Share

Bab 3

Author: Lintang
Serena memesan taksi di tepi jalan. Saat menunggu, dia mencari tiket pesawat dan berencana langsung pergi ke bandara.

Siapa sangka, dokter tiba-tiba menelepon, "Bu Serena, kapan kamu pergi ke luar negeri untuk menjalani terapi konservatif?"

Serena berdiri di bawah lampu jalan yang cahayanya kekuningan. Tampak bayangan panjang dari tubuhnya yang ramping.

Serena memandangi bayangannya sambil menyahut, "Sekarang aku mau pergi ke bandara."

Dokter menimpali dengan cemas, "Nggak boleh! Kamu mengidap tumor otak, jadi tekanan di dalam rongga kepalamu berbeda dengan orang biasa. Banyak hal tak terduga bisa terjadi kalau kamu naik pesawat terbang! Kamu harus melakukan tes tekanan!"

Serena tertegun. Kenapa bisa begini? Padahal dia sudah mempersiapkan mental untuk menghilang malam ini. Ternyata dia tidak bisa langsung pergi.

Dokter mengembuskan napas, sepertinya dia bersyukur karena menelepon Serena tepat waktu. Dokter berpesan, "Besok kamu datang ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Aku mau cek kondisimu bisa naik pesawat terbang atau nggak."

Setelah mengakhiri panggilan telepon, taksi Serena juga sampai. Sopir membuka jendela dan bertanya, "Bu, jadi pergi nggak?"

Serena berjeda sejenak sebelum menjawab, "Jadi. Aku mau pergi ke Hotel Azure."

Serena sengaja menghindari hotel di bawah naungan perusahaan Raven. Sesudah masuk ke kamar hotel, dia berendam air panas. Serena memejamkan matanya sambil menyusun rencana.

Jika Serena tidak boleh menaiki pesawat terbang, dia bisa menaiki kapal. Perjalanan dengan menaiki kapal sangat lambat, tetapi dia bisa melihat pemandangan. Tidak masalah biarpun dia baru sampai sekitar 5 hari.

Ketika Serena sedang berpikir, hidungnya tiba-tiba gatal. Dia menahan rasa kantuknya dan menunduk. Ternyata tetesan-tetesan darah jatuh ke dalam air.

Serena segera menyeka darahnya, lalu memencet hidungnya dan tidak bergerak. Setelah beberapa saat, dia baru berdiri dan tidur.

Ponsel Serena sama sekali tidak berbunyi. Mungkin Raven sangat senang melihat surat itu. Serena yang pengertian berinisiatif menyerahkan posisinya kepada Lumi.

Serena berbaring di tempat tidur dan tanpa sadar tertidur. Setelah bangun keesokan harinya, Serena bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit. Tiba-tiba, ponselnya berdering.

Melihat nama Eden di layar ponsel, Serena tertegun. Eden adalah wali kelas Miles. Serena menjawab panggilan telepon dengan ragu-ragu, "Halo? Bu Eden ...."

Eden menjelaskan, "Bu Serena, apa kamu bisa datang ke sekolah secepatnya? Miles berkelahi dengan teman sekelasnya. Dia mencakar dahi temannya sampai berdarah! Sekarang orang tua temannya itu lagi menunggu di sekolah untuk meminta penjelasan."

Nada bicara Eden terdengar cemas. Dia buru-buru menceritakan permasalahannya.

Sebagai seorang ibu yang menyayangi anaknya, Serena langsung bertanya dengan gugup, "Bagaimana dengan Miles? Lukanya parah nggak?"

Eden yang merasa tidak berdaya menyahut, "Miles nggak terluka, tapi dia nggak mau minta maaf. Orang tua temannya sangat marah."

Serena berpikir sejenak. Hari ini hari kerja. Raven pasti sangat sibuk. Biasanya Serena yang mengurus semua masalah di sekolah.

Sebentar lagi Serena akan pergi. Anggap saja dia membantu Miles menyelesaikan masalah ini untuk terakhir kali sebagai seorang ibu.

Begitu memikirkan Miles menghadapi teguran guru dan orang tua temannya di sekolah, Serena merasa tidak tega. Dia pun memutuskan untuk pergi ke sekolah.

Serena turun dari mobil, lalu bergegas pergi ke ruangan kantor Eden. Dia membayangkan Miles yang sendirian sangat kasihan, jadi dia mempercepat langkahnya.

Namun, Serena mendengar suara seseorang yang lembut sebelum masuk. "Miles bukan cari masalah. Dia ditegur guru karena nggak mengerjakan tugas. Waktu dia lagi sedih, anakmu terus mentertawakan dia nggak mendapatkan stiker bintang dari guru. Jadi, mereka baru berkelahi."

