Share

2) Kecelakaan

Author: Dewi R. Ayu
last update Last Updated: 2024-06-20 22:04:26

Kenangan dua minggu yang lalu terus saja berputar. Seiring dengan air mata yang tak kunjung reda. Rasa sesak itu terasa begitu mendominasi.

"Kenapa pernikahanku harus berujung seperti ini? Kenapa di saat rasa ini mulai hadir, justru kenyataan pahit ini yang harus aku terima?"

Drt drt drt

Getaran telepon yang berada di samping, membuatnya berusaha untuk menetralkan suara. Terlebih telepon itu berasal dari Bara, sahabat baiknya sejak dulu. Entah, ada angin apa tiba-tiba laki-laki itu menghubunginya seperti ini.

"Halo, Bar. Kenapa?"

"Kamu baik-baik aja kan Ra?" tanya Bara. Mendengar itu Clara justru tertawa kecil.

"Bohong banget kalau di saat kayak gini, aku masih bisa bilang baik-baik aja, iya kan?"

Hening

"Ada apa?" tanyanya lagi.

"Aku barusan kirim email. Coba aja kamu cek sekarang. Di sana, tertera bukti kalau Adam tidak sepenuhnya bersalah."

"Ohh, iya bentar. Aku cek dulu ya, jangan ditutup dulu teleponnya."

Segera ia ambil sebuah laptop dan menyelakannya. Setelah itu, segera dibuka email yang barusan dikirim oleh Bara dengan perlahan. Ada perasaan gugup yang mendominasi.

Deg

Sebuah video rekaman CCTV, dan percakapan suara. Yang paling mengejutkan bukan dua file itu, tetapi ialah isi di dalam video juga rekaman suara tersebut. Jujur saja, hal ini benar-benar mencengangkan. Bagaimana bisa mereka melakukan semua ini?

"Bara, ini apa benar seperti ini? Maksudnya kenapa bisa mereka melakukan hal seperti ini? Menjebak mas Adam untuk meraih keuntungannya sendiri?"

"Aku juga baru bisa mendapatkan buktinya pagi ini Ra. Aku juga sama kagetnya, ternyata Adam memang tidak bersalah."

Hikss

"Kenapa tidak dari awal kita tahu hal semacam ini? Hiks." Tanpa dapat dicegah, isakan itu kembali hadir dan menyadarkan ia akan ketidakpercayaannya kepada suaminya tersebut.

"Sebelum terlambat segeralah batalkan pernikahan mereka, Clara."

Ia mengangguk. Tidak ada salahnya membatalkan pernikahan mereka. Toh Adam melangsungkan pernikahan ini juga karena tekanan dari semua pihak, bukan karena keinginannya. Meskipun ragu, apakah acara telah dimulai atau belum?

Segera ia cari kontak Adam. Ia harus bisa menghubunginya dan mengungkapkan semua kebohongan ini. Jangan sampai semuanya terlambat dan membuat mereka menikmati kemenangan ini.

Tut tut tut

Namun, 3 kali panggilannya tidak juga diangkat oleh laki-laki itu. Apa jangan-jangan ijab kabulnya sudah dimulai? Apa aku sudah benar-benar terlambat? Pikiran ini mendadak kacau begitu saja.

"Lebih baik aku pergi saja ke rumah papa. Jika memang aku terlambat, setidaknya masih ada waktu untuk membongkar kebusukan ibu dan anak itu."

Bergegas ia ambil dompet dan kunci mobil. Tanpa membalas sapaan dari para pelayan dan pengawal, segera ia jalankan mobil meninggalkan kediaman. Pikirannya saat ini, hanyalah bagaimana agar cepat sampai di tempat itu. Tanpa lagi memikirkan keselamatan sendiri karena melajukan mobil dengan kecepatan yang tinggi.

"Semoga semuanya belum terlambat," gumamnya.

©©©©©©©

Mobil itu melaju dengan kencang. Menyalip mobil-mobil lainnya setelah terbebas dari kemacetan. Membelah jalanan yang kini terasa lenggang.

Sesekali menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan. Perasaannya kacau, entah mengapa kini rasa gugup dan takut itu hadir begitu saja. Tepat ketika di belokan, Clara membulatkan matanya ketika sebuah truk yang tampak oleng tengah melaju dari arah berlawanan.

