Share

Bab 2

Author: Adeeva
Saat Navish turun, Cassia sedang menyiram bunga di halaman. Dia mengenakan setelan kerja berwarna hitam dengan rambut tergerai rapi. Tangannya memegang penyiram tanaman dan di sudut bibirnya tersungging senyuman tipis yang jarang terlihat.

Navish jarang melihat Cassia berpakaian seformal ini. Dia selalu lebih suka melihat Cassia memakai gaun. Sebab, ketika Cassia mengenakan gaun, rambut panjangnya berayun lembut dan penampilannya mirip sekali dengan "wanita itu".

Namun, Cassia tidak pernah tahu semua itu. Navish berjalan ke arahnya dan bertanya, "Sarapannya mana?"

Mendengar suaranya, Cassia meletakkan alat penyiram. Senyum di bibirnya langsung lenyap. "Aku nggak masak."

"Kenapa nggak masak? Kamu tahu 'kan, yang paling aku nantikan tiap pagi adalah sarapan buatanmu."

Navish mengernyit. Ada sesuatu yang terasa berbeda dari Cassia hari ini.

"Aku harus pergi ketemu klien. Nggak sempat. Minta saja pembantu yang masakkan." Cassia berbalik hendak pergi, tapi Navish menahan lengannya.

"Kamu pergi pakai baju ini?"

"Kenapa? Ada masalah?"

Cassia menoleh dan memandangnya. Dia tahu betul Navish tidak suka.

Namun, dia tidak peduli lagi. Yang penting baginya sekarang adalah dirinya sendiri. Dia tidak suka memakai gaun. Menurutnya, untuk kerja seharusnya berpakaian rapi dan profesional.

Hanya saja, Navish suka melihatnya memakai gaun, berdandan rapi, dan berpenampilan seperti boneka. Namun sekarang, dia tidak akan lagi menuruti Navish.

"Ada apa denganmu?"

Melihat perubahan sikap Cassia, nada bicara Navish mulai melembut.

"Kamu nggak suka aku mau tunangan, ya? Kamu tahu itu permintaan keluarga dan aku juga belum setuju, 'kan?"

"Kamu salah paham, Pak Navish. Kamu mau menikah dengan siapa itu hakmu. Lagian, dari awal kamu sudah bilang jelas, hubungan kita cuma soal seks, tanpa cinta." Dia menepis tangan Navish dan pergi tanpa menoleh sedikit pun.

Sesampainya di kantor, Cassia mendapati sebuah kotak hadiah tergeletak di meja kerjanya. Seorang rekan kerja lewat sambil menggoda, "Bu Cassia, ada pengagum baru lagi nih yang kirim hadiah?"

Cassia tetap tenang saat membuka kotak itu. Di dalamnya, tergeletak sebuah tas edisi terbatas. Itu adalah tas ketiga yang dia terima dalam beberapa waktu terakhir. Dia tahu pasti siapa pengirimnya. Hanya Navish yang bisa memberi hadiah tanpa pertimbangan seperti itu.

Setiap kali selesai tidur dengannya, hadiah-hadiah dari Navish akan muncul tepat waktu di meja kerjanya. Dia pernah mengatakan bahwa dia suka tas. Sejak itu, semua hadiah dari Navish hanya tas.

Entah beda warna dalam satu model, atau beda varian dari satu seri. Bahkan, tas yang sama persis juga dikirim berulang kali.

Dulu, Cassia selalu senang menerima hadiah darinya. Meski tahu Navish tidak pernah memilihkan hadiah dengan tulus, dia tetap merasa bahagia. Akan tetapi sekarang, dia sudah tidak peduli.

"Kamu mau nggak? Aku kasih ke kamu aja." Cassia memberikan tas itu ke temannya yang langsung girang dan memakainya dengan bangga.

"Serius? Ini edisi terbatas, lho! Bu Cassia, kamu royal banget, ya!" Dengan penuh semangat, rekan kerjanya memamerkan tas itu ke seluruh kantor.

Tepat saat itu, Navish keluar dari lift. Melihat tas yang diberikannya dipakai sembarangan oleh orang lain, darahnya langsung terasa mendidih.

Navish menarik Cassia ke dalam kantor. "Cassia, kamu ini kenapa? Waktu kita mulai hubungan ini, aku sudah bilang, orang yang akan kunikahi bukan kamu."

