MasukDi istana, Kasim Li merangkak bangkit dari puing dengan susah payah, tapi gelombang kejut baru dari serangan God of Darkness melemparnya lagi seperti boneka rusak. “Tuan... kekuatanku... tak cukup untuk berdiri di samping dewa,” desahnya sendirian, pengkhianatannya gagal total tanpa ada yang peduli.Feng Longwei terhuyung parah, lutut kirinya menyentuh tanah berdebu pertama kali, kesadarannya terkikis cepat—bayangan masa lalu melintas nyata: diremehkan sebagai pangeran sampah sejak kecil, pengkhianatan Feng Jinan yang membuka gerbang neraka ini. Ia menggertak gigi keras hingga berderit. 'Harus bertahan...jika tidak, tamatlah kekaisaran ini.'God of Darkness maju pelan dengan langkah menggetarkan tanah, siap mengakhiri pertarungan. Kelemahan Feng Longwei terlihat jelas sekarang seperti luka terbuka. “Waktumu benar-benar habis, cahaya palsu yang sombong!”Serangan bertubi-tubi tak terkira: badai kegelapan raksasa menghantam seperti tsunami hitam, merobohkan paviliun terakhir dan dindin
Kembali ke pusat istana, pertarungan dua titan memuncak semakin ganas. God of Darkness membuka mulut lebar-lebar, memanggil Abyss Serpent—ular raksasa dari kegelapan murni sepanjang ratusan zhang, sisiknya hitam mengkilap seperti obsidian, mulutnya menganga penuh taring beracun panjang seibu jari manusia dengan napas mampu mengikis apapun. Ular itu meluncur cepat melingkar halaman yang hancur, menggigit Feng Longwei dari samping dengan kecepatan dua kali lipat. Tapi Nameless Emptiness aktif lagi secara insting. Ular raksasa itu membeku di udara tepat sebelum berhasil menerkam, lalu lenyap ke kehampaan seperti ditelan lubang hitam tak kasat mata. Dentuman ketiga datang seperti tsunami dalam jiwa; Feng Longwei muntah darah kental, vena di wajah dan lehernya pecah membentuk pola merah mengerikan, tubuhnya gemetar hebat seperti daun di angin topan.“Masih kuat bertahan, heh semut yang cukup nekat? Kau tak lebih dari serangga yang berani menggigit singa!” ejek God of Darkness dengan n
Di pinggir reruntuhan aula, Kasim Li yang sudah siap berkhianat dengan pedang energi kegelapan di tangan terpental jauh oleh gelombang kejut sisa ledakan. Tubuhnya menghantam puing batu besar, aura gelapnya yang lemah dan palsu tak cukup bertahan dari tekanan dewa sejati. Ia terbatuk darah hitam pekat, mata penuh kebencian tapi tak berdaya sama sekali, tulang kakinya patah.Selir-selir dan pejabat bangsawan yang tersisa berlarian menjauh ke sudut-sudut gelap, tapi banyak yang tersapu puing-puing beterbangan: Selir Xue Yi terjebak di bawah balok kayu roboh, selir Xuan Rong terseret arus debu sambil menjerit.Tak jauh dari sana, di balik pilar setengah roboh, Kaisar Feng Zhuqu terkulai lemah dengan napas tersengal, racun pengkhianatan dari Feng Jinan masih menggerogoti meridian Qi-nya seperti ular berbisa lambat. Jenderal Mo Fuchen, luka parah di bahu kiri dengan darah mengalir deras membasahi baju zirahnya, mendekat dengan susah payah sambil menahan tombaknya. “Yang Mulia! Kita haru
Aula utama istana kekaisaran Dinasti Yan, yang semula megah dengan pilar marmer berukir naga emas dan langit-langit bertabur permata, kini tak lebih dari puing-puing berantakan yang mengepulkan asap hitam pekat. Pilar-pilar retak roboh menimpa meja jamuan yang hancur, pecahan kristal dan kain sutra berserakan bercampur darah segar serta potongan tubuh para pejabat yang tak beruntung. Langit-langit runtuh sebagian besar, membiarkan cahaya bulan pucat menyusup melalui celah-celah retak, menerangi debu tebal yang beterbangan seperti kabut kematian. Bau amis darah bercampur aroma energi kegelapan yang pekat dan busuk menusuk hidung, membuat siapa pun yang masih bernapas merasa mual. Di pusat kehancuran itu, Feng Longwei berdiri tegar meski tubuhnya gemetar, auranya yang sunyi dan mencekam—mengembang pelan seperti kehampaan kosong yang menelan segala bentuk eksistensi, cahaya, suara, bahkan konsep ruang itu sendiri. Di hadapannya, God of Darkness yang merasuki tubuh Feng Jinan me
Aura kegelapan membengkak di telapak tangan Feng Jinan. Lingkaran sihir hitam berlapis-lapis terbentuk di udara, berputar dengan ritme yang tidak wajar. Dari dalamnya, lolongan rendah terdengar, seperti bisikan dari jurang yang tak memiliki dasar. Arwah-arwah jahat merayap keluar, wujud mereka samar namun penuh tekanan, memancarkan niat membunuh yang pekat.Feng Longwei menarik napas dalam-dalam. Tatapannya tetap tenang, tetapi pikirannya bergerak cepat. Ia bisa merasakan dengan jelas bahwa sihir kegelapan yang digunakan Feng Jinan bukan sekadar teknik tingkat tinggi. Ada sesuatu yang jauh lebih dalam, lebih busuk, dan lebih tua di baliknya.Feng Longwei melangkah maju, Qi emas berputar di sekeliling tubuhnya. Pedang di tangannya bergetar halus. Lalu terayun kencang.Tebasan itu menciptakan satu garis tipis yang melesat lurus ke depan. Namun saat bersentuhan dengan arwah-arwah jahat, tebasan itu meledak menjadi pusaran pemurnian. Jeritan melengking terdengar, lalu satu per satu ar
Rasa sakit di dada Feng Zhuqu tidak lagi bisa dibedakan. Apakah itu akibat racun yang perlahan menggerogoti organ dalamnya, atau karena pengkhianatan yang menusuk lebih dalam dari bilah pedang. Napasnya berat, pandangannya kabur, dan lututnya akhirnya menyentuh lantai marmer yang dingin. Sang Kaisar, penguasa Dinasti Yan, berlutut di hadapan kekacauan yang ia ciptakan sendiri tanpa pernah ia sadari.“Kekuasaan yang sesungguhnya tidak lahir dari belas kasihan,” ucap Kasim Li dengan suara datar. Tanpa emosi. “Ini hanyalah pengorbanan kecil demi kejayaan yang abadi.”Kata-kata itu jatuh seperti palu. Feng Zhuqu membuka mata perlahan dan menatap pria yang selama puluhan tahun berdiri di sisinya. Kasim yang ia percaya lebih dari banyak jenderal, orang yang mengetahui setiap kebiasaannya, hingga kelemahannya. Kini berdiri di hadapannya dengan aura hitam yang mengalir di sekeliling tubuhnya, memegang bilah energi kegelapan dengan sikap seorang algojo.Di hadapan singgasana, Feng Jinan meny







