Share

Bab 86

Penulis: Wei Yun
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-01 18:00:42

Dou Yuan melanjutkan ceritanya. ​"Nyonya Bai ... dia melihat suaminya dibunuh. Dia tidak bisa berteriak, tapi ia berlari. Ia berlari ke dalam rumah untuk menyelamatkan Bai Xiang. Aku melihatnya masuk, dan ada sekitar tiga orang yang mengejarnya ke dalam rumah."

​Dou Yuan menggeleng. "Setelah mereka masuk, aku tidak melihat Nyonya Bai atau Bai Xiang keluar. Pasukan itu kemudian mulai menghancurkan tempat penempaan besi dan rumah, mencari sesuatu. Mereka mencari tempat persembunyian rahasia untuk senjata."

​"Aku tetap bersembunyi. Aku menunggu hingga pagi keesokan harinya, hingga mereka benar-benar pergi. Baru satu hari setelah kejadian, dengan hati-hati aku memberanikan diri masuk ke dalam. Pemandangannya ... sangat mengerikan. Mayat Lao Bai tanpa kepala tergeletak di tempat penempaan besi. Sementara Nyonya Bai ... mayatnya ditemukan di dalam rumah, di kamar tidur. Di dekat tempat tidur ...."

​Dou Yuan menatap Han Feng dengan mata sendu. "Tapi aku tidak menemukan Bai Xiang. Tidak ad
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Norma Yunita
mana kelanjutannya Thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Balas Dendam Putri Terbuang: Jenderal, Mengakulah!   Bab 122

    Li Hua memeras kain sutra yang telah direndam dalam air rebusan daun sirih dan akar alang-alang. Dengan gerakan hati-hati, ia menyeka permukaan kulit Yang Ni yang melepuh. Bau menyengat dari luka yang pecah memenuhi ruangan sempit itu, namun Li Hua sama sekali tidak mengerutkan kening. “Nyonya … hamba mohon, hentikanlah,” rintih Yang Ni. Napasnya tersengal, matanya yang bengkak menatap Li Hua dengan rasa bersalah yang mendalam. “Tangan Nyonya yang halus tidak pantas menyentuh nanah ini. Jika Nyonya tertular, hamba akan membawa dosa ini sampai ke liang lahat.” Li Hua tetap diam. Ia mengambil mangkuk berisi ramuan herbal yang baru saja dikirimkan Xiao Niao dari tabib. Ia meniup permukaannya perlahan sebelum menyodorkannya ke bibir Yang Ni. “Minum ini. Jangan banyak bicara jika kau ingin tetap hidup,” ujarnya tegas, namun suaranya tenang. “Tapi, Nyonya—” “Yang Ni,” potong Li Hua sambil menatap mata dayang itu dengan lembut namun penuh ketegasan. “Kematianmu saat aku memegang kenda

  • Balas Dendam Putri Terbuang: Jenderal, Mengakulah!   Bab 121

    Sinar matahari pagi baru saja menyentuh atap Paviliun Utama, namun He Xin, dayang pribadi Rou Nan, sudah melangkah terburu-buru. Wajahnya tegang, tapi matanya berkilat penuh muslihat. Ia langsung menerobos masuk ke kamar pribadi Tuan Putrinya. ​"Tuan Putri! Ada kabar yang sangat menguntungkan bagi kita," bisik He Xin sambil membungkuk dalam.​Rou Nan, yang sedang mematut diri di depan cermin perunggu, menoleh sedikit. "Bicara pelan-pelan, He Xin. Kau terlihat seperti baru saja melihat hantu."​"Lebih baik dari itu, Tuan Putri. Ada dayang rendahan di bagian pembuangan kotoran terkena penyakit aneh. Seluruh kulitnya melepuh, muncul bentol kemerahan berisi air. Semua orang menjauhinya karena takut tertular. Saat ini, dia dibiarkan membusuk di kamarnya tanpa pengobatan sedikit pun."​Rou Nan meletakkan sisir gadingnya. "Lalu? Apa urusannya penyakit dayang kotor itu denganku?"​He Xin mendekat ke telinga sang Putri, suaranya merendah. "Bukankah Tuan Putri ingin melenyapkan Bai Xiang tanpa