"Aku tahu." Cassia menjawab dengan datar, "Pak Navish, aku tahu semuanya."

"Kalau tahu, kenapa kamu bersikap begini?"

"Bukan apa-apa. Hanya saja ... tas yang sama persis, aku sudah punya tiga. Aku bosan. Nggak mau lagi."

Navish terdiam. Apa dirinya benar-benar memberikan tiga tas yang sama persis? Padahal semua itu tas terbaru, edisi terbatas, dan mahal. Dia mengira Cassia pasti akan menyukainya.

"Kalau begitu, lain kali aku kasih kamu yang lain."

"Nggak usah. Nggak akan ada lain kali lagi."

Cassia melirik jam tangannya. "Pak Navish, sekarang jam sembilan. Waktunya rapat."

Kemudian, dia melangkah keluar. Navish memandangi punggungnya yang menjauh dan tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 26

    "Maksudmu ... kita pernah bertemu sebelumnya?""Waktu wisuda sebagai lulusan terbaik, aku pernah melihatmu. Saat itu, aku kehilangan naskah pidatoku dan kamu yang membantuku mencarinya."Cassia menatap pria di depannya, pikirannya melayang ke masa kuliah.Saat itu, sebagai perwakilan lulusan terbaik, dia harus berpidato. Saat sedang menghafal naskah di belakang panggung, dia memang bertemu dengan seorang mahasiswa laki-laki yang juga sedang bersiap untuk pidato.Naskah pidato pria itu hilang, jadi Cassia membantunya mencarinya cukup lama. Akhirnya, mereka menemukannya di salah satu sudut.Namun, saat itu Cassia terlalu gugup, jadi dia sama sekali tidak ingat seperti apa wajah pria itu. Ternyata itu Jarvis?"Pria itu ... kamu?""Kamu ingat sekarang?"Jarvis tersenyum. "Sayangnya, saat itu kita sudah lulus. Setelah itu, aku mencari kabar tentangmu, tapi nggak bisa menemukan apa pun. Sampai beberapa tahun kemudian, di sebuah acara proyek, aku melihatmu lagi. Aku baru tahu kamu jadi sekret

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 25

    Sebelum Navish sempat menjawab, tiba-tiba beberapa polisi muncul dari kejauhan."Dengan Bu Amanda?"Jantung Amanda langsung berdetak kencang. Tanpa pikir panjang, dia berbalik untuk kabur, tetapi polisi langsung menangkapnya dan menahannya di dinding."Bu Amanda, 'kan? Kami menduga Anda terlibat dalam kasus penghasutan dan percobaan penganiayaan. Silakan ikut kami untuk membantu penyelidikan!""Aku nggak bersalah! Aku nggak melakukan apa-apa!" Amanda panik. Padahal semuanya sudah diatur dengan rapi. Apa mungkin Jarvis benar-benar ikut campur dalam urusan ini?"Pak Jarvis, terima kasih atas informasinya. Kami akan menyelidiki kasus ini sampai tuntas!"Cassia mengernyit. Dia mengira masalah ini sudah selesai sejak lama. Tak pernah terbayangkan bahwa Jarvis diam-diam masih menyelidiki semuanya.Hatinya menghangat. Cassia menggenggam tangan Jarvis lebih erat.Navish bertanya dengan bingung, "Kasus penganiayaan? Amanda, apa yang sudah kamu lakukan?""Apa yang dia lakukan?" Cassia tersenyum

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 24

    "Na ... Navish ...." Pria itu tidak menyangka Navish akan tiba-tiba muncul, sampai terkejut setengah mati."Kamu bilang, Jarvis dan Cassia cuma pura-pura nikah?""Aku punya teman yang sangat dekat dengan asistennya Jarvis, katanya memang begitu."Mendengar itu, hati Navish langsung berbunga-bunga. Semangatnya bangkit seketika. Dia baru saja hendak pergi, tetapi teringat pria ini sempat menyebut Cassia sebagai barang bekas. Dia langsung mengambil ember air di samping dan menyiramkannya ke pria itu."Navish! Apa yang kamu lakukan?""Kalau aku dengar sekali lagi kamu menyebut Cassia barang bekas, ganjaran yang bakal kamu terima bukan sekadar air kotor!"Ketika Navish keluar, Cassia juga baru keluar dari toilet wanita. Melihat pria itu, Cassia hanya bisa memutar bola mata dengan pasrah. Dia seharusnya menunggu sampai Navish pergi dulu sebelum keluar.Navish langsung mengadang jalannya, senyuman di bibirnya jelas tidak bisa ditahan. "Cassia, kamu dan Jarvis cuma pura-pura nikah, 'kan? Kalia