Orang itu menambahkan, "Masa cuma Miles yang disalahkan? Pak Hardi, apa yang kubilang benar, 'kan?"

Mendengar suara orang itu, Serena kaget. Dia maju untuk melihat kondisi di dalam ruangan. Napasnya memburu.

Ternyata orang itu adalah Lumi. Dia memakai gaun panjang model kemban berwarna krem. Rambutnya diikat dengan pita putih. Meskipun hanya dilihat dari belakang, sosok Lumi benar-benar elegan dan lembut.

Raven memakai setelan jas hitam. Bahunya lebar dan pinggangnya ramping. Dia berdiri berdampingan dengan Lumi.

Sementara itu, Miles yang dibesarkan Serena dengan sepenuh hati sedang memeluk tangan Lumi dan bersandar di tubuhnya.

Mereka bertiga terlihat seperti keluarga yang bahagia. Orang tua teman Miles sudah ditenangkan dengan ucapan Lumi. Mereka tidak mempermasalahkan hal ini lagi.

Lumi menunduk. Dia mengusap kepala Miles dan berujar seraya tersenyum, "Miles, minta maaf sama Samuel ya?"

Miles mencebik, lalu meminta maaf dengan patuh. Kedua belah pihak berdamai. Semuanya merasa senang.

Beberapa guru yang menonton keramaian di samping merasa lega. Mereka melihat Lumi dengan tatapan kagum.

Salah satu guru berkomentar, "Bu, kamu memang pandai mengajar anakmu. Tadi Miles bersikeras nggak mau minta maaf. Begitu kamu datang dan membujuknya, dia langsung bersikap patuh."

Raven tertegun, lalu berucap sembari mengernyit, "Dia bukan ...."

Ayah Samuel yang berdiri di samping menyela, "Pak Raven beruntung sekali punya istri seperti ini. Nggak seperti istriku. Dia itu macan betina! Kalian benar-benar serasi. Semoga kalian bahagia selalu."

Ekspresi Raven tampak kesal. Dia menegaskan, "Dia bukan ibunya anakku."

Wajah Lumi menjadi tegang. Dia memeluk Miles. Kemudian, Miles berteriak, "Tante Lumi memang bukan mamaku, tapi dia jauh lebih baik dari mamaku!"

Seketika suasana di ruangan menjadi canggung. Ekspresi Raven sangat muram. Dia memandang Miles untuk memperingatkannya.

Serena melihat situasi di dalam ruangan dari jauh. Dadanya sesak dan kepalanya pusing lagi. Serena memegang kusen pintu dengan perasaan tersiksa sambil melihat semua yang terjadi.

Serena bagaikan bunga yang hampir layu karena dihancurkan dan kekurangan nutrisi. Semua orang yang dia anggap sebagai keluarga meninggalkannya. Mereka mendekati Lumi yang bagaikan bunga mawar nan menawan.

Tiba-tiba, Miles menoleh dan melihat orang di belakang Lumi. Dia berteriak, "Mama!"

Miles melepaskan Lumi dan berlari ke luar. Raven langsung menghampiri Serena tanpa ragu sedikit pun begitu melihatnya. Tindakan mereka membuat Serena tertegun.

Tidak disangka, Miles menarik ujung baju Serena dengan kuat dan berkata dengan ekspresi marah, "Semua ini salahmu! Kenapa semalam kamu nggak desak aku untuk kerjakan tugas? Kalau bukan karena kamu, aku nggak mungkin nggak dapat stiker bintang! Aku juga nggak akan ditertawakan Samuel dan berkelahi dengannya! Kamu yang salah!"

Miles menarik Serena, lalu mendorongnya. Tenaga anak kecil juga cukup kuat. Apalagi Serena tidak enak badan. Kepalanya pusing sehingga dia hampir jatuh setelah didorong Miles.

Pada saat-saat genting, seseorang memeluk Serena. Dia yang dirangkul dalam pelukan hangat berbalik.

Raven menunduk dan memandangi Miles dengan dingin sembari menegur, "Minta maaf pada mamamu! Siapa yang izinkan kamu bersikap nggak sopan kepadanya? Kamu malah salahkan mamamu nggak desak kamu kerjakan tugas. Kamu sudah besar, apa kamu nggak bisa kerjakan tugas sendiri?"

Raven selalu mendidik Miles dengan tegas di rumah. Jadi, Miles takut Raven marah.

Tubuh Miles gemetaran saking takutnya. Matanya memerah. Dia mencebik dan tidak berani bersuara, juga tidak mau meminta maaf.

Serena berdiri dengan stabil, lalu mendorong Raven dengan pelan. Raven langsung merasa ada yang tidak beres dengan Serena. Dia menoleh dan mengamati Serena dengan ekspresi khawatir. Raven bertanya, "Kamu nggak apa-apa, 'kan?"

Serena menggeleng. Raven menggenggam tangan Serena untuk menenangkannya, lalu memerintah Miles, "Miles, minta maaf!"

Miles yang ketakutan gemetaran. Lumi yang berdiri di belakang mengerjap. Tatapannya tertuju pada tangan Raven dan Serena bergenggaman. Dia langsung mengalihkan pandangannya, lalu menghampiri mereka sembari tersenyum.

Lumi berkata, "Raven, jangan teriak begitu keras. Miles sudah ditegur guru dan berkelahi, suasana hatinya pasti nggak bagus. Wajar saja kalau dia merajuk. Aku yakin ibunya Miles pasti nggak akan mempermasalahkannya, 'kan?"

Serena mendongak dan bertatapan dengan Lumi. Setelah mendekati Lumi, Serena bahkan bisa mencium aroma citrus yang samar dari tubuhnya. Aroma ini sama persis dengan aroma yang dicium Serena pada tubuh Raven semalam.

Hati Serena bergetar. Dia refleks menepis tangan Raven.

Lumi tersenyum lebar. Dia juga tidak keberatan Serena tidak menanggapi ucapannya. Lumi berujar, "Raven, ini pertama kalinya aku bertemu dengan ibunya Miles. Kamu nggak kenalkan kami?"

Raven tertegun.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 10

    Napas Serena sedikit berat, kedua tangannya juga bergetar halus. Namun, Raven justru refleks menghindar ke belakang, seakan-akan takut dia melihat sesuatu. "Rena ....""Kamu terima teleponnya dulu." Serena tidak mau lagi melihatnya.Raven mengernyit, membelakangi Serena, lalu mengangkat panggilan.Dari seberang, terdengar suara si desainer. "Pak Raven, gaya dan model awal sudah aku pastikan. Aku kirim ke email-mu, silakan dicek apa ada yang kurang sesuai."Raven merendahkan suara. "Nanti aku hubungi lagi. Lain kali jangan sembarangan telepon, aku ingin kasih kejutan untuk istriku."Begitu menutup telepon dan berbalik, Raven baru sadar Serena sudah tidak ada di tempat.Yenny buru-buru menahan Raven agar tidak pergi. "Semalam Lumi masuk rumah sakit, 'kan? Cepat ikut aku beli bingkisan untuk menjenguknya. Kalau bukan demi nenekmu waktu itu, dia juga nggak akan sampai kena sakit jantung!"Raven mengedarkan pandangan, tetap tidak menemukan Serena. Akhirnya, dia hanya bisa pergi bersama Yenn

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 9

    Orang yang berdiri di hadapan Serena saat ini adalah tantenya Raven, Yenny.Kalau Dylan, temannya Raven, masih bisa bersikap manis di depan dengan memanggilnya "Kakak Ipar" tetapi di belakang sama sekali tak menghargainya, Yenny justru berbeda. Dia sejak awal terang-terangan membenci dan memusuhi Serena.Sejak Serena menikah dengan Raven, tak pernah sekali pun dia melihat wajah ramah dari Yenny. Di belakang, Yenny bukan hanya sekali menyebutnya sebagai perempuan rendah yang merebut suami orang, naik ke atas dengan cara kotor karena hamil, hingga Raven terpaksa bertanggung jawab.Waktu itu Serena sering marah sekaligus merasa terhina. Bagaimanapun dia menjelaskan, tetap tak bisa membuat Yenny memperlakukannya dengan hormat. Namun, Yenny adalah satu-satunya keluarga Raven yang masih hidup sehingga Serena terpaksa menghormatinya.Saat itu, Serena tak mengerti mengapa Yenny selalu berbicara begitu menyakitkan. Kini, dia baru sadar, semua ucapan Yenny ternyata benar.Yang benar-benar memili

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 8

    Lumi memegangi dadanya. Tubuh ringkihnya tampak seolah-olah akan jatuh kapan saja. Raven segera menopangnya, melihat bibirnya yang sudah kehilangan warna. Dengan suara berat, dia memerintahkan, "Suruh sopir siapkan mobil!""Nggak, aku nggak perlu ke rumah sakit." Suara Lumi bergetar, seakan-akan menanggung rasa sakit yang luar biasa. Dia mengangkat pandangan ke lantai dua. Di sudut sana, tampak ujung pakaian seseorang yang terjulur keluar.Lumi pun menampilkan senyuman dingin yang nyaris tak terlihat, "Sebaiknya kamu pergi lihat Serena."Raven mengerutkan kening, ragu sejenak. Miles buru-buru berkata, "Mama nggak apa-apa. Mama cuma mual karena kurang makan, belakangan sering begitu. Tante Lumi, aku dan Papa antar kamu ke rumah sakit ya!"Mengingat dokter juga mengatakan Serena hanya panas dalam, Raven pun mengangguk ringan. "Aku antar kamu dulu ke rumah sakit."Ucapan ayah dan anak itu terdengar jelas sampai ke lantai dua. Rasa tidak nyaman di perut semakin kuat. Kali ini, Serena tidak

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 7

    Bulu mata Serena bergetar. Tadi nada bicara Lumi begitu alami, seakan-akan sedang membahas soal anak bersama suaminya.Villa Enchanted adalah tempat dia dan Raven tinggal selama tujuh tahun, tetapi dari kata-kata Lumi, terdengar seperti rumah itu adalah miliknya.Sementara Miles, dia jelas-jelas tahu yang paling Serena khawatirkan adalah dirinya, tetapi malah memakai alasan sakit untuk menipunya pulang. Hati Serena seperti jatuh ke dasar jurang es.Raut wajah Raven menegang, suaranya tanpa sadar membawa kekhawatiran. "Rena, Lumi kerja di perusahaan hanya karena ....""Jangan salah paham ya, Serena. Aku di sini hanya menggantikan sementara sekretaris Raven. Dia ada urusan keluarga, jadi aku yang bantu Raven beberapa hari." Lumi segera menyambung, lalu berjalan mendekat, meraih tangan Serena dengan akrab. "Aku serius, jangan salah paham.""Memangnya aku bilang aku salah paham?" balas Serena, lalu dengan kasar menarik tangannya kembali.Ekspresi Lumi sedikit berubah, tetapi dia segera ter

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 6

    Serena terjatuh di atas ranjang empuk. Belum sempat mendorong Raven, dia sudah masuk ke pelukan yang penuh aroma kayu cendana.Itu adalah parfum pria favoritnya. Dia pernah sekadar menyebutkan dan Raven telah memakainya selama tujuh tahun.Kalau dua hari lalu, sampai mati pun Serena tidak akan percaya bahwa pernikahannya hanyalah palsu, bahwa Raven sebenarnya tidak mencintainya. Namun, sekarang ...."Tenanglah sedikit." Suara Raven lembut, tangannya menggenggam erat tangan Serena.Telapak mereka saling menempel. Dia mendekat ke leher Serena, meninggalkan jejak-jejak ciuman.Sampai tangan Raven yang panas membakar menyentuh punggungnya, Serena gemetar. Seketika, dia tersadar, lalu mendorong Raven dengan keras.Dia duduk, menahan rasa sakit di hatinya. "Aku lagi nggak enak badan."Setelah itu, Serena bangkit dan keluar, membanting pintu dengan keras. Raven pun mengerutkan alis, menatap pintu yang tertutup rapat, dan termenung.....Serena masuk ke kamar sebelah. Saat melewati ruang tamu,

  • Kepalsuan Selama 7 Tahun: Suami dan Anakku Menyesal   Bab 5

    Serena yang berdiri di depan pintu menyahut, "Kamu akan tahu setelah melihatnya. Aku nggak ikut kamu pulang. Kamu pulang sendiri saja."Raven seperti tidak mendengar ucapan Serena. Dia meletakkan sepatu hak tinggi di depan Serena, lalu membujuk, "Sayang, Miles lagi tunggu kamu di rumah. Ikut aku pulang ya."Serena memalingkan wajahnya dan menanggapi, "Dia cuma menunggu alat yang bisa membantunya mengerjakan tugas. Kalau aku nggak membantunya mengerjakan tugas, malam ini orang yang dicarinya bukan aku. Cepat pergi, aku nggak akan pulang."Raven langsung berlutut dengan satu kaki di lantai dan menggenggam pergelangan kaki Serena. Celananya sedikit berkerut. Dia berucap, "Kami butuh kamu."Serena mentertawakan dirinya sendiri dan mengomentari, "Sepertinya kalian lebih membutuhkan Lumi. Hari ini semua masalah selesai begitu dia datang ke sekolah. Miles juga menuruti ucapannya."Tatapan Raven menjadi muram. Dia tertawa, lalu membalas, "Ternyata kamu cemburu karena masalah ini? Sehebat apa p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status