John ingin Nathan maju dan menyelamatkan Wenford dari situasi darurat, karena usia Nathan masih memenuhi persyaratan. Sedangkan dirinya sendiri, dia tidak memenuhi syarat untuk naik ke atas arena. Nathan tidak mengatakan apapun, dia hanya mengangguk kecil. Salau John tidak berbicara, Nathan juga tidak akan melihat Wenford celaka begitu saja.. Melihat Nathan setuju, John merasa lega, dengan kekuatan Nathan, walau ada dua orang seperti Evan, juga tidak akan menjadi lawannya. Pada saat ini di atas arena, Wenford sudah mundur hingga di tepi arena. Kedua tangannya seakan tidak bisa digerakkan, dan dia hanya bisa menangkis serangan Evan secara naluriah. “Bocah, enyahlah dari sini!” Evan menyeringai, dan tinju terakhirnya mengarah ke dada Wenford. Kalau tinju itu mengenai Wenford, maka Wenford pasti akan terjatuh dari arena dan terluka parah, mungkin saja bisa mati. Semua orang yang menonton di bawah arena mulai menunjukkan raut wajah serius, Wenford juga termasuk sebagai pemimpin
“Bocah, kamu sangat sombong, tidak peduli kamu berasal dari mana, di atas arena, cedera dan kematian tidak terhindari! Kalau aku tidak sengaja dan membunuhmu, tidak boleh balas dendam padaku!” Evan berkata dan menatap Nathan dengan dingin. 'Aku harus mencari bekingan setelah ini!' gumamnya saat melihat sosok pria di hadapannya. Evan tidak tahu identitas Nathan, dia takut Nathan memiliki dukungan di belakang, dan kalau dia benar-benar membunuh Nathan, bisa menimbulkan bencana baginya. “Tenang saja, kalau kamu punya kemampuan untuk membunuhku, tidak akan ada orang yang mencarimu untuk balas dendam!” Nathan berkata dengan santai. “Baguslah kalau begitu!” Setelah Evan berkata. Evan tiba-tiba melepaskan kekuatannya dan menguar mengelilingi tubuhnya. Memudian kulit di seluruh tubuhnya mulai terlihat mengeras, dan urat-urat di keningnya juga mulai menonjol. Sambil meraung Evan menyerang Nathan, dan tenaga pukulannya itu sangat besar, seperti sebuah gunung yang mengarah ke arah Nathan
"Dia …." “Levan?!" "Benar! Dia Levan Zatulini!" Kali ini, banyak orang di bawah arena yang mengenal sosok yang baru naik ke arena, dia adalah Levan yang dulu diusir dari Keluarga Zatulini dan menjadi berita besar. Ketika Steve melihat Levan naik ke arena, matanya sedikit menyipit, dia tidak mengatakan apa pun, namun tetua di sampingnya tiba-tiba bersuara. “Levan, di acara pertemuan kali ini ada aturannya, yang berusia lebih dari 30 tahun tidak boleh naik ke arena, usiamu sudah diatas itu, turunlah!” "Diam!" Dengus Levan dengan kesal. “Tua bangka, kamu tidak lihat? Steve saja tidak bersuara, apa kamu punya hak untuk bicara?” Setelah berkata, Levan melambaikan tangannya, dan sebuah tekanan mengarah ke arah tetua itu. Merasakan tekana itu, raut wajah sang tetua seketika berubah dan dia bergegas menjalankan kekuatan dalamnya untuk melawan. Brak! Akan tapi, dia langsung terhempas, dan meja di hadapannya juga hancur. Semua orang melihat adegan ini dengan kagum, bisa menjadi
