedung bertingkat sambil sesekali melirik jam yang melingkar di tangan dengan beberapa buku di genggamannya, apalagi mulutnya komat kamit tidak jelas. Karena masalah ban mobil bocor, membuatnya telat datang ke kampus. Beruntung ada malaikat berbaik hati memberi tumpangan. BRAK Semua orang yang b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status