Share

Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya
Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya
Penulis: Adeeva

Bab 1

Penulis: Adeeva
"Cassia, kamu sudah 30 tahun, bukan anak muda lagi. Apa kamu benar-benar mau bekerja di perusahaan itu seumur hidupmu? Kalau belum mau menikah juga, pulanglah untuk ikut kencan buta. Tantemu mau ngenalin pria yang lumayan baik, bulan depan dia pulang dari luar negeri. Temui saja dulu, ya?"

Menjelang jam pulang kantor, Cassia menerima telepon dari ibunya.

Bukan pertama kali ini ibunya menelepon untuk mendesaknya menikah. Biasanya Cassia selalu ragu-ragu menjawabnya. Namun kali ini, dia langsung menyetujuinya.

"Baik, setelah aku mengundurkan diri, aku akan pulang tepat waktu."

Di seberang sana, ibunya terdengar terkejut. "Kamu pulang?"

"Iya, aku akan pulang."

Setelah menutup telepon, Cassia mengambil tas dan bersiap untuk pulang. Namun saat itu, telepon internal di mejanya berdering.

"Masuk."

Begitu membuka pintu kantor, Cassia langsung melihat pria itu berdiri di depan jendela kaca besar.

Siluet tubuhnya sangat tinggi dan tegap. Hanya dengan berdiri saja, dia bisa memancarkan tekanan yang membuat orang terintimidasi.

Cassia melangkah mendekat dan Navish pun berbalik, lalu membisikkan kata-kata di dekat telinganya, "Malam ini, aku ke tempatmu."

"Aku nggak bisa malam ini," ucap Cassia sambil mundur selangkah.

Navish langsung menangkap pergelangan tangannya. "Menstruasimu masih sepuluh hari lagi."

"Aku ada janji bertemu klien." Cassia kembali menolak.

Pria itu mengulurkan tangan dan menarik lepas syal dari lehernya. Di balik syal, tampak bekas-bekas kemerahan, satu demi satu.

"Kamu tahu, aku nggak suka wanita yang nggak patuh."

Begitu kalimat itu dilontarkan, ciumannya jatuh bertubi-tubi. Cassia mengangkat tangan, tapi tidak mampu menolak. Dia membiarkan Navish mencium dirinya, tetapi hatinya terasa hampa.

Kemarin, saat dia mengantarkan dokumen ke bar tempat Navish berada, Cassia mendengar percakapan pria itu dengan sekelompok pria sosialita.

"Navish, dengar-dengar nenekmu mau menjodohkanmu. Jadi pacarmu itu gimana, dong?"

Navish menjawab santai, "Bagaimana lagi? Cuma teman tidur. Menurut kalian, apa aku harus menikahinya?"

Semua orang tahu, Cassia mencintai Navish dengan sepenuh hati. Saking cintanya, dia rela muncul kapan dan di mana saja saat Navish memanggilnya.

Namun, Cassia tidak pernah menyangka bahwa dirinya hanyalah seorang teman tidur di mata Navish. Di saat itulah, Cassia akhirnya sadar.

Navish mengantarnya pulang. Begitu pintu terbuka, dia langsung menekannya ke dinding dan menguasai setiap inci tubuhnya dengan paksa. Malam yang seharusnya menjadi malam penuh gairah itu, justru berubah menjadi siksaan batin.

Usai semuanya, Navish memeluknya dari belakang sambil duduk di tepi ranjang. Napasnya yang hangat dan berat menyapu telinga Cassia.

"Aku akan bertunangan."

"Mm." Cassia tidak menunjukkan reaksi apa pun. Dia sudah tahu sebelumnya, apa lagi yang bisa dia katakan?

"Kamu nggak marah?"

Navish sudah terbiasa dengan reaksi Cassia yang seperti itu. Sejak hari pertama wanita itu bersamanya, dia tidak pernah melihat Cassia menunjukkan emosi. Dia selalu tenang hingga nyaris seperti robot. Seolah-olah semua hal dan orang tidak pernah menyentuh hatinya.

Cassia tahu batasan dan tahu kapan harus mundur. Yang paling penting, wajah dan tatapan matanya ... mirip dengan "orang itu". Itulah alasan utama Navish memilihnya.

"Nggak. Tidurlah. Aku capek." Cassia membalikkan badan dan menjauh darinya.