Brak

Tanpa dapat dihindari, tabrakan itu pun terjadi. Truk yang terguling ke jurang, dan mobil Clara yang menabrak pohon. Tidak ada yang baik-baik saja karena kecelakaan ini.

©©©©©©©

Suasana di mansion Raharja tampak ramai oleh keluarga besar, rekan bisnis, dan kerabat dari keluarga Raharja dan Fahreza. Menantikan berlangsungnya acara ijab kabul antara Adam dan Rania. Meskipun beberapa dari mereka juga tampak menyayangkan keputusan kedua keluarga yang sangat mendadak tersebut.

"Dam, persiapkan diri kamu. Meskipun berat, tapi kamu harus bisa menjalani ini dengan baik. Jadilah suami yang bijak dan adil. Papi harap, rumah tangga kalian selalu diberi kebahagiaan." Papi Dimas berdiri di sebelah Adam, dan menepuk bahu putranya tersebut.

"Akan aku usahakan Pi." Dimas tersenyum. Dari semua orang di keluarga mereka, dialah yang paling lantang menolak adanya pernikahan ini. Bagaimana pun juga, ia paham dengan perasaan menantunya–Clara. Namun, apa boleh buat? Dalam masalah ini nama baik keluarga juga dipertaruhkan.

"Pi, Adam. Acara akan segera dimulai. Ayo sayang." Mami Reni segera menuntun Adam dan membawanya untuk duduk di depan penghulu. Tidak lama kemudian, datanglah Rania dengan balutan kebaya yang begitu cantik. Ia tersenyum dan segera duduk di sebelah Adam.

"Apakah acaranya bisa kita mulai?" tanya penghulu.

"Bisa," jawab mereka secara serentak.

Penghulu itu mulai menjulurkan tangannya yang langsung ditangkap oleh Adam dengan ragu. Ada rasa sakit yang laki-laki itu rasakan saat ini. Namun, dia tidak akan pernah bisa menolak, demi nama baik keluarganya.

"Maaf semuanya." Namun, kedatangan asisten pribadi Adam yang tiba-tiba mendekat, membuat mereka bertanya-tanya.

Terlebih laki-laki itu segera mendekat ke arah Adam, yang telah melepaskan tangannya dari penghulu. Rio, dia membisikkan sesuatu yang langsung membuat wajah Adam mendadak pucat. Laki-laki yang akan melangsungkan ijab kabul itu segera meninggalkan kediaman Raharja dengan tergesa, mengabaikan teriakan semua orang karena perbuatannya.

"Rio, ada apa? Apa yang kamu katakan kepada Adam?" tanya Reni.

"Maaf Bu, saya baru saja mendapat kabar jika nyonya Clara mengalami kecelakaan dan sekarang masih berada di IGD." Semuanya terkejut, terlebih Dimas yang kini tengah mengusap wajahnya dengan kasar.

"Sekarang, kamu ikut saya ke Rumah sakit," perintah Dimas, kepada asisten putranya itu.

"Pi, yang benar aja. Kamu tidak lihat sekarang kita ada di mana? Bagaimana bisa Papi ingin meninggalkan calon menantu kita begitu saja?"

"Di saat seperti ini kamu masih saja memikirkan pernikahan ini? Kamu tidak memikirkan kondisi menantu kita? Baik, jika Mami masih mau di sini, silahkan. Papi akan tetap pergi ke Rumah sakit. Keadaan Clara saat ini jauh lebih penting." Setelahnya, Dimas segera meninggalkan kediaman Raharja bersama dengan Rio, juga asisten pria paruh baya itu–Jodi.

"Sepertinya pernikahan Rania dan Adam tidak bisa lagi dilanjutkan. Maaf ya mbak Reni, kalau seperti ini kita juga ingin pamit," ucap salah satu kerabat Reni.

Belum sempat ia bereaksi apa-apa, tetapi satu persatu dari mereka mulai meninggalkan kediaman Raharja. Mau itu tamu dari pihak Fahreza ataupun dari pihak Raharja merasa enggan untuk berlama-lama di tempat ini. Karena mereka berkeyakinan, setelah sang pengantin pria yang meninggalkan acara ijab kabul, otomatis pernikahan ini gagal dilaksanakan.