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 23

    Setelah Jarvis memposting sesuatu di media sosial, teman-temannya di lingkaran sosial langsung mengajaknya keluar untuk minum. Mereka bahkan secara khusus meminta agar Cassia dibawa juga.Jarvis tahu Cassia tidak suka acara seperti itu, jadi awalnya dia tidak berniat mengajaknya. Namun, Cassia justru mengambil inisiatif. "Aku ikut. Toh kita sudah menikah, bertemu teman-temanmu juga wajar."Yang paling penting, saat ini dia ingin bersama Jarvis. Bertemu dengan teman-temannya, mengenal lebih jauh tentang Jarvis, itu juga hal yang baik.Blue Lounge adalah kelab paling mewah di Kota Jerada. Di ruang VIP lantai dua, Navish datang lebih awal. Begitu dia muncul, semua orang langsung menggodanya."Eh, bukannya Navish biasanya nggak pernah nongol bareng Jarvis? Kok hari ini datang juga?""Amanda mana? Jangan-jangan tahu hari ini mau ketemu Cassia, jadi sengaja nggak dibawa?"Navish sudah menenggak beberapa gelas alkohol. Dia hanya melirik tajam, semua orang langsung diam."Kak Navish ...." Aman

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 22

    "Sepertinya dia benar-benar menyesal." Jarvis melihat kesedihan di mata Cassia dan mengira Cassia masih belum bisa melupakan Navish. Dia tak bisa menahan diri untuk bertanya, "Kamu nggak apa-apa?"Cassia mengalihkan pandangannya, lalu memeriksa luka di sudut bibir Jarvis dengan cermat. Setelah yakin darahnya sudah berhenti, barulah dia merasa lega. "Aku nggak apa-apa."Jarvis senang melihat Cassia begitu peduli padanya. "Kamu khawatir padaku?""Kamu suamiku. Kalau aku nggak peduli sama kamu, terus peduli sama siapa?" Cassia mengerutkan dahi dengan kesal. "Navish benar-benar gila. Dia sampai berani memukulmu.""Dia benar-benar ingin memperjuangkanmu kembali." Jarvis penasaran dengan isi hati Cassia. Dia takut Cassia akan menyesali pernikahan mereka."Mustahil." Cassia menolak tanpa ragu sedikit pun. "Perasaanku untuknya sudah lama mati.""Hmm." Jarvis menunduk, senyuman tipis tersungging di sudut bibirnya.Cassia menyadarinya. "Kamu sudah dipukul orang, masih bisa senyum?""Kalau dengan

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 21

    Jarvis tak sempat menghindar dan menerima pukulan itu secara langsung. Tubuhnya mundur beberapa langkah karena hantaman keras tersebut.Melihat Jarvis dipukul, Cassia panik dan langsung berlari menghampirinya. "Kamu nggak apa-apa? Jarvis, kamu baik-baik saja?"Pukulan tadi dilayangkan Navish dengan sekuat tenaga. Mulut Jarvis sampai mengeluarkan darah. Cassia yang tidak tahu harus berbuat apa, buru-buru mengeluarkan tisu dari saku dan menyeka darah di bibirnya."Sakit nggak?""Nggak apa-apa, aku nggak merasa sakit."Jarvis menerima tisu dari tangannya dan tersenyum padanya.Saat itulah, pertahanan terakhir di hati Cassia runtuh. Dia berbalik, menatap Navish dengan sorot mata penuh amarah. "Navish, kamu gila? Kamu sadar nggak apa yang baru saja kamu lakukan?""Kamu begitu peduli sama dia?" Melihat raut wajah Cassia yang penuh kepedulian pada Jarvis, hati Navish terasa seperti disayat-sayat.Dulu, tatapan penuh perhatian itu hanya diberikan untuknya. Sejak kapan Cassia mulai menatap pria

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status