  • Balas Dendam Putri Terbuang: Jenderal, Mengakulah!   Bab 120

    ​Di Paviliun Selatan, Li Hua duduk sendirian di depan meja kayu yang sudah lapuk. Cahaya lampion yang redup menari-nari di wajahnya yang sayu. Hingga tengah malam, tidak ada satu pun pelayan dapur yang mengantarkan makanan, bahkan air minum pun harus Xiao Niao ambil sendiri dari sumur belakang lalu memasaknya.​"Nyonya Muda, maafkan Niao Niao. Hamba sudah ke dapur berkali-kali, tapi mereka bilang tidak ada instruksi untuk memberi jatah makan ke paviliun ini. Mereka bilang semua sisa makanan sudah dibuang," ujar Xiao Niao yang masuk dengan tangan hampa dan wajah yang sangat sedih.​"Tidak apa-apa, Xiao Niao. Aku tidak lapar. Tidurlah, kau pasti sangat lelah setelah membersihkan tempat ini seharian tanpa bantuan," kata Li Hua mencoba tersenyum, meski perutnya terasa perih.​"Tapi Nyonya belum makan sejak siang ...."​"Sudah, pergilah tidur. Aku akan baik-baik saja," potong Li Hua lembut.​Setelah Xiao Niao masuk ke kamarnya yang berada di samping, perut Li Hua mulai berbunyi nyaring. Ra

  • Balas Dendam Putri Terbuang: Jenderal, Mengakulah!   Bab 119

    Pagi itu, suasana kediaman utama Keluarga Han terasa mencekam meskipun matahari bersinar terik. Han Feng melangkah masuk ke paviliun utama dengan rahang mengeras, diikuti Li Hua yang berjalan menunduk di belakangnya. Di kursi kebesaran, Nyonya Besar Han sedang menyesap teh ditemani Rou Nan yang tampak sangat puas dengan dirinya sendiri.​"Ibu, aku sudah membawa Bai Xiang kembali," ujar Han Feng dingin, memecah kesunyian paviliun.​Nyonya Besar Han meletakkan cangkirnya dengan bunyi denting yang tajam. Ia bahkan tidak repot-repot mengangkat wajahnya. "Oh, selirmu itu sudah datang? Mengapa kau harus repot-repot menjemputnya dari markas, Han Feng? Bukankah prajurit biasa saja cukup untuk mengawal seorang wanita seperti dia?"​"Dia istriku, Ibu. Bukan selir. Sudah sepatutnya aku sendiri yang menjemputnya," sapa Han Feng tegas, suaranya sedikit meninggi.​"Istri atau bukan, tempatnya bukan di bangunan utama," sahut Nyonya Besar dengan nada dingin yang membeku. Ia akhirnya menatap Li Hua de

  • Balas Dendam Putri Terbuang: Jenderal, Mengakulah!   Bab 118

    Sepanjang perjalanan kembali ke Markas Longyan, keheningan mencekam menyelimuti interior kereta. Li Hua menyandarkan kepalanya pada bahu Wen Mei, berpura-pura terlelap demi menghindari rentetan pertanyaan yang menyudutkan. Di balik kelopak matanya yang terpejam, rasa bersalah berdenyut di benak Li Hua. Ia terus terbayang pada Guru Liu dan rahasia kelam mengenai racun Bayangan Bulan. ​Bagaimana jika Wen Mei menyadari kebohonganku? batin Li Hua didera kecemasan. Namun, ironisnya, rasa mual yang semula hanya akal-akalannya kini mulai terasa nyata akibat kegelisahan yang menghimpit dadanya dengan begitu menyesakkan. ​Setibanya di markas, kabar mengenai pingsannya Li Hua menjalar lebih cepat daripada embusan angin. Han Feng, sang Jenderal yang biasanya tampak tenang dan tak tergoyahkan, kini berdiri di depan aula utama dengan raut wajah mendung yang kentara. Begitu roda kereta berhenti berputar, ia tidak membiarkan prajuritnya membukakan pintu. Dengan kasar, ia sendiri yang menarik pin

  • Balas Dendam Putri Terbuang: Jenderal, Mengakulah!   Bab 117

    Langkah kaki Li Rui terdengar terburu-buru, menggesek permukaan jalanan pasar yang berdebu. Napasnya memburu, matanya yang tajam menyapu setiap sudut, setiap gang sempit, dan setiap kerumunan orang. Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Sebagai pengawal pribadi, kehilangan jejak Nyonya Mudanya adalah sebuah kegagalan fatal yang bisa berujung pada hukuman berat, atau lebih buruk lagi, membahayakan nyawa Li Hua. ​"Sial, ke mana perginya Nyonya Muda?" gumam Li Rui dengan suara rendah yang penuh kepanikan. ​Ia sudah keluar masuk gang berkali-kali, namun sosok yang ia cari seolah hilang ditelan bumi. Di tengah keputusasaannya, ia melihat Zhu Yu Liang berjalan mendekat bersama Wen Mei yang tampak pucat. ​"Li Rui!" seru Zhu Yu Liang dengan nada tegas. "Di mana Nyonya Muda Han? Mengapa kau sendirian?" ​Li Rui menghentikan langkahnya, dadanya naik turun dengan cepat. "Tuan Muda Zhu ... aku ... aku kehilangan jejaknya. Aku sudah mencari ke segala arah, tapi belum menemukannya." ​Mata

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status