Share

Part 43 Kafe yang sama

  Ketiganya sudah siap dengan outfit masing-masing, dengan gaya sederhana mereka, ketiga gadis itu masih tetap menawan tak terkecuali Zoya. Menjadi istri dari pengusaha muda yang terbilang sukses dan sedang berada dipuncak kejayaan tak lantas membuat dirinya ingin merubah penampilan menjadi lebih glamor. Zoya tetap seperti gadis beberapa bulan yang lalu ketika ia masih menjadi buruh cuci dengan kedua sahabatnya, sederhana dan apa adanya.

  "Zo, sebenarnya ada apa sih? Sepertinya serius sekali, dan lagi semalam om Danu bener-bener aneh. Apa jangan-jangan dia nggak suka aku ikut tinggal di rumahnya ya?" terlihat jelas kekhawatiran di wajah Melly yang duduk bersisian dengan Zoya di kursi belakang.

   Kini ketiganya sudah berada di dalam taksi menuju kafe, sebenarnya Danu sudah menyiapkan mobil dan juga supir pribadi. Tapi Zoya bersikeras ingin naik taksi, karena merindukan masa-masa kebersamaan mereka seperti dulu.

"Iya Zo, aku juga merasakan hal yang sama dengan Mel-mel." Vina yang duduk di kursi belakang ikut menoleh kebelakang.

"Kalian tenang aja, om Danu cuma mau traktir kita makan kok. Jangan khawatir ya," sahut Zoya menenangkan melihat kedua sahabatnya semakin paranoid.

***

   Sesampainya di kafe Zoya tersenyum mengingat kursi dimana awal kehidupan barunya di mulai, sebenarnya saat di jalan tadi dia sudah berencana ingin duduk di sana, akan tetapi begitu masuk ternyata sudah di isi orang lebih dulu.

"Gila ya, hanya karena keisengan bisa berubah hidup kita," gumamnya yang langsung mendapat respon dari Melly juga Vina yang hendak duduk di depannya.

"Lebih tepatnya hidup kamu, kita enggak ya Mel?" ucap Vina sekenanya.

"Heem.. Tapi serius bestie aku masih jedag-jegug nih, seperti merasa sesuatu akan terjadi." begitu duduk Melly langsung mengutarakan kegelisahannya, mengingat sejak pertama bertatap muka dengan Danu, pria itu selalu melempar tatapan tak biasa padanya.

"Santai aja, nggak ada yang serius kok." Tidak ingin merusak rencana suaminya, Zoya memilih bersikap tidak tahu apapun.

"Selamat siang, mau pesan apa mbak?" tidak lama seorang pelan datang mendekati meja mereka sambil meletakkan buku daftar menu.

"Lebih baik kita pesan minum dulu ya guys, sambil menunggu om Danu datang."

Mendapat persetujuan dari kedua sahabatnya, Zoya langsung memesan minuman untuk mereka.

"Btw Zo, bagaimana kesan malam pertamamu, apa om Danu jos di ranjang?" cukup lama ketiganya terdiam, tiba-tiba saja Vina bertanya sesuatu yang sudah ingin diketahui sejak kepergiannya keluar Kota bersama Melly juga Lisa beberapa hari lalu.

"Hah? Kamu tanya apaan?" berpura-pura tidak mendengar menjadi solusi terbaik saat Zoya merasakan desiran aneh mengingat bagaimana ketangguhan suaminya di atas ranjang.

"Ck, sekarang paham kan?" ujar Vina sambil menyatukan kedua ujung jari telunjuknya di hadapan Zoya.

"Apa sih Vin, tambah gak jelas deh." elaknya.

"Masa sih," goda Vina begitu melihat semburat merah di kedua pipi Zoya.

"Kalian bahas apa sih gaje banget," sahut Milly menimpali.

"Tau tuh Vina."

"Aku kan cuma tanya, apa salahnya coba."

"Emang tanya apaan sih?" Melly akhirnya ikut penasaran, dia yang sedari tadi melamun tidak begitu mendengarkan obrolan kedua sahabat somplaknya.

"Aku penasaran gimana om Danu memperlakukan Oneng di ranjang saat malam pertama mereka," bisik Vina setelah mendekatkan bibirnya di telinga Melly.

"Ya salam Vina!" Melly yang terkejut sampai memundurkan kepalanya, menatap heran Vina yang justru meringis tanpa beban.  

"Memang ya, isi kepalamu perlu di sterilkan. Biar gak cuma seputaran ranjang aja yang ingin kamu tahu," dengusnya sebal.

"Memangnya dia masih sering liat yang begituan, Mel?" tanya Zoya karena sekarang dirinya tidak bisa lagi menghabiskan waktu bersama mereka sepanjang malam seperti dulu.

  Diantara ketiga gadis itu memang hanya Vina yang gemar melihat film dewasa. Walaupun tak jarang dia akan berdesis jijik saat adegan yang tidak dia sukai dimunculkan. Apalagi ketika melihat wanitanya seperti kesakitan, Vina akan langsung menggeram kesal seperti sangat marah pada pemeran pria. Heran memang, tapi begitulah adanya. Tapi walau demikian, gadis berusia dua puluh empat tahun itu memiliki banyak koleksi di ponselnya untuk dia koreksi setiap malam, memilah mana gaya yang benar versinya.

"Bahaya! Gak bisa di biarin, aku harus minta ibu buat cepat nikahin kamu," ujar Zoya mendramatisir keadaan.

"Ogah! Aku masih mau kerja. Lagian aku cuma lihat cara mereka bermain, itu aja," ketus Vina mengelak karena memang begitu kenyataannya.

"Untungnya apa?!" seru Zoya juga Melly serentak sampai menarik perhatian beberapa pengunjung lain.

"Hehehe.. Ya belajar dulu teorinya, biar nanti kalau udah nikah gak kaku."

  Jawaban yang cukup mengherankan, terlebih saat mengetahui itu keluar dari mulut seorang gadis tanpa ada yang rasa jaim atau malu sedikitpun. Tapi walaupun begitu, baik Zoya ataupun Melly tetap yakin jika sahabat mereka itu tidak jauh berbeda dengan mereka berdua, amatiran. Sebab meski usia Vina lebih tua dua tahun dari Melly, dan empat tahun dari Zoya. Tidak sekalipun Vina terlihat pernah menjalin hubungan dengan makhluk yang disebut pria, bahkan di balik otaknya yang sedikit mesum, juga terkesan nyeleneh, Vina selalu cuek saat didekati pria yang menaruh hati padanya. Termasuk Tony.

"Hai, kalian sudah lama?"

  Ketiganya kompak menoleh ke asal suara, dimana terlihat dua pria dengan pakaian formal berjalan gagah mendekati ketiga gadis yang sedang melongo dengan kedua mata terbelalak lebar menatap tidak percaya padanya

Sementara dari arah pintu masuk, senyum menawan menyertai setiap derap langkah lebar kaki yang terbalut pantofel mengkilat. Senyum yang semakin terlihat sempurna  hingga mampu meluluhkan hati kaum hawa yang melihatnya.

Jangan lupa vote dan tinggalkan jejak, terima kasih

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status