Navish memandang punggungnya yang kurus, lalu mengulurkan tangan dan kembali menariknya ke pelukan. Tubuh Cassia menegang. Dia menutup mata, tetapi tidak bisa tidur semalaman.

Pagi harinya.

Saat Navish bangun, Cassia sudah tidak ada di sisinya. Dia turun ke bawah, tetapi tidak melihat sarapan yang biasa disiapkan untuknya.

Biasanya setiap kali dia bermalam di sini, Cassia selalu menyiapkan pakaian kerja dan dasi yang akan dipakai ke kantor. Navish adalah orang yang pilih-pilih soal makanan. Steik untuk sarapannya harus berasal dari potongan daging yang paling segar.

Cassia biasanya bangun lebih pagi dan pergi ke pasar memilih daging sendiri, lalu buru-buru kembali dan memasak sebelum dia bangun. Namun pagi ini, Cassia tidak menyiapkan pakaian ataupun sarapan.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 26

    "Maksudmu ... kita pernah bertemu sebelumnya?""Waktu wisuda sebagai lulusan terbaik, aku pernah melihatmu. Saat itu, aku kehilangan naskah pidatoku dan kamu yang membantuku mencarinya."Cassia menatap pria di depannya, pikirannya melayang ke masa kuliah.Saat itu, sebagai perwakilan lulusan terbaik, dia harus berpidato. Saat sedang menghafal naskah di belakang panggung, dia memang bertemu dengan seorang mahasiswa laki-laki yang juga sedang bersiap untuk pidato.Naskah pidato pria itu hilang, jadi Cassia membantunya mencarinya cukup lama. Akhirnya, mereka menemukannya di salah satu sudut.Namun, saat itu Cassia terlalu gugup, jadi dia sama sekali tidak ingat seperti apa wajah pria itu. Ternyata itu Jarvis?"Pria itu ... kamu?""Kamu ingat sekarang?"Jarvis tersenyum. "Sayangnya, saat itu kita sudah lulus. Setelah itu, aku mencari kabar tentangmu, tapi nggak bisa menemukan apa pun. Sampai beberapa tahun kemudian, di sebuah acara proyek, aku melihatmu lagi. Aku baru tahu kamu jadi sekret

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 25

    Sebelum Navish sempat menjawab, tiba-tiba beberapa polisi muncul dari kejauhan."Dengan Bu Amanda?"Jantung Amanda langsung berdetak kencang. Tanpa pikir panjang, dia berbalik untuk kabur, tetapi polisi langsung menangkapnya dan menahannya di dinding."Bu Amanda, 'kan? Kami menduga Anda terlibat dalam kasus penghasutan dan percobaan penganiayaan. Silakan ikut kami untuk membantu penyelidikan!""Aku nggak bersalah! Aku nggak melakukan apa-apa!" Amanda panik. Padahal semuanya sudah diatur dengan rapi. Apa mungkin Jarvis benar-benar ikut campur dalam urusan ini?"Pak Jarvis, terima kasih atas informasinya. Kami akan menyelidiki kasus ini sampai tuntas!"Cassia mengernyit. Dia mengira masalah ini sudah selesai sejak lama. Tak pernah terbayangkan bahwa Jarvis diam-diam masih menyelidiki semuanya.Hatinya menghangat. Cassia menggenggam tangan Jarvis lebih erat.Navish bertanya dengan bingung, "Kasus penganiayaan? Amanda, apa yang sudah kamu lakukan?""Apa yang dia lakukan?" Cassia tersenyum

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 24

    "Na ... Navish ...." Pria itu tidak menyangka Navish akan tiba-tiba muncul, sampai terkejut setengah mati."Kamu bilang, Jarvis dan Cassia cuma pura-pura nikah?""Aku punya teman yang sangat dekat dengan asistennya Jarvis, katanya memang begitu."Mendengar itu, hati Navish langsung berbunga-bunga. Semangatnya bangkit seketika. Dia baru saja hendak pergi, tetapi teringat pria ini sempat menyebut Cassia sebagai barang bekas. Dia langsung mengambil ember air di samping dan menyiramkannya ke pria itu."Navish! Apa yang kamu lakukan?""Kalau aku dengar sekali lagi kamu menyebut Cassia barang bekas, ganjaran yang bakal kamu terima bukan sekadar air kotor!"Ketika Navish keluar, Cassia juga baru keluar dari toilet wanita. Melihat pria itu, Cassia hanya bisa memutar bola mata dengan pasrah. Dia seharusnya menunggu sampai Navish pergi dulu sebelum keluar.Navish langsung mengadang jalannya, senyuman di bibirnya jelas tidak bisa ditahan. "Cassia, kamu dan Jarvis cuma pura-pura nikah, 'kan? Kalia

