Share

mas damar

“Ibu kasian sama kamu mar, belasan tahun menikah dengan laila bukanya makin sukses ini makin susah hidup, padahal awal awal papamu berbaik hati ngasih salah satu cabang tokonya.

Tapi kamu nggak bisa kelola” aku membasahi bibirku setelah mendengarkan ucapan ibu

Tak terucap sepatah kata pun untuk menjawab ibu, kadang ada benarnya yang di katakan ibu. setelah belasan tahun hidup bersama laila kondisi perekonomianku semakin sulit.

“ sebelum kamu di tinggalkan karna jatuh miskin lebih baik kamu tinggalain aja dulu laila” ibu masih belum merestui kami untuk bersama meski sudah ada raisa.

“ laila dan raisa kan tanggung jawabku bu” aku menimpali ibu lirih, tanpa melihat kearahnya.

“ raisa iya anakmu. Tapi laila, kalau kalian berpisah dia bukan tanggung jawabmu lagi kan” aku tercenung mendengar ucapan ibu.

Setelah itu ini beranjak dari sofa menuju dapur, rumah besarnya masih sama nyaman dan terawat. Ibu masih memeperkerjakan bi nah dirumah ini, sedang lita adik perempuanku di rumah suaminya.

“ Makan mar, ibu membuka tudung saji ada ayam goreng, ikan sambal hijau dan sup. Ibu menyendokkan nasi di piringku dengan porsi yang banyak. Hitungan menit aku sudah menghabiskannya. Ibu menelan salivanya yang sedari tadi hanya menjadi penonton saat aku makan.

“ Pelan pelan makannya, emang istrimu nggak pernah masak seperti ini apa mar, kamu di masakin tempe tahu terus ya?” aku hanya menggeleng tak bisa menjawab karna mulutku terisi penuh, memang laila jarang masak seperti ini.

“ Ibu makin kasian sama kamu, coba kamu nurut kayak lita nurut sama ibu. Kamu nggak bakal kesusahan kayak gini kan” ibu masih saja mengungkit aku yang ngotot menikah dengan laila .

“ sudahlah bu” aku menghembuskan nafas beratku.

Hari berikutnya ibu sengaja memintaku untuk mengantarkannya arisan, sebenarnya aku suka tak, karna akan banyak pertanyaan dari teman teman ibu.

“ kamu mau masuk atau mau tungguin ibu”

“ tunggu di luar, ibu aja yang masuk. Di sebuah restoran dengan konsep vintage selain parkir luas ada meja yang tersedia dibawah pohon diantara tanaman hias. Aku menikamati udara siang ini. Jalanan cukup ramai tapi lancar dengan lalu lalang kendaraan.

Aroma bunga menguar diudara tercium manis, aku menyecak putung rokok yang baru habis setengah. Langkah kakinya berlahan terdengar mendekat dengan sepatu tinggi yang ia kenakan menginjak paving, aruna tak berubah sama sekali ia masih terlihat cantik.

“ Mas damar” aruna berdiri didepanku

aruna selalu pantas menganakan baju apa pun . Ia terlihat santun dengan kemeja