Kepergian semua orang, membuat Rania tiba-tiba menangis. Impiannya dan pengorbanan yang ia lakukan selama ini, hancur begitu saja, dan ini semua gara-gara Clara. Perempuan itu benar-benar telah menjadi musuh terbesarnya.

"Rania sudah ya sayang. Jangan menangis seperti ini. Ingat, ada janin di dalam perut kamu yang harus dijaga," ucap Vina yang kini tengah memeluk putrinya.

"Kenapa selalu Clara yang unggul Ma? Bahkan, dia juga telah menghancurkan masa depanku. Andaikan kecelakaan itu tidak terjadi, maka pernikahanku dengan mas Adam akan terus berjalan. Lalu, bagaimana nasib bayi yang aku kandung ini?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembalinya Istri yang Dikhianati   25) Rasa Iri

    Setelah membereskan barang bawaannya, Adam segera memeluk pinggang Clara dari arah belakang. Menumpukan dagunya di pundak sang istri. Ada rasa nyaman, yang baru ia rasakan saat bermanja dengan istrinya. Salah satu hal favorit yang baru ia dapatkan setelah menikah dengan Clara. "Kenapa?" Clara menggenggam telapak tangan sang suami yang melingkar di perutnya. Kini, posisi keduanya tengah berdiri di balkon kamar yang menghadap langsung ke arah laut. "Aku, kangan banget sama kamu," gumamnya dengan pelan, tetapi masih bisa didengar oleh Clara. Perempuan itu tersenyum kecil, dan segera membalikkan badannya. Menangkup kedua sisi wajah sang suami yang entah kenapa semakin hari terlihat semakin tampan. "Padahal kita tidak pernah berpisah lho. Kenapa masih aja kangen, hmm?""Entahlah, hanya saja rasanya hampa kalau lama-lama enggak lihat kamu." Kembali Adam memeluk Clara dengan erat, yang dibalas oleh Clara berupa elusan lembut di punggung laki-laki itu.

  • Kembalinya Istri yang Dikhianati   24) Liburan

    Adam dan Clara tengah berada di dalam mobil yang akan membawa keduanya menuju ke mansion. Suasana makan malam ini, tidak pernah laki-laki itu perkirakan akan berakhir seperti ini. Entah, apa yang dipikirkan oleh maminya tersebut. Sebagai lelaki dewasa, tentu ia paham, jika sang mami hendak mendekatkannya kembali dengan Rania. Namun, apakah maminya tidak memikirkan perasaan Clara, juga kenyamanan anaknya sendiri? Apalagi Clara, Adam hanya takut jika istrinya tersebut merasa tidak nyaman. "Sayang, maafkan perilaku mami ya. Mas sama sekali tidak menyangka, jika mami bisa berbicara seperti tadi." Adam yang tengah menyetir, menolehkan kepalanya ke arah Clara. Bisa ia lihat, jika istrinya itu tengah sibuk memandangi jalanan. "Enggak masalah Mas," ucap Clara sembari menoleh ke arah Adam. "Yang penting bagi aku, kamu tidak terpengaruh dengan perkataan mami. Meskipun misalnya mami memiliki niat untuk mendekatkan kamu dengan Rania, aku harap kamu tetap

  • Kembalinya Istri yang Dikhianati   24) Bukan yang Diinginkan

    Para orang tua dan Rania, tentu saja terkejut dengan perkataan Adam. Namun, berbeda dengan para sepupu Adam lainnya Brian, Radit, dan Satya, mereka setuju dengan pernyataan Adam. Karena, Rania bukanlah anggota keluarga mereka. Sedangkan Clara, ia hanya diam, tetapi dibalik diamnya, justru merasa senang dengan perkataan suaminya tersebut. "Kamu apa-apaan sih Adam? Mami yang mengundang Rania ke sini. Karena, dia sudah mami anggap seperti anak sendiri. Lagian, Rania juga sahabat kecil kamu, jauh sebelum kamu mengenal Clara.""Mi? Aku enggak suka ada orang lain yang ikut di acara rutinan keluarga kita. Mami sadar enggak sih? Sedari tadi yang Mami perhatikan hanya Rania. Di sini, menantu Mami itu Clara, bukan Rania," ucapnya dengan tegas. Adam sangat berharap jika maminya bisa menaruh perhatian yang lebih kepada istrinya. "Udahlah Dam. Lagian kalau memang mami kamu lebih sayang dengan Rania, berarti Clara belum bisa menjadi menantu yang diinginkan mami kamu.