“Aku tidak peduli dengan dendammu, ini adalah acara pertemuan antar anggota seni bela firi yang diselenggarakan oleh Unique Care, ini adalah arena milik Unique Care, kalau kamu memaksa untuk bertindak, aku tidak bisa tinggal diam!” Reus berkata dengan dingin. “Reus, saat ini Levan adalah tamu Keluarga Holcy, apa kamu tidak memberi muka kepadaku?” Suara lain kembali terdengar, Aston juga melangkah naik ke atas arena dari kerumunan, dan di belakang Aston ada beberapa bawahannya yang juga sudah mencapai ranah kekuatan Ingras. Melihat orang-orang ini tiba-tiba muncul, para generasi muda yang ada di bawah arena semuanya menjadi minder, terutama Wenford, tinjunya mengepal dan matanya penuh dengan ketakutan. Dia selalu berpikir kalau kekuatannya bisa dianggap sebagai yang terbaik di antara generasi muda. Tapi sekarang, saat Reus dan Aston muncul, keduanya jauh lebih hebat dibandingkan dengannya, bahkan kekuatan mereka sudah melampaui ayahnya, Alfred. Saat ini Wenford akhirnya mengerti,
Perkataan Aston membuat Levan menatap Aston tapi tidak mengatakan apa pun, kalau Aston benar-benar membuat perintah, dia tidak bisa tidak mengampuni Nathan, lagipula dia dan William tidak memiliki perasaan dan kalau Nathan tidak membunuhnya, dia juga pasti akan membunuh William sendiri. Sekarang, dia ingin membalas dendam kepada Nathan hanya untuk mencari alasan. Setelah membunuh Nathan, dia bisa mengambil alih Keluarga Zatulini dan Keluarga Zatulini bisa menjadi kekuatan dari Keluarga Holcy di Northern. “Kamu serius?” Nathan menatap Aston dan bertanya padanya. “Tentu saja, semua orang tahu aku selalu menepati perkataanku!” Aston menepuk dadanya. Pada saat ini, Reus mengepalkan tangannya dengan erat, keningnya mengernyit, dia tidak menyangka Aston akan menggunakan cara seperti ini. Kalau Nathan sampai didapatkan oleh Keluarga Holcy maka mereka akan mengalami kerugian. “Baiklah, aku akan memberitahumu!” Nathan tersenyum mengejek. “Reus ingin menjadikanku ayah angkatnya, tapi aku t
Namun saat Beverly dan Sarah bangkit berdiri dan hendak berlari ke arena, Reus dan Aston yang berada di tepi arena menatap Beverly dan Sarah bersamaan. Karena siapapun pasti akan melirik kepada para wanita cantik. Dan pada saat itu, Reus dan Aston seketika membelalakkan matanya. Karena mereka menemukan liontin di tubuh Sarah dan itu adalah yang mereka cari sebelumnya. Tanpa ragu-ragu, Reus dan Aston melompat ke arah Sarah dan menangkapnya. “Ah!” Sarah berteriak ketakutan secara alami. Beverly bergegas menghentikan mereka, sedangkan Wenford juga bersiap menghalangi kedua orang itu. Tapi kekuatan mereka tidak bisa ditandingi dengan Reus dan Aston, belum sempat mendekat mereka sudah dihempaskan oleh energi yang kuat. Pada saat ini, Nathan yang berada di atas arena melihat Reus dan Aston yang hendak menangkap Sarah, tatapannya tiba-tiba meledakkan cahaya dingin dan dia melompat dari arena. “Bocah, ingin kabur?” Pada saat itu, pukulan Levan yang ganas telah melayang ke arahnya. “Ming
Tapi tidak disangka, Reus malah menarik tubuhnya dan menyatukan tangannya ke arah Nathan. “Saudara Nathan, aku tidak bermaksud melukai wanitamu, aku meminta maaf padamu!” Reus yang tiba-tiba mundur membuat Aston seketika menjadi canggung, dia sangat mengerti kalau Reus sedang meminjam pisau untuk membunuh. Kalau dia bisa membunuh Nathan, Reus pasti akan berebut liontin itu dengannya. “Dasar pengecut!” Dengus Aston menatap Reus lalu menggertakkan giginya dan memakinya, kemudian dia berkata pada bawahannya. “Ayo serang bersamaan, bunuh dulu anak ini baru rebut liontin itu!” “Awasi wanita itu, jangan sampai dia kabur!” Aston berteriak marah, dia membawa bawahannya menerjang ke arah Nathan dan tidak memperdulikan Reus lagi. “Beverly, jaga Sarah!” Nathan menyerahkan Sarah untuk dilindungi Beverly. Pada saat ini, seorang anggotanya melihat Nathan melepaskan Sarah, sepasang matanya bersinar dingin, dan dia langsung berjalan ke arah Sarah. “Cari mati!” Raut wajah Nathan menjadi dingin
Melihat tidak ada orang yang berbicara, Aston menjadi semakin panik. “Reus, tolong aku, kalau kamu menolongku, Keluarga Holcy akan mengikuti perintah Keluarga Alvaro!” Aston meminta bantuan pada Reus, saat ini setengah dari kepala Aston sudah tenggelam ke dalam tanah. Kalau Nathan menambah kekuatannya lagi, kepala Aston akan pecah. Raut wajah Reus berubah, tapi dia tidak bergerak, dan tidak berbicara. “Kalau tidak ada orang yang menyelamatkanmu, aku akan mengantarmu ke kematian!” Nathan berkata dengan dingin. “Jangan, tolong .. .” Aston berteriak keras, dan dia tiba-tiba teringat dengan Beverly lalu berteriak “Beverly …. tolong aku, ku mohon tolong aku! Pertimbangkanlah cinta kita dulu, tolong selamatkan aku, aku menyayangimu!" Aston terlihat menderita. "Saat itu, aku benar-benar menyukaimu, hanya saja, keluargaku terus memaksaku, jadi akhirnya aku membatalkan pernikahan kita!" "Percayalah, lalu bertunangan dengan Ariana, kumohon selamatkan aku!” Beverly melihat Aston seperti itu
Wajah Hones memucat, dia menggertakkan gigi, lalu menekan telapak tangannya ke kepala siluman. Mata monster itu membara, ekor panjangnya mencuat dari air, lalu menyapu ke arah Nathan.BANG!Serangan dahsyat itu menghantam Nathan, melemparkannya sejauh puluhan meter ke belakang. Tubuhnya melayang di atas air, lalu menghentak permukaan laut. Ombak menggulung, dan sejenak tiba-tiba terdiam.Tapi ketika kabut mengendap, Nathan sudah berdiri kembali. Tubuhnya tak bergeming. Darah mengalir di bibirnya, namun matanya tetap dingin dan penuh murka. Dia tahu makhluk ini bukan siluman biasa. Itu hewan spiritual kelas atas, kekuatannya setara dengan sosok penguasa ingras tingkat akhir. Namun, kelemahan monster seperti ini jelas, mereka tak punya pikiran, hanya kekuatan dan tanpa strategi.Di seberang, Hones mulai tertawa getir. “Kau hebat di darat, Nathan! Tapi ini bukan medanmu! Di laut, kekuatanmu berkurang! Dan siluman ini, dia adalah dewa laut. Kalau kau menyerah sekarang, aku akan—”“Kau aka
Mereka tiba di sebuah tempat sunyi, di mana bau tanah tercampur dengan aroma kematian. Tanah di situ pernah menjadi kuburan rahasia, berisi mayat dan tengkorak dari korban kekejaman mereka.Dengan tenang, Nathan mengangkat tangannya. Dua bajak laut seketika tersedot ke arahnya seperti diseret oleh kekuatan tak kasat mata. “Gali di sini,” katanya singkat.Kedua bajak laut itu saling berpandangan dengan bingung, lalu melirik ke arah Hones, menanti perintah. Namun keraguan mereka justru menjadi hukuman.PLAK!CRAACK!Dengan satu kibasan ringan dari Nathan, kepala mereka meledak, darah menyembur ke tanah seperti bunga merah berduri. Suasana seketika sunyi mencekam.“Kalian berdua! Giliran kalian, atau ….”Tanpa sepatah kata, dua bajak laut lainnya segera menggali dengan tubuh gemetar. Tak butuh waktu lama, mayat-mayat mulai bermunculan. Ada tulang belulang yang terkubur setengah, bahkan beberapa tengkorak kecil milik anak-anak. Udara mendadak membeku, seolah kematian menari di sekitar mer
"Berhenti di situ," kata Nathan tenang, mengangkat satu tangan. "Kalau kamu tidak bisa membuat orang mati karena takut, kamu bisa saja membuat mereka mati karena bau."Suasana hening sesaat dan Hones membeku. Seumur hidupnya, belum pernah ada orang yang berani berbicara padanya seperti itu. Terlebih lagi soal bau tubuhnya."Dasar bajingan! Kau ingin mati rupanya!" Vriss meraung, melangkah cepat dengan niat menghajar Nathan.Namun baru setengah langkah mendekat, tubuh Vriss tersentak. Aura luar biasa yang memancar dari Nathan menabraknya seperti gelombang tak kasatmata. Tanpa sempat bereaksi, tubuhnya terangkat dari tanah dan menghantam dinding batu. Darah menyembur dari mulutnya, meninggalkan cipratan merah di permukaan batu yang retak.Semua terdiam. Wajah Hones memucat. Vriss bukan sembarangan, kekuatannya hampir setara dengan Hones, seorang puncak. Tapi kini, bahkan menyentuh lawannya pun tidak sempat.Nathan berdiri tak bergeming. Cahaya keemasan mulai merayap dari kulitnya, meman
Kapal pesiar itu mulai berlayar ke arah yang tidak jelas, menuju sebuah pulau kecil yang terlihat dari kejauhan. Pulau itu tampak terisolasi, dengan bebatuan gundul yang tersebar, seakan tak ada kehidupan di sana. Namun saat mereka mendekat, bau darah yang menyengat mulai tercium, mengingatkan Nathan pada sesuatu yang sangat buruk.Di atas perahu motor cepat yang membawa mereka ke pulau itu, Nathan merasa ada sesuatu yang salah. Dengan tatapan gelap, dia melihat sekitar, kerangka tulang yang tersebar di tanah, dan yang paling mencurigakan, banyak tengkorak manusia yang tergeletak di sana, tengkorak yang hilang bagian kepalanya. Bau busuk yang menusuk membuat perutnya mual.Langit mendung menggantung di atas Pulau Berlian, pulau yang namanya indah namun menyimpan kengerian yang tak terperi.Nathan berdiri terpaku di depan tumpukan tengkorak yang menggunung. Kaki para awak kapal gemetar hebat, tubuh mereka nyaris roboh, dan hanya bisa disangga oleh rekan-rekannya yang juga gemetaran. Pe
Bajak laut itu mengedipkan matanya kepada yang lain, memberi isyarat untuk memeriksa. Beberapa bajak laut bergegas pergi, melangkah cepat menuju bagian dalam kapal untuk memastikan kebenaran kata-kata awak kapal itu.Setelah beberapa saat, mereka kembali, wajah mereka tidak menunjukkan ekspresi apapun, hanya kebosanan yang samar."Memang benar hanya ada satu penumpang di sini," salah satu bajak laut itu melapor, suara datar tanpa emosi.Namun, ketegangan yang ada tak kunjung surut. "Ketua," salah satu bajak laut bertanya dengan cemas. "Apakah kita hanya akan membiarkan mereka hidup begitu saja? Apa yang harus kita lakukan setelah ini?"Bajak laut dengan tengkorak merah di dadanya mengerutkan kening, wajahnya menunjukkan ketidakpuasan yang mendalam. "Sial, hanya sedikit orang. Tapi, ini masih lebih baik daripada tak mendapatkan apapun."Dia memutar tubuhnya dengan tidak sabar, menyapu tangan ke udara seperti menepis gangguan kecil. "Bawa mereka semua kembali. Dan soal apa yang akan ter
Di atas lautan yang luas dan sunyi, kapal pesiar mewah itu melayang di atas ombak yang tenang.Kapal itu terlihat seperti benda asing di tengah kebiruan, tak ada tujuan yang jelas selain mengambang. Di dalam, hanya ada Nathan, yang seakan mengasingkan diri dalam hening yang menyesakkan. Dalam kamar yang sederhana, tanpa hiasan berlebihan, dia duduk bersila.Setiap tarikan napasnya terasa berat, seolah seluruh tubuhnya menanggung beban yang jauh lebih besar dari sekadar fisik. “Jika aku bisa mencapai tahap Surga,” pikirnya, memejamkan mata dan merasakan aliran energi di dalam tubuhnya. "Mungkin aku bisa menyelamatkan ibuku dan Sarah. Jika bukan itu, setidaknya aku bisa menyelamatkan diri sendiri dari kejaran semua orang yang ingin menghabisiku.”Namun, perjalanan itu tidaklah mudah. Tahap Surga bukan hanya tentang kekuatan, tapi juga tentang kesetiaan terhadap diri sendiri. Setelah mencapai tahap ini, tubuhnya akan terasa abadi, seolah tidak terikat oleh hukum dunia. Namun, seperti sem
Raut wajahnya dingin dan penuh percaya diri. “Sekarang, sudah cukup alasan bagimu untuk tunduk?”Tubuh Darwin menegang, dan untuk sesaat, hanya ada keheningan. Lalu dia membungkuk dalam-dalam. “Perintah diterima.”Sancho melemparkan sebuah amplop ke atas meja, yang mendarat dengan suara tumpul. “Di dalamnya ada target, bunuh dia. Gagal atau berhasil, namaku tidak pernah disebut. Anggap saja aku tidak pernah ada.”“Siap laksanakan,” jawab Darwin tanpa ragu, meski ada jejak ketegangan di suaranya.Begitu Sancho menghilang ke balik bayangan, Darwin membuka amplop itu dengan hati-hati. Sebuah foto tergelincir keluar dan wajah yang muncul membuat darahnya berdesir.“Nathan?”“Tuan Ketua Martial Shrine. kau ternyata menyembunyikan lebih dari yang kutahu!”Sementara itu, dunia bela diri tengah bergolak.Di forum-forum rahasia, nama Nathan menjadi pusat badai. Harga kepalanya terus meroket. Tidak hanya uang dan ramuan, bahkan artefak langka ditawarkan untuk sekadar mendapatkan jejak keberadaa
Sancho menyapu pandangannya ke penjaga di sekitar ruangan, dan senyum tipis terukir di wajahnya. "Masalah yang ingin aku bicarakan bersifat rahasia. Aku tidak ingin ada orang lain yang mendengarnya."Mendengar itu, Darwin langsung mengernyitkan keningnya. Dia tahu ini akan membawa masalah, namun dia tidak menyangka akan secepat ini.Sancho menyadari kegelisahan Darwin. "Ketua Darwin," katanya dengan nada dingin. "Jika aku ingin membunuhmu, walaupun seluruh penjaga di ruangan ini ada di sini, mereka tidak akan mampu menghentikanku," suaranya semakin keras, menggetarkan suasana.Tanpa menunggu tanggapan, Sancho mengibaskan tangannya dengan tegas. "Kalian semua, keluar!" Perintahnya menggema, dan para penjaga segera berlalu tanpa banyak bicara.Begitu hanya mereka berdua yang tersisa, Darwin menatap Sancho dengan tajam, menunggu penjelasan lebih lanjut. "Sekarang, kamu bisa bicara, Ketua Sancho," katanya.Sancho menatapnya dengan tatapan tajam. "Ketika aku datang kemari, tujuan utamaku a
Kota Wayoe, batas barat daya yang selalu basah oleh kabut pagi dan harum dedaunan liar. Dibelah oleh lembah dan pepohonan cemara tua, tempat ini adalah surga tersembunyi atau neraka yang menunggu bangkit.Di kedalaman gua purba, tersembunyilah Organisasi Fushi, kelompok kultivator hitam yang diburu di mana-mana. Tak punya sejarah panjang, namun ditakuti karena brutalitas dan teknik kultivasi terlarangnya.Di ruang kultivasi, Darwin duduk melayang, dikelilingi pusaran tulang dan aura kehitaman. Kerangka manusia melayang seperti angin musim gugur yang membawa kematian.Tiba-tiba, terdengar suara langkah diikuti suara tergesa.“Ketua! Gawat!” teriak seorang penjaga, menerobos masuk.Mata Darwin terbuka, merah menyala, tangan kirinya terulur cepat.Hwoosshh~Energi hisap menyedot penjaga itu ke hadapannya. Cakar gelap mencengkeram lehernya. “Sudah berapa kali kubilang?” desisnya. "Jangan ganggu saat aku berkultivasi.”Penjaga itu menggeliat dan wajahnya memerah. “Ma-maaf! Tapi .... a-ada