Share

Bab 98

Author: Wei Yun
last update Last Updated: 2025-12-08 14:21:20

Kemudian, ia menarik tangannya. ​"Sekarang," Han Feng kembali memanaskan belatinya. Suaranya berubah kembali menjadi tebal dan serak. "Aku akan mengambil lintah yang menempel di dadamu."

​Li Hua mengangguk lemah, matanya masih terpejam menahan rasa perih. ​Han Feng tidak munafik. Ia tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. Ia terdiam sejenak menikmati pemandangan buah dada istrinya yang besar, indah, dan penuh. Tubuh istrinya yang langsing ternyata menyimpan 'harta karun' yang besar dan indah dipandang. Ia membiarkan matanya menyerap keindahan yang merupakan miliknya itu, keindahan tubuh Li Hua yang kini dihiasi bekas luka hasil berbagai pertarungan.

Han Feng tersenyum kecil di dalam hati. Kekuatan dan keindahan, sungguh kombinasi yang sempurna. ​Lintah itu menempel tepat dua buku jari dari area yang berwarna pink, area paling sensitif dan intim.

​Han Feng mendekat. Ia harus mencondongkan tubuhnya ke depan, tangannya memegang belati yang sudah menghangat.

​Perlahan, ujung pisau it
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Norma Yunita
tambah lagi Thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Balas Dendam Putri Terbuang: Jenderal, Mengakulah!   Bab 121

    Sinar matahari pagi baru saja menyentuh atap Paviliun Utama, namun He Xin, dayang pribadi Rou Nan, sudah melangkah terburu-buru. Wajahnya tegang, tapi matanya berkilat penuh muslihat. Ia langsung menerobos masuk ke kamar pribadi Tuan Putrinya. ​"Tuan Putri! Ada kabar yang sangat menguntungkan bagi kita," bisik He Xin sambil membungkuk dalam.​Rou Nan, yang sedang mematut diri di depan cermin perunggu, menoleh sedikit. "Bicara pelan-pelan, He Xin. Kau terlihat seperti baru saja melihat hantu."​"Lebih baik dari itu, Tuan Putri. Ada dayang rendahan di bagian pembuangan kotoran terkena penyakit aneh. Seluruh kulitnya melepuh, muncul bentol kemerahan berisi air. Semua orang menjauhinya karena takut tertular. Saat ini, dia dibiarkan membusuk di kamarnya tanpa pengobatan sedikit pun."​Rou Nan meletakkan sisir gadingnya. "Lalu? Apa urusannya penyakit dayang kotor itu denganku?"​He Xin mendekat ke telinga sang Putri, suaranya merendah. "Bukankah Tuan Putri ingin melenyapkan Bai Xiang tanpa

  • Balas Dendam Putri Terbuang: Jenderal, Mengakulah!   Bab 120

    ​Di Paviliun Selatan, Li Hua duduk sendirian di depan meja kayu yang sudah lapuk. Cahaya lampion yang redup menari-nari di wajahnya yang sayu. Hingga tengah malam, tidak ada satu pun pelayan dapur yang mengantarkan makanan, bahkan air minum pun harus Xiao Niao ambil sendiri dari sumur belakang lalu memasaknya.​"Nyonya Muda, maafkan Niao Niao. Hamba sudah ke dapur berkali-kali, tapi mereka bilang tidak ada instruksi untuk memberi jatah makan ke paviliun ini. Mereka bilang semua sisa makanan sudah dibuang," ujar Xiao Niao yang masuk dengan tangan hampa dan wajah yang sangat sedih.​"Tidak apa-apa, Xiao Niao. Aku tidak lapar. Tidurlah, kau pasti sangat lelah setelah membersihkan tempat ini seharian tanpa bantuan," kata Li Hua mencoba tersenyum, meski perutnya terasa perih.​"Tapi Nyonya belum makan sejak siang ...."​"Sudah, pergilah tidur. Aku akan baik-baik saja," potong Li Hua lembut.​Setelah Xiao Niao masuk ke kamarnya yang berada di samping, perut Li Hua mulai berbunyi nyaring. Ra

  • Balas Dendam Putri Terbuang: Jenderal, Mengakulah!   Bab 119

    Pagi itu, suasana kediaman utama Keluarga Han terasa mencekam meskipun matahari bersinar terik. Han Feng melangkah masuk ke paviliun utama dengan rahang mengeras, diikuti Li Hua yang berjalan menunduk di belakangnya. Di kursi kebesaran, Nyonya Besar Han sedang menyesap teh ditemani Rou Nan yang tampak sangat puas dengan dirinya sendiri.​"Ibu, aku sudah membawa Bai Xiang kembali," ujar Han Feng dingin, memecah kesunyian paviliun.​Nyonya Besar Han meletakkan cangkirnya dengan bunyi denting yang tajam. Ia bahkan tidak repot-repot mengangkat wajahnya. "Oh, selirmu itu sudah datang? Mengapa kau harus repot-repot menjemputnya dari markas, Han Feng? Bukankah prajurit biasa saja cukup untuk mengawal seorang wanita seperti dia?"​"Dia istriku, Ibu. Bukan selir. Sudah sepatutnya aku sendiri yang menjemputnya," sapa Han Feng tegas, suaranya sedikit meninggi.​"Istri atau bukan, tempatnya bukan di bangunan utama," sahut Nyonya Besar dengan nada dingin yang membeku. Ia akhirnya menatap Li Hua de

  • Balas Dendam Putri Terbuang: Jenderal, Mengakulah!   Bab 118

    Sepanjang perjalanan kembali ke Markas Longyan, keheningan mencekam menyelimuti interior kereta. Li Hua menyandarkan kepalanya pada bahu Wen Mei, berpura-pura terlelap demi menghindari rentetan pertanyaan yang menyudutkan. Di balik kelopak matanya yang terpejam, rasa bersalah berdenyut di benak Li Hua. Ia terus terbayang pada Guru Liu dan rahasia kelam mengenai racun Bayangan Bulan. ​Bagaimana jika Wen Mei menyadari kebohonganku? batin Li Hua didera kecemasan. Namun, ironisnya, rasa mual yang semula hanya akal-akalannya kini mulai terasa nyata akibat kegelisahan yang menghimpit dadanya dengan begitu menyesakkan. ​Setibanya di markas, kabar mengenai pingsannya Li Hua menjalar lebih cepat daripada embusan angin. Han Feng, sang Jenderal yang biasanya tampak tenang dan tak tergoyahkan, kini berdiri di depan aula utama dengan raut wajah mendung yang kentara. Begitu roda kereta berhenti berputar, ia tidak membiarkan prajuritnya membukakan pintu. Dengan kasar, ia sendiri yang menarik pin

  • Balas Dendam Putri Terbuang: Jenderal, Mengakulah!   Bab 117

    Langkah kaki Li Rui terdengar terburu-buru, menggesek permukaan jalanan pasar yang berdebu. Napasnya memburu, matanya yang tajam menyapu setiap sudut, setiap gang sempit, dan setiap kerumunan orang. Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Sebagai pengawal pribadi, kehilangan jejak Nyonya Mudanya adalah sebuah kegagalan fatal yang bisa berujung pada hukuman berat, atau lebih buruk lagi, membahayakan nyawa Li Hua. ​"Sial, ke mana perginya Nyonya Muda?" gumam Li Rui dengan suara rendah yang penuh kepanikan. ​Ia sudah keluar masuk gang berkali-kali, namun sosok yang ia cari seolah hilang ditelan bumi. Di tengah keputusasaannya, ia melihat Zhu Yu Liang berjalan mendekat bersama Wen Mei yang tampak pucat. ​"Li Rui!" seru Zhu Yu Liang dengan nada tegas. "Di mana Nyonya Muda Han? Mengapa kau sendirian?" ​Li Rui menghentikan langkahnya, dadanya naik turun dengan cepat. "Tuan Muda Zhu ... aku ... aku kehilangan jejaknya. Aku sudah mencari ke segala arah, tapi belum menemukannya." ​Mata

  • Balas Dendam Putri Terbuang: Jenderal, Mengakulah!   Bab 116

    Zhu Yu Liang berjalan cepat ke arah Wen Mei. Ia menundukkan badannya, tangannya yang kuat memegang kedua bahu Wen Mei dengan lembut.​“Putri, kau tidak apa-apa?” tanya Zhu Yu Liang, suaranya kembali menjadi lembut, tetapi masih ada sedikit getaran kemarahan yang tertahan.​Wen Mei menggeleng, air matanya kembali menetes. “Aku … aku tidak terluka,” katanya dengan suara serak. Ia menatap wajah Zhu Yu Liang yang kini terpampang jelas, memancarkan ketampanan yang dingin dan aura perlindungan. “Kau … kau datang.”​“Tentu saja aku datang,” ujar Zhu Yu Liang, menyapu sisa air mata di pipi Wen Mei dengan ibu jarinya yang kasar. “Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuhmu.”​Wen Mei merasa lega yang luar biasa. Ketakutan yang mencekiknya hilang seketika saat ia melihat Zhu Yu Liang di depannya. Dalam momen yang begitu rentan, Wen Mei tidak bisa menahan perasaannya. Ia bergerak maju dan memeluk Zhu Yu Liang dengan erat.Lantai gang yang lembap itu terasa seolah berguncang di bawah kaki Zh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status