  • Kembalinya Istri yang Dikhianati   22) Bukan Keluarga Fahreza

    Siang ini Adam dan ayahnya baru saja selesai bertemu dengan klien dari China. Mereka tampak keluar dari ruang VIP Restoran bersama klien mereka, juga beberapa orang kepercayaan di belakangnya. Saat ini tujuannya ialah kembali ke perusahaan, dan mengerjakan rincian kerja sama sesuai kesepakatan bersama. "Oh iya Dam, hampir aja lupa. Nanti malam ajak Clara ke rumah. Malam ini kita akan kedatangan keluarga besar mama kamu," ucap Dimas ketika mereka telah sampai di parkiran. Sengaja memang, Adam pergi ke tempat ini bersama papinya, dan ia yang bertugas menyetir mobil. Sedangkan asisten mereka berada di mobil satunya lagi. "Kok dadakan Pi?""Sebenarnya udah agak lama papi tahu kalau mereka akan datang. Hanya saja, ternyata mami kamu lupa memberitahu kamu dan Clara.""Mami ini, ada-ada aja. Yaudah, nanti sampai di kantor, Adam akan telpon Clara." Dimas hanya mengangguk, kemudian ia masuk ke dalam mobil. Begitu juga dengan Adam yang langsung mengambil

  • Kembalinya Istri yang Dikhianati   21) Meminta Hak

    "Guys, kapan-kapan kita liburan yuk," ucap Devano yang seolah tengah mengalihkan pembicaraan. "Boleh tuh, mending sekarang kita atur jadwal deh. Kalian kapan ada waktunya?" tanya Claudia.. "Gue dalam minggu-minggu ini kayaknya enggak bisa sih. Soalnya masih ada beberapa sidang sama klien," ucap Jesica. "Gue mulai lusa bakal sibuk sama jadwal operasi. Paling sampai 3 atau 4 hari," jawab Reno. "Kalau gue sendiri, kebetulan jadwal syuting udah selesai, promo lagu juga masih bulan depan. Jadi, kalau untuk sekarang masih ada banyak waktu."Clara yang semula nampak gugup, kini telah berhasil mengendalikan dirinya. Ia sangat berterimakasih kepada Devano dan Claudia yang bisa mengalihkan perhatian. Juga mancairkan suasana yang awalnya terasa canggung. "Kalau misal kita ambil liburan minggu depan, gimana? Kayaknya gue juga bisa sih kalau hari itu.""Lebih ke weekend minggu depan?" tanya Dimas, untuk memastikan. "Bo

  • Kembalinya Istri yang Dikhianati   20) Makan Malam

    "Kamu apa-apaan sih. Mama baru aja mau pergi dengan Rena, ini juga demi kamu. Sekarang, kenapa malah kamu nyuruh mama datang ke sini," ucap Vina saat ia baru saja memasuki ruang VIP di sebuah Restoran yang telah dipesan Rania. "Duduk dulu Ma. Ada hal penting yang harus kita bahas, dan ini enggak bisa ditunda.""Yaudah cepetan. Kamu mau bahas apa?""Rencana kita untuk melemahkan promosi dan citra Resort papa, semuanya gagal total." Satu kalimat yang membuat Vina tertegun. Matanya terbelalak, seolah tidak percaya dengan perkataan putrinya."Gagal total gimana maksud kamu?""Mereka membatalkan kerja sama dengan Vania, juga konsep dari Resort yang diubah keseluruhannya.""Gimana bisa? Padahal sebentar lagi seharusnya Resort sudah selesai kan? Lalu, kenapa mereka membatalkan proyek ini untuk Vania?"Rania menghela napasnya perlahan. Ia mulai menceritakan semuanya kepada sang mama. Berdasarkan penjelasan dari Vania juga seseo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status