'Apakah dia sangat marah? biasanya semarah apapun, dia selalu memberi kabar kepadaku, tidak pernah seperti ini. Ya Allah, jaga Ria ya Allah, aku sangat khawatir kepadanya.'
sejenak Hamid terdiam memikirkan Ria.
"Halo mas Hamid, mas... mas.. mas Hamid masih ada di sana kan?"
---"Iya Tya, mas dengar.""Kelihatannya mas Hamid sangat khawatir, emang ada apa mas dengan kak Ria?"
"Mmmm... tidak apa-apa Tya, cuman mau tanya ke kak Ria, tadi kak Ria sudah pergi ke ATM apa belum. Karena tadi pagi kak Ria bilang ke mas katanya pergi ke ATM sekalian mau service HP, ke tempat Sari. Aku khawatir uangnya kurang."
Jawab sekenanya Hamid supaya Tya tidak ikut khawatir.
'Maaf ya Tya, mas Hamid terpaksa bohong ke kamu. Mas tidak ingin jika masalah ini sampai terdengar oleh ibu, ibu mertua.'
"Oalah, iya mas. Mas Hamid tidak usah khawatir insya Allah kalau sama Kak Sari aman mas. Kak Sari dan kak Ria kan sudah kayak saudara sendiri mas, sudah berteman dari SMP. Mas juga jangan khawatir, pasti kak Ria nanti pulangnya diantar kak Sari."
"Iya sudah kalau begitu terima kasih ya Tya. Maaf ya sudah bikin kamu repot."
"Tidak apa-apa mas, gak merepotkan kok. Kalau begitu telponnya Tya tutup ya mas. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
----------
Setelah menutup telpon dari Hamid, Tya menghampiri Fahmi yang dari tadi masih belajar di kamarnya.
"Fahmi, kamu sudah makan malam belum?"
"Sudah tante, ada sayur dan lauk di kulkas, tadi Fahmi panasi."
"Oh ya sudah kalau begitu, tante mau pulang dulu ya, nenek lagi kurang enak badan, jadi tidak berani ninggalin lama-lama. Takut dicari."
"Iya tante."
Tya pergi dari kamar Fahmi, dia bergegas menuju arah depan. Sedangkan Fahmi mengekor dibelakangnya. Terdengar suara sepeda motor yang memasuki halaman.
Ternyata dia adalah teman Fahmi, Irsyad namanya."Asslamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam. Irsyad kok malam-malam baru kesini?"
Irsyad sedikit bingung bagaimana menjawab pertanyaan dari Tya. Seketika dia melihat Fahmi. Sedangkan Fahmi sudah melotot, tanda mengisyaratkan sesuatu kepada Irsyad.
Tya pun melihat ada hal aneh yang disembunyikan mereka berdua."Heh kok malah pelotot-pelototan sih?
" Eh hehehe iya tante, ada PR yang saya tidak ngerti, ini saya mau tanya sama Fahmi." jawabnya sedikit gugup.
Fahmi termasuk anak yang pintar, di kelasnya. Dari masih duduk di kelas 1 SD dia selalu menjadi juara kelas. Maka itu tak heran banyak teman yang datang ke rumah untuk belajar dengannya. Salah satunya adalah Irsyad yang hampir setiap hari datang ke rumah Fahmi untuk belajar kelompok. Irsyad adalah teman Fahmi dari SD, dan sekarang naik ke SMP mereka satu kelas.
"Ya sudah kalau gitu, tante duluan ya."
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam."
------
Malam semakin larut namun belum ada tanda-tanda kabar dari Ria.
Hamid semakin khawatir atas kepergian Ria.Hamid mencoba melacak keberadaan Ria. Dia teringat kalau Ria pernah meminjam Hpnya untuk membuka aplikasi biru. Dengan secepat kilat dia membuka aplikasi itu. Dewi Fortuna sedang berpihak kepadanya. Ternyata akun Ria belum di log out. Hamid langsung bisa masuk ke akun Ria dengan mudah. Dia berharap ada petunjuk di sana.
Dilihatnya dari percakapan pesan tidak ada yang mencurigakan. Kemudian dia beralih ke postingan Ria. Di situ Ria posting beberapa produk baju dan sepatu. Banyak yang like dan komentar yang masuk. Dengan telatennya dia membaca satu demi satu komentar tersebut.
Tidak ada yang aneh. Sampai ketika Hamid melihat ada satu akun yang berkomentar di foto yang diposting seminggu yang lalu. Komentar itu sangat singkat. Namun membuat Hamid curiga.[aku ingin bertemu]
Akun itu atas nama
[R. Ardiansyah]
Hamid langsung terbelalak kaget. Matanya langsung membulat.
'Ini kan kayak nama lengkapnya Rizal, "Rizal Ardiansyah". Bukannya dulu sudah di blokir oleh Ria, kenapa dia muncul lagi.'
Hamid kemudian menekan nama akun tersebut. Setelah terbuka akun itu tidak berteman dengan akun Ria. Di akun tersebut hanya ada foto pembalap internasional yang sedang naik daun karena kepiawaiannya mengendarai si kuda besi.
Yang masih terekam jelas diingatan Hamid, bahwa akun Rizal akan ada 1 foto yang sampai kapanpun tidak akan di hapus yaitu foto rizal dengan Ria, istri Hamid. Namun ketika melakukan penyelidikan Hamid tidak menemui foto tersebut.
'Apa mungkin ini akun orang lain?' batin Hamid masih dengan rasa penasarannya.
'Sudahlah Hamid jangan berpikir yang aneh-aneh. Mungkin Ria sedang butuh waktu untuk sendiri, menghilangkan kekecewaannya padamu. Kalau hatinya sudah tenang pasti dia akan menghubungimu.' batin Hamid yang berusaha menjernihkan pikirannya.Sebetulnya dari awal Ria kurang setuju dengan langkah yang diambil Hamid, bekerja di posisi sekarang ini (sebagai kuli bangunan). Beberapa kali Ria dan Hamid beradu pendapat, bahkan sampai sekarang pun perdebatan itu masih sering terjadi.Ria menginginkan Hamid untuk bekerja di tempat yang lebih baik lagi. Namun, Hamid masih teguh dengan pendiriannya, bertahan sebagai kuli bangunan. Bukan karena Ria kurang bersyukur, namun mengingat biaya hidup dan sekolah anak yang tidaklah sedikit. Apalagi kalau sampai ibu Ria mengetahui Hamid sering memberi nafkah kurang. Masalah yang lebih besar akan menghampiri mereka, bahkan masalah itu bisa membuat rumah tangga mereka retak.Sebelumnya, saat usaha Hamid mulai terlihat kurang baik,
Setelah selesai mengantarkan makanan ke rumah Fahmi, Tya langsung pulang ke rumah. Sesampainya di rumah. Tya segera memarkirkan sepeda motornya di garasi dan bergegas masuk ke dalam rumah."Barusan ada tamu, Bu?" Ria mendapati Ibunya yang sedang membersihkan gelas dan merapikan meja."Iya, barusan pulang.""Tamunya sia...?" belum selesai berbicara. Pertanyaan Tya dipotong ibunya."Tya, kakakmu tadi ada di rumah gak?""Gak ada Bu. Kata Fahmi dia sedang pergi, lagi ada urusan.""Kemaren pas Hamid telfon dia servis HP, sekarang sedang ada perlu. Jangan-jangan benar apa yang dikatakan .....""Jangan-jangan apa Bu? barusan Ibu bilang apa? kalimat terakhir Tya gak dengar."" Enggak, Ibu gak bilang apa-apa. Disana ada Irsyad temannya Fahmi, kan? Irsyad itu tidur di sana, nemenin Fahmi, Ria sudah 3 hari ini tidak ada di rumah. Aku sudah tahu semua mengenai masalah Ria.""Memangnya kak Ria pergi kemana, Bu? yang ibu maksud
Jam menunjukkan pukul 9:35 pagi. Ria sudah tiba di rumah. Kemudian dia membuka tasnya untuk mencari kunci. Kunci masih belum dia dapati, tiba-tiba Bik Murti datang dan menyodorkan bon belanjaan. Iya begitulah Bik Murti kalau berkaitan dengan uang langsung nomor satu."Mana uangnya, ayo bayar." Bentak Bik Murti dengan suara lantangnya.Seketika Ria mengambil dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang. Di sisi lain Bik Murti melihat isi dompet Ria dengan penasaran. Dia melihat beberapa lembar uang merah dan biru di dalam dompet Ria."Ini Bik uangnya." Ria memberikan uang berwarna merah sebanyak 4 lembar dan 1 lembar uang berwarna biru. "Hitung dulu Bik, takutnya kurang."Bik Murti dengan secepat kilat menyambar uang itu."Sudah pas." Sambil memasukkan uang dari Ria kedompetnya."Hasil jual d**i selama tiga hari, dapatmu banyak juga ya?""Astagfirullahhaladzim, apa yang Bik Murti bicarakan ini?.""Aku bicara ap
'Alhamdulillah ya Allah, terimakasih sudah mengabulkan do'a hamba, sekarang hamba bisa bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga.' Ria tak henti-hentinya mengucapkan rasa syukurnya kepada Tuhan. Walau usianya sekarang sudah menginjak 35 tahun, dia masih bisa mendapatkan pekerjaan. Ini tidak lain adalah atas bantuan sahabatnya yaitu Sari orang yang sangat berjasa dalam hidupnya.Hari ini adalah hari pertama Ria bekerja sebagai kasir di rumah makan. Kali ini dia kebagian shift pagi."Bu, pagi-pagi kok sudah rapi, mau kemana?"Tanya Fahmi keheranan melihat ibunya sudah berpakaian rapi dan wajahnya kelihatan lebih cantik daripada biasanya."Kamu lupa ya? hari ini kan hari pertama ibu bekerja.""Oh iya, aku lupa.""Doakan ya nak, semoga kerjaan ibu lancar, bisa memenuhi semua kebutuhan kita. Kita gak usah lagi telfon ke ayah minta jatah bulanan. Mau dikasih ya syukur gak dikasih pun kita tidak usah minta.""Iya Bu."Di tempat k
'Atau jangan-jangan mas Seno mengetahui sesuatu tentang akun tersebut. Atau bahkan mungkin dia mengenalnya. Apa dia sengaja baru memberitahuku sekarang, karena dia takut kalau aku akan tersinggung. Tapi kenapa dia berani menjelek-jelekkan sepupunya sendiri kepada aku? aku kan suaminya.Yang jelas aku sangat yakin istriku bukan tipe orang seperti itu. Aku sudah melihat sendiri di aplikasi itu, Ria tidak menanggapi komentar akun [R. Ardiansyah] dan tidak berbalas pesan dengannya. Itu sudah cukup bagiku untuk mempercayai Ria. Menendengarkan mas Seno malah bikin pusing.' Batin Hamid setelah mentelaah cerita dari mas Seno.Hamid tidak mau ambil pusing dengan omongan mas Seno. Dia lebih percaya dengan istrinya. karena kesetiaannya sudah tidak usah diragukan lagi. Kalau memang istrinya itu suka main belakang, pasti sejak lama Hamid sudah berstatus du*a."Sudahlah mas, jangan bahas itu aku tidak mau memikirkan hal yang aneh-aneh. Sekarang sudah waktunya kerja mas. Aku d
Tak lama kemudian Pak Cipto kembali masuk ke rumah makan dan mendatangi Ria. Dia memberikan sebuah amplop berwarna coklat dan disodorkan kepada Ria.Dengan membisikkan sesuatu kepadanya."Mbak Ria, sudah tahu kan apa yang harus mbk Ria lakukan!"Deg...Rasanya jantung Ria berhenti berdetak mendengar kata-kata dari Pak Cipto.Mulutnya diam membisu dengan seribu bahasa, dia tak bisa berbicara apa-apa, kaki dan tangan lemas sampai-sampai tidak bisa digerakkan.'Harusnya tadi aku segera pergi ke toilet, jika masalahnya akan menjadi seperti ini. Ya Allah apa yang harus hamba lakukan? hamba tidak bisa menerima uang yang seperti ini. Ya Allah tolong aku!'Setelah memberikan amplop itu, Pak Cipto bergegas pergi meninggalkan Ria yang sedang terpaku di tempatnya.Kemudian Ria meraih amplop itu dengan tangan bergetar.'Astagfirullah ini isinya uang. Dan pastinya ini jumlahnya tidaklah sedikit." Ria hanya meraba amplop tersebut ta
Bab 9Di sisi lain. Pak Cipto sampai rumah sekitar pukul 11 malam. Setelah turun dari mobil, lelaki itu disambut dengan istrinya, Bik Murti."Pah, kenapa kamu sekarang pulangnya selalu malam? ini sudah jam berapa kok baru pulang? kamu itu punya wanita lain atau gimana sih pah?" Bik Murti langsung memberondong beberapa pertanyaan."Masih meeting tadi mah, kamu itu bawaannya curiga melulu, mah. Mana mungkin aku punya wanita lain. Cukup kamu yang ada di sampingku." Rayu Pak Cipto sambil melingkarkan tangannya ke pundak Bik Murti.Kali ini Bik Murti melepaskan tangan Pak Cipto dengan kasar. Dia mencium aroma minyak wangi Pak Cipto yang tak biasanya."Pah, aku tanya jawab dengan jujur. Ini minyak wangi siapa yang kamu pakek Pah? ini bukan punya kamu. Ini bau minyak wangi perempuan."'Haduuuhhh... tadi aku keliru lagi ambil minyak wangi milik Rosa, waktu aku selesai bermain dengannya. Nanti kalau istriku mengetahui minyak wangi itu milik Rosa, pas
10."Ya Allah, Bik Murti kamu kenapa?"Tidak banyak tanya bicara Ria langsung membantu Bik Murti berdiri, dan membawanya masuk ke dalam rumah, tidak lupa di ambilkan nya segelas air minum.'Sesama perempuan aku sungguh tak tega melihat Bik Murti diperlakukan seperti ini oleh Pak Cipto. Ya Allah pasti Bik Murti adalah korban KDRT, sudah diselingkuhi dipukuli juga. Astagfirullah.'"Sabar ya Bik Murti." Ria mencoba menenangkan Bik Murti sambil menyeka wajahnya yang babak belur.-------Hari ini Tya masuk shift pagi, tak lupa uang suap dari Pak Cipto sudah dia siapkan."Des, kalau Pak Cipto makan ke sini jangan lupa beritahu aku ya!""Barusan Pak Cipto sudah kesini sama istrinya mbak Ria, tapi makanannya dibungkus." Jawab Desi.'Berarti setelah bertengkar dengan Bik Murti Pak Cipto pergi ke rumah wanitanya itu. Kasian banget kamu Bik.'Kemudian Ria melanjutkan pekerjaannya,Kurang lebih jam 14:00