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 23

    Setelah Jarvis memposting sesuatu di media sosial, teman-temannya di lingkaran sosial langsung mengajaknya keluar untuk minum. Mereka bahkan secara khusus meminta agar Cassia dibawa juga.Jarvis tahu Cassia tidak suka acara seperti itu, jadi awalnya dia tidak berniat mengajaknya. Namun, Cassia justru mengambil inisiatif. "Aku ikut. Toh kita sudah menikah, bertemu teman-temanmu juga wajar."Yang paling penting, saat ini dia ingin bersama Jarvis. Bertemu dengan teman-temannya, mengenal lebih jauh tentang Jarvis, itu juga hal yang baik.Blue Lounge adalah kelab paling mewah di Kota Jerada. Di ruang VIP lantai dua, Navish datang lebih awal. Begitu dia muncul, semua orang langsung menggodanya."Eh, bukannya Navish biasanya nggak pernah nongol bareng Jarvis? Kok hari ini datang juga?""Amanda mana? Jangan-jangan tahu hari ini mau ketemu Cassia, jadi sengaja nggak dibawa?"Navish sudah menenggak beberapa gelas alkohol. Dia hanya melirik tajam, semua orang langsung diam."Kak Navish ...." Aman

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 22

    "Sepertinya dia benar-benar menyesal." Jarvis melihat kesedihan di mata Cassia dan mengira Cassia masih belum bisa melupakan Navish. Dia tak bisa menahan diri untuk bertanya, "Kamu nggak apa-apa?"Cassia mengalihkan pandangannya, lalu memeriksa luka di sudut bibir Jarvis dengan cermat. Setelah yakin darahnya sudah berhenti, barulah dia merasa lega. "Aku nggak apa-apa."Jarvis senang melihat Cassia begitu peduli padanya. "Kamu khawatir padaku?""Kamu suamiku. Kalau aku nggak peduli sama kamu, terus peduli sama siapa?" Cassia mengerutkan dahi dengan kesal. "Navish benar-benar gila. Dia sampai berani memukulmu.""Dia benar-benar ingin memperjuangkanmu kembali." Jarvis penasaran dengan isi hati Cassia. Dia takut Cassia akan menyesali pernikahan mereka."Mustahil." Cassia menolak tanpa ragu sedikit pun. "Perasaanku untuknya sudah lama mati.""Hmm." Jarvis menunduk, senyuman tipis tersungging di sudut bibirnya.Cassia menyadarinya. "Kamu sudah dipukul orang, masih bisa senyum?""Kalau dengan

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 21

    Jarvis tak sempat menghindar dan menerima pukulan itu secara langsung. Tubuhnya mundur beberapa langkah karena hantaman keras tersebut.Melihat Jarvis dipukul, Cassia panik dan langsung berlari menghampirinya. "Kamu nggak apa-apa? Jarvis, kamu baik-baik saja?"Pukulan tadi dilayangkan Navish dengan sekuat tenaga. Mulut Jarvis sampai mengeluarkan darah. Cassia yang tidak tahu harus berbuat apa, buru-buru mengeluarkan tisu dari saku dan menyeka darah di bibirnya."Sakit nggak?""Nggak apa-apa, aku nggak merasa sakit."Jarvis menerima tisu dari tangannya dan tersenyum padanya.Saat itulah, pertahanan terakhir di hati Cassia runtuh. Dia berbalik, menatap Navish dengan sorot mata penuh amarah. "Navish, kamu gila? Kamu sadar nggak apa yang baru saja kamu lakukan?""Kamu begitu peduli sama dia?" Melihat raut wajah Cassia yang penuh kepedulian pada Jarvis, hati Navish terasa seperti disayat-sayat.Dulu, tatapan penuh perhatian itu hanya diberikan untuknya. Sejak kapan Cassia mulai menatap pria

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status