Share

Bab 2

Penulis: Senja Piana
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-09 14:22:29

'Apakah dia sangat marah? biasanya semarah apapun, dia selalu memberi kabar kepadaku, tidak pernah seperti ini. Ya Allah, jaga Ria ya Allah, aku sangat khawatir kepadanya.'

sejenak Hamid terdiam memikirkan Ria.

"Halo mas Hamid, mas... mas.. mas Hamid masih ada di sana kan?"

-

-

-

"Iya Tya, mas dengar."

"Kelihatannya mas Hamid sangat khawatir, emang ada apa mas dengan kak Ria?"

"Mmmm... tidak apa-apa Tya, cuman mau tanya ke kak Ria, tadi kak Ria sudah pergi ke ATM apa belum. Karena tadi pagi kak Ria bilang ke mas katanya pergi ke ATM sekalian mau service HP, ke tempat Sari. Aku khawatir uangnya kurang." 

Jawab sekenanya Hamid supaya Tya tidak ikut khawatir.

'Maaf ya Tya, mas Hamid terpaksa bohong ke kamu. Mas tidak ingin jika masalah ini sampai terdengar oleh ibu, ibu mertua.'

"Oalah, iya mas. Mas Hamid tidak usah khawatir insya Allah kalau sama Kak Sari aman mas. Kak Sari dan kak Ria kan sudah kayak saudara sendiri mas, sudah berteman dari SMP. Mas juga jangan khawatir, pasti kak Ria nanti pulangnya diantar kak Sari."

"Iya sudah kalau begitu terima kasih ya Tya. Maaf ya sudah bikin kamu repot."

"Tidak apa-apa mas, gak merepotkan kok. Kalau begitu telponnya Tya tutup ya mas. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

----------

Setelah menutup telpon dari Hamid, Tya menghampiri Fahmi yang dari tadi masih belajar di kamarnya.

"Fahmi, kamu sudah makan malam belum?"

"Sudah tante, ada sayur dan lauk di kulkas, tadi Fahmi panasi."

"Oh ya sudah kalau begitu, tante mau pulang dulu ya, nenek lagi kurang enak badan, jadi tidak berani ninggalin lama-lama. Takut dicari."

"Iya tante."

Tya pergi dari kamar Fahmi, dia bergegas menuju arah depan. Sedangkan Fahmi mengekor dibelakangnya. Terdengar suara sepeda motor yang memasuki halaman. 

Ternyata dia adalah teman Fahmi, Irsyad namanya. 

"Asslamu'alaikum"

"Wa'alaikum salam. Irsyad kok malam-malam baru kesini?"

Irsyad sedikit bingung bagaimana menjawab pertanyaan dari Tya. Seketika dia melihat Fahmi. Sedangkan Fahmi sudah melotot, tanda mengisyaratkan sesuatu kepada Irsyad.

Tya pun melihat ada hal aneh yang disembunyikan mereka berdua. 

"Heh kok malah pelotot-pelototan sih?

" Eh hehehe iya tante, ada PR yang saya tidak ngerti, ini saya mau tanya sama Fahmi." jawabnya sedikit gugup.

Fahmi termasuk anak yang pintar, di kelasnya. Dari masih duduk di kelas 1 SD dia selalu menjadi juara kelas. Maka itu tak heran banyak teman yang datang ke rumah untuk belajar dengannya. Salah satunya adalah Irsyad yang hampir setiap hari datang ke rumah Fahmi untuk belajar kelompok. Irsyad adalah teman Fahmi dari SD, dan sekarang naik ke SMP mereka satu kelas.

"Ya sudah kalau gitu, tante duluan ya."

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam."

------

Malam semakin larut namun belum ada tanda-tanda kabar dari Ria. 

Hamid semakin khawatir atas kepergian Ria.

Hamid mencoba melacak keberadaan Ria. Dia teringat kalau Ria pernah meminjam Hpnya untuk membuka aplikasi biru. Dengan secepat kilat dia membuka aplikasi itu. Dewi Fortuna sedang berpihak kepadanya. Ternyata akun Ria belum di log out. Hamid langsung bisa masuk ke akun Ria dengan mudah. Dia berharap ada petunjuk di sana.

Dilihatnya dari percakapan pesan tidak ada yang mencurigakan. Kemudian dia beralih ke postingan Ria. Di situ Ria posting beberapa produk baju dan sepatu. Banyak yang like dan komentar yang masuk. Dengan telatennya dia membaca satu demi satu komentar tersebut.

Tidak ada yang aneh. Sampai ketika Hamid melihat ada satu akun yang berkomentar di foto yang diposting seminggu yang lalu. Komentar itu sangat singkat. Namun membuat Hamid curiga.

[aku ingin bertemu]

Akun itu atas nama

[R. Ardiansyah]

Hamid langsung terbelalak kaget. Matanya langsung membulat.

'Ini kan kayak nama lengkapnya Rizal, "Rizal Ardiansyah". Bukannya dulu sudah di blokir oleh Ria, kenapa dia muncul lagi.'

Hamid kemudian menekan nama akun tersebut. Setelah terbuka akun itu tidak berteman dengan akun Ria. Di akun tersebut hanya ada foto pembalap internasional yang sedang naik daun karena kepiawaiannya mengendarai si kuda besi.

Yang masih terekam jelas diingatan Hamid, bahwa akun Rizal akan ada 1 foto yang sampai kapanpun tidak akan di hapus yaitu foto rizal dengan Ria, istri Hamid. Namun ketika melakukan penyelidikan Hamid tidak menemui foto tersebut.

'Apa mungkin ini akun orang lain?' batin Hamid masih dengan rasa penasarannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 33

    "Bagaimana ini Tya?" "Sudahlah Mbak, jangan terlalu dipikirkan! Biarkan Mas Seno yang menanggung. Kalau aku boleh saran lepaskan saja Mas Seno, Mbak. Semenjak tahu mengenai perlakuan buruk Mas Seno, kepada Mbak Niken aku sudah tidak respect lagi kepadanya. Aku takut kalau Mas Seno akan menyakiti Mbak lagi." "Aku sebetulnya juga sudah tidak ingin meneruskan hubungan ini dengan Mas Seno,Tya. Tapi, aku tidak tega dengan Hani. Aku tak tega jika Hani tahu Ibu dan Ayahnya sudah tidak bersama." "Tapi coba pikirkan baik-baik, Mbak! Aku juga tidak memaksa. Aku soalnya sangat kepikiran jika Mbak Niken masih bertahan dengan Mas Seno. Coba bayangkan jika Hani tahu kalau selama ini Mbak Niken diperlakukan dengan kasar. Sampai sekarang pun Mbak Niken juga tidak beri nafkah." "Iya Tya." Niken terlihat cemas ada perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya. Sebenarnya saat dia datang di rumah Bu Rahmi dia berencana akan menggugat cerai suaminya. Tapi saat setelah melihat anaknya dia kembali mengurung

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 32

    "Mas Seno menghilang Dek." "Menghilang? Maksudnya bagaimana?" "Mas Seno membawa kabur upah para pekerja termasuk upahku juga dia bawa kabur." "Ya Allah kok bisa begitu Mas?" "Awalnya dia memberikan upah itu tidak utuh, katanya untuk tabungan gitu. Aku sempat curiga dan beberapa orang yang lain juga menolak. Tapi Mas Seno meyakinkan kami lagi, kalau ini peraturan dari pihak atasan jadi para pekerja diwajibkan. Itu terjadi selama empat bulan. Dan bulan kelima upah yang seharusnya kita terima belum dia berikan, katanya ada keterlambatan. Dari situlah akhirnya aku yakin kalau kecurigaan selama ini adalah benar." "Kemudian kami berembuk untuk menanyakan ke atasan untuk keterlambatan upah dan sistem tabungan yang disampaikan Mas Seno. Setelah kami bertemu dengan atasan, ternyata apa yang disampaikan Mas Seno itu hanya karangan dia saja, kita sudah ditipu. Setelah kebohongan Mas Seno terbongkar, dia pun pergi entah kemana. Kita cari-cari tidak ketemu. Kita mencoba menghubungi saja tidak

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 31

    "Kamu buka sendiri kalau sudah di rumah!" perintah Bu Martha."Baik Tante, Ria dan Mas Hamid pulang dulu."Kemudian mereka pulang berdua. Tak lupa mobil Ria, mereka kendarai."Mas, aku kok jadi penasaran dengan amplop coklat ini.""Sudahlah, nanti kalau sudah tiba di rumah langsung kamu buka," kata Hamid sambil tersenyum melihat perilaku istrinya itu."Tapi kita sekarang mau kemana, Mas?""Kita jalan-jalan dulu berdua, sudah lama kan, kita nggak pernah jalan berdua? Anggap saja kita lagi pacaran," kata Hamid sambil tersenyum. Tak lupa tangannya memegang tangan Ria, dengan lembut."Tapi, Mas. Aku pakai baju seperti ini. Malulah nanti kalau dilihatin orang-orang!""Tidak apa-apa, setelah ini kita mampir dulu beli baju.""Iya Mas."Mereka saling tersenyum bersama. Sudah lama sekali mereka tidak melakukan kegiatan ini berdua, semenjak kebangkrutan Hamid. Jangankan jalan-jalan, buat makan sehari-hari saja mereka harus mengirit.Setelah selesai berbelanja baju untuk Ria, Hamid pergi ke temp

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 30

    "Seno sudah tahu tentang masalah ini belum, Niken?""Saya belum memberitahu kepada dia, Bu. Entahlah rasanya sekarang sudah tidak penting lagi untuk memberitahukan semua kejadian ini kepada mas Seno. Mas Seno sudah tidak perhatian lagi kepada kami. Makanya saya nekad untuk bekerja karena memang Mas Seno sudah tidak peduli.""Tidak peduli, apa maksud kamu, Niken?" tanya Bu Rahmi kaget."Selama ini Mas Seno sudah tidak memberi nafkah kami, Bu. Bahkan tak jarang dia melakukan kekerasan kepadaku.""Ya Allah..." Bu Rahmi bisa memahami apa yang di rasakan mbk Niken. Dia ikut bersedih mendengar pengakuan dari Niken."Kamu itu sudah aku anggap sebagai anak aku sendiri Niken, jika aku mendengar seperti rasanya hatiku teriris-iris, tidak ikhlas.""Kalau begitu kamu tinggal di sini aja, Niken! Kamu bisa bantu-bantu masak di sini. Apalagi sekarang usahaku mulai tumbuh sangat pesat, karena Tya sekarang juga memasarkannya di media sosial.""Tapi, aku sudah banyak menyusahkan keluarga Bu Rahmi. Apal

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 29

    "Siapa ya? kok kayak mbak Niken. Tapi itu dia naik mobilnya siapa?" Sesosok perempuan itu akhirnya sudah sampai di depan rumah pintu Bu Rahmi dan tak lama kemudian pintu itu berbunyi dengan suara ketokan yang sangat keras dan terburu-buru. Tya bergegas membuka pintu itu. Setelah pintu itu terbuka ternyata benar dia adalah mbak Niken. "Mbak Niken?" tanya Tya. Tya menemukan Niken yang memakai pakaian minim namun bagian dadanya dia tutup menggunakan jaket. "Iya Tya ini aku Niken. Aku mau ajak Hani pulang ke kampung. Dimana dia sekarang?" tanya mbak Niken terlihat terburu-buru. "Dia sedang tidur mbk. Pulang kampung besok saja mbk, biarkan Hani tidur." "Tidak ada waktu lagi Tya. Aku sudah terburu-buru." "Tapi kenapa mbak?" Tya mencegah mbak Niken masuk ke kamar dimana Hani sedang tidur bersama ibu Rahmi. "Tolong jelaskan sebentar saja kepadaku mbk! supaya aku tidak berfikiran kotor kepada mbak Niken." Memang saat Tya melihat penampakan Niken sekarang, pikirannya sudah traveling k

  • Ketika Istriku, Tidak Minta Jatah Bulanan   Bab 28

    28"Bu, bukannya Tya membela mas Hamid. Tapi Tya yakin banget kalau mas Hamid tidak akan melakukan hal itu kepada kak Ria. Percayalah bu. Aku saja bisa yakin, kenapa ibu tidak? jadi aku mohon percayalah ini hanyalah salah paham," ujar Ria sambil memegang tangan ibunya."Memang dulu mas Hamid itu kaya bu, mau keluar duit berapa aja gampang. Tapi bagaimanapun namanya kehidupan ya pasti ada saja cobaannya. Roda kehidupan itu berputar bu, kadang di bawah kadang juga di atas. Sedangkan mas Hamid dulu di atas sekarang sedang di uji dengan posisi di bawah. Yang penting sekarang mas Hamid juga sudah berusaha untuk bekerja meski hanya sebagai kuli bangunan itu tandanya mas Hamid bertanggung jawab dengan keluarganya, bu. Coba ingat-ingat dulu perjalanan ibu untuk bisa seperti ini bagaimana, pasti ada naik turunnya kan bu? gak tiba-tiba langsung kaya, kan tidak. Semua perlu proses. Ingat tidak, ketika kita tinggal di rumah yang sangat kecil dan ibu menitipkan hasil masakan ke tok

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status