Share

Bab 4

Author: Lintang
Wajah Serena pucat. Dia memandangi Raven dengan tenang. Sang istri berdiri di sampingnya, bagaimana Raven memperkenalkan Serena kepada cinta pertamanya? Jika Serena berada di posisi Raven, dia juga dilema.

Raven bertatapan dengan Serena, lalu berkata dengan pelan, "Dia Lumi. Dia ...."

Raven berjeda sejenak sebelum meneruskan, "Teman yang kukenal sejak lama."

Mungkin Serena salah persepsi, tetapi dia merasa kata "teman" yang dilontarkan Raven kedengaran sangat janggal.

Tubuh Serena sedikit bergetar. Dia berusaha bersikap tenang saat menimpali, "Kenal sejak lama? Kelihatannya kalian sudah dekat sejak kecil."

Lumi tersenyum dan menanggapi, "Nggak. Kami kenal waktu umur 20 tahun. Waktu itu ...."

Entah apa yang dipikirkan Lumi. Dia menutup mulutnya sambil tertawa elegan, lalu melanjutkan, "Waktu itu, model rambut Raven sangat lucu. Namanya model belah tengah versi baru. Begitu masuk kampus, semua orang memperhatikannya."

Raven yang merasa tidak berdaya mengeluh, "Kenapa kamu ungkit hal ini lagi?"

"Memangnya kenapa? Aku masih simpan foto kamu waktu itu. Jangan singgung aku. Kalau nggak, aku tunjukkan fotonya pada istrimu," timpal Lumi.

Lumi mengulurkan tangannya yang putih, lalu menepuk lengan Raven sambil bicara dan tertawa.

Miles menghambur ke pelukan Lumi dan berseru sembari tersenyum, "Tante Lumi, foto apa? Aku mau lihat juga!"

Interaksi Miles dan Lumi sangat menyakitkan bagi Serena. Siapa pun yang melihat interaksi antara Lumi dengan Raven dan Miles, pasti menganggap Serena adalah orang luar.

Lumi membelai wajah Miles yang lembut dan mengedipkan matanya dengan nakal seraya berujar, "Nanti aku diam-diam kasih kamu lihat."

Raven tersenyum, lalu melihat Serena yang membelakangi mereka. Tampak sosok Serena yang kurus dan lemah, seperti hampir tumbang karena tertiup angin.

Raven mengejar Serena dan menariknya. Dia berkata, "Ada apa? Jangan marah kepada Miles. Biar aku yang beri dia pelajaran. Nanti malam aku suruh dia minta maaf kepadamu di rumah."

Serena menggigit bibirnya dan bertanya, "Kamu sudah lihat barang yang kuberikan kepadamu?"

Raven yang bingung bertanya balik, "Barang apa?"

Tampaknya Raven belum melihat surat itu. Serena tersenyum dan menjawab, "Nggak apa-apa. Aku pulang dulu. Ingat lihat barangnya di ruang kerja nanti malam."

"Kalau begitu, aku antar kamu pulang," ucap Raven. Dia mengangkat tangannya untuk mengisyaratkan kepada sopir di seberang agar mengemudikan mobil kemari.

Serena tidak naik ke mobil. Dia melepaskan tangan Raven, lalu bersikeras pergi dengan menaiki taksi.

Raven berdiri di tempat sambil memandangi taksi itu. Lumi yang berdiri di belakang menghampiri Raven dan berbincang dengannya.

Serena melihat mereka sekilas. Entah apa yang dibicarakan Lumi. Raven tersenyum, mereka berbincang dengan asyik.

Serena berbalik. Telapak tangannya terasa sakit. Dia membuka telapak tangannya dan menyadari ada banyak bekas kuku keunguan.

Serena tidak melihat mereka lagi dan bertekad untuk pergi. Setelah pulang, dokter menelepon Serena. Dia menyuruh Serena untuk melakukan tes tekanan di rumah sakit dua hari lagi.

Serena tidak ingin berlama-lama di tempat ini. Apa daya, terlalu banyak orang melakukan tes tekanan. Banyak juga orang tua yang ingin pergi ke luar kota terpaksa memilih untuk menaiki pesawat terbang.

Orang yang perlu melakukan tes tekanan karena mengidap penyakit parah seperti Serena hanya satu di antara ratusan orang. Serena tetap kembali ke hotel dan menghapus semua kontak Raven.

Pada pukul 5 sore, sopir mengantar Miles pulang. Begitu sampai di rumah, Miles langsung melempar tas sekolahnya dan berlari masuk sembari berteriak, "Mama! Aku mau kerjakan tugas sekarang! Aku nggak mau ditegur guru lagi!"

Miles sangat menyesal semalam dia sibuk bermain sampai lupa waktu. Ibunya juga salah karena tidak mengingatkannya untuk mengerjakan tugas pada pukul 8 malam sebelum tidur.

Miles merasa ibunya menyebalkan dan sering mengingatkan hal ini saat dia sedang bermain dengan asyik. Namun, Miles tidak mendapatkan stiker bintang jika tidak mematuhi ibunya. Prestasi Miles juga akan kalah dari temannya.

Miles tidak ingin ditertawakan orang lain. Dia berlari ke lantai atas, lalu mencari di semua kamar. Namun, dia tidak menemukan Serena. Miles berteriak, "Kepala Pelayan, mana mamaku?"

Kepala pelayan keluar dari dapur dan menyahut, "Aku juga nggak lihat Nyonya Serena. Mungkin dia belum pulang karena ada urusan. Tuan Miles, mau makan telur kukus nggak?"

Miles mencebik dan membalas, "Nggak mau. Masakanmu nggak seenak masakan Mama."

Miles kembali ke kamarnya sendiri, lalu mengambil konsol gim dan mulai bermain. Setelah bermain sejenak, dia melihat jam dengan malas. Dia mengeluarkan tugasnya dari ruang belajar.

Miles duduk bersila dan mengomel, "Bukannya cuma kerjakan tugas? Aku bisa kerjakan sendiri."

Namun, Miles kesulitan mengerjakan tugas sendiri setelah beberapa saat. Tidak ada yang mengajar Miles mengerjakan soal. Ketika matanya lelah, juga tidak ada yang membantunya rileks.

Miles mengangkat kepala dan membuka mulutnya seperti biasa, tetapi tidak ada yang menyuapnya buah. Dia yang kesal keluar untuk mencari kepala pelayan dan pembantu.

Masalahnya, kepala pelayan tidak bisa membaca dan pembantu tidak mengerti bahasa asing. Mereka juga tidak bisa membantu Miles memijat mata. Bahkan mereka tidak tahu kapan harus menyuap Miles buah yang sudah dipotong.

Ekspresi Miles menjadi muram. Dia teringat dulu Serena menemaninya mengerjakan tugas di balkon. Rasanya sangat nyaman saat angin berembus. Mengerjakan tugas juga tidak begitu menyebalkan lagi.

Miles tidak tahan lagi. Dia berujar, "Aku mau telepon Mama!"

Kepala pelayan segera mengambilkan jam tangan pintar Miles. Panggilan telepon baru dijawab setelah Miles menelepon cukup lama.

Miles langsung bertanya dengan ketus, "Mama di mana? Kenapa belum pulang?"

Serena terdiam dua detik, lalu bertanya dengan datar, "Ada apa?"

Miles yang tidak senang mendesak, "Aku tunggu kamu bantu aku kerjakan tugas! Kamu mau lihat aku dihukum guru lagi besok? Cepat pulang."

Serena menggenggam ponsel dengan erat dan ekspresinya menjadi dingin. Dia sudah berjuang keras untuk mendidik anaknya dengan baik. Hanya saja, anaknya malah bersikap kasar padanya. Padahal anaknya selalu bersikap sopan pada orang lain. Dari dulu, Miles tidak pernah menghormati Serena.

Serena balik membentak Miles, "Bukannya kamu suka Tante Lumi? Cari dia saja kalau ada masalah. Jangan cari aku!"

Serena langsung mengakhiri panggilan telepon. Miles terbengong-bengong sambil memegang jam tangan pintarnya. Dia tidak menyangka ibunya bersikap dingin kepadanya.

Tiba-tiba, terdengar suara rem mobil di lantai bawah. Miles langsung berbalik, lalu berlari ke lantai bawah. Dia sudah tidak sabar untuk mengadu kepada Raven.

Mendengar perkataan Miles, Raven mendengus dan menegur, "Itu karena kamu buat mamamu marah! Aku cari dia. Setelah dia pulang, minta maaf dengan tulus! Paham?"

"Oh," sahut Miles. Dia menunduk dengan enggan.

Setengah jam kemudian, pintu kamar hotel Serena diketuk. Serena membuka pintu. Dia mengira staf hotel yang datang.

Serena tertegun begitu melihat tatapan pria yang kelam. Dia bertanya, "Bagaimana ... kamu bisa tahu aku ada di sini?"

Raven berjalan masuk dengan membawa semangkuk pangsit. Dia menyahut, "Kamu sudah makan? Aku belikan pangsit kepiting untukmu dan menambahkan lebih banyak cuka sesuai seleramu. Makan selagi hangat."

Raven masih memakai setelan jas kerja yang sangat rapi. Serena yang menyetrika setelan jas Raven.

Raven melepaskan jasnya, lalu mengamati kamar sembari menggulung lengan kemejanya. Dia mengambil jaket yang digantung Serena dan membuka kopernya.

Raven berkata, "Ikut aku pulang saja. Kamu pasti nggak leluasa tinggal di sini. Anak kita lagi butuh dididik, nanti kita beri dia pelajaran setelah pulang. Jangan marah dengan cara begini."

Serena melihat Raven berjongkok dan membantunya membereskan pakaian. Air mata Serena menetes.

Serena segera memalingkan wajahnya, lalu menyeka air matanya dan bertanya, "Kamu belum lihat barang di meja kerjamu?"

Gerakan Raven terhenti. Dia melihat Serena dan bertanya balik, "Barang apa? Kamu sudah ungkit dua kali dalam sehari."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 10

    Napas Serena sedikit berat, kedua tangannya juga bergetar halus. Namun, Raven justru refleks menghindar ke belakang, seakan-akan takut dia melihat sesuatu. "Rena ....""Kamu terima teleponnya dulu." Serena tidak mau lagi melihatnya.Raven mengernyit, membelakangi Serena, lalu mengangkat panggilan.Dari seberang, terdengar suara si desainer. "Pak Raven, gaya dan model awal sudah aku pastikan. Aku kirim ke email-mu, silakan dicek apa ada yang kurang sesuai."Raven merendahkan suara. "Nanti aku hubungi lagi. Lain kali jangan sembarangan telepon, aku ingin kasih kejutan untuk istriku."Begitu menutup telepon dan berbalik, Raven baru sadar Serena sudah tidak ada di tempat.Yenny buru-buru menahan Raven agar tidak pergi. "Semalam Lumi masuk rumah sakit, 'kan? Cepat ikut aku beli bingkisan untuk menjenguknya. Kalau bukan demi nenekmu waktu itu, dia juga nggak akan sampai kena sakit jantung!"Raven mengedarkan pandangan, tetap tidak menemukan Serena. Akhirnya, dia hanya bisa pergi bersama Yenn

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 9

    Orang yang berdiri di hadapan Serena saat ini adalah tantenya Raven, Yenny.Kalau Dylan, temannya Raven, masih bisa bersikap manis di depan dengan memanggilnya "Kakak Ipar" tetapi di belakang sama sekali tak menghargainya, Yenny justru berbeda. Dia sejak awal terang-terangan membenci dan memusuhi Serena.Sejak Serena menikah dengan Raven, tak pernah sekali pun dia melihat wajah ramah dari Yenny. Di belakang, Yenny bukan hanya sekali menyebutnya sebagai perempuan rendah yang merebut suami orang, naik ke atas dengan cara kotor karena hamil, hingga Raven terpaksa bertanggung jawab.Waktu itu Serena sering marah sekaligus merasa terhina. Bagaimanapun dia menjelaskan, tetap tak bisa membuat Yenny memperlakukannya dengan hormat. Namun, Yenny adalah satu-satunya keluarga Raven yang masih hidup sehingga Serena terpaksa menghormatinya.Saat itu, Serena tak mengerti mengapa Yenny selalu berbicara begitu menyakitkan. Kini, dia baru sadar, semua ucapan Yenny ternyata benar.Yang benar-benar memili

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 8

    Lumi memegangi dadanya. Tubuh ringkihnya tampak seolah-olah akan jatuh kapan saja. Raven segera menopangnya, melihat bibirnya yang sudah kehilangan warna. Dengan suara berat, dia memerintahkan, "Suruh sopir siapkan mobil!""Nggak, aku nggak perlu ke rumah sakit." Suara Lumi bergetar, seakan-akan menanggung rasa sakit yang luar biasa. Dia mengangkat pandangan ke lantai dua. Di sudut sana, tampak ujung pakaian seseorang yang terjulur keluar.Lumi pun menampilkan senyuman dingin yang nyaris tak terlihat, "Sebaiknya kamu pergi lihat Serena."Raven mengerutkan kening, ragu sejenak. Miles buru-buru berkata, "Mama nggak apa-apa. Mama cuma mual karena kurang makan, belakangan sering begitu. Tante Lumi, aku dan Papa antar kamu ke rumah sakit ya!"Mengingat dokter juga mengatakan Serena hanya panas dalam, Raven pun mengangguk ringan. "Aku antar kamu dulu ke rumah sakit."Ucapan ayah dan anak itu terdengar jelas sampai ke lantai dua. Rasa tidak nyaman di perut semakin kuat. Kali ini, Serena tidak

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 7

    Bulu mata Serena bergetar. Tadi nada bicara Lumi begitu alami, seakan-akan sedang membahas soal anak bersama suaminya.Villa Enchanted adalah tempat dia dan Raven tinggal selama tujuh tahun, tetapi dari kata-kata Lumi, terdengar seperti rumah itu adalah miliknya.Sementara Miles, dia jelas-jelas tahu yang paling Serena khawatirkan adalah dirinya, tetapi malah memakai alasan sakit untuk menipunya pulang. Hati Serena seperti jatuh ke dasar jurang es.Raut wajah Raven menegang, suaranya tanpa sadar membawa kekhawatiran. "Rena, Lumi kerja di perusahaan hanya karena ....""Jangan salah paham ya, Serena. Aku di sini hanya menggantikan sementara sekretaris Raven. Dia ada urusan keluarga, jadi aku yang bantu Raven beberapa hari." Lumi segera menyambung, lalu berjalan mendekat, meraih tangan Serena dengan akrab. "Aku serius, jangan salah paham.""Memangnya aku bilang aku salah paham?" balas Serena, lalu dengan kasar menarik tangannya kembali.Ekspresi Lumi sedikit berubah, tetapi dia segera ter

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 6

    Serena terjatuh di atas ranjang empuk. Belum sempat mendorong Raven, dia sudah masuk ke pelukan yang penuh aroma kayu cendana.Itu adalah parfum pria favoritnya. Dia pernah sekadar menyebutkan dan Raven telah memakainya selama tujuh tahun.Kalau dua hari lalu, sampai mati pun Serena tidak akan percaya bahwa pernikahannya hanyalah palsu, bahwa Raven sebenarnya tidak mencintainya. Namun, sekarang ...."Tenanglah sedikit." Suara Raven lembut, tangannya menggenggam erat tangan Serena.Telapak mereka saling menempel. Dia mendekat ke leher Serena, meninggalkan jejak-jejak ciuman.Sampai tangan Raven yang panas membakar menyentuh punggungnya, Serena gemetar. Seketika, dia tersadar, lalu mendorong Raven dengan keras.Dia duduk, menahan rasa sakit di hatinya. "Aku lagi nggak enak badan."Setelah itu, Serena bangkit dan keluar, membanting pintu dengan keras. Raven pun mengerutkan alis, menatap pintu yang tertutup rapat, dan termenung.....Serena masuk ke kamar sebelah. Saat melewati ruang tamu,

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 5

    Serena yang berdiri di depan pintu menyahut, "Kamu akan tahu setelah melihatnya. Aku nggak ikut kamu pulang. Kamu pulang sendiri saja."Raven seperti tidak mendengar ucapan Serena. Dia meletakkan sepatu hak tinggi di depan Serena, lalu membujuk, "Sayang, Miles lagi tunggu kamu di rumah. Ikut aku pulang ya."Serena memalingkan wajahnya dan menanggapi, "Dia cuma menunggu alat yang bisa membantunya mengerjakan tugas. Kalau aku nggak membantunya mengerjakan tugas, malam ini orang yang dicarinya bukan aku. Cepat pergi, aku nggak akan pulang."Raven langsung berlutut dengan satu kaki di lantai dan menggenggam pergelangan kaki Serena. Celananya sedikit berkerut. Dia berucap, "Kami butuh kamu."Serena mentertawakan dirinya sendiri dan mengomentari, "Sepertinya kalian lebih membutuhkan Lumi. Hari ini semua masalah selesai begitu dia datang ke sekolah. Miles juga menuruti ucapannya."Tatapan Raven menjadi muram. Dia tertawa, lalu membalas, "Ternyata kamu cemburu karena masalah ini? Sehebat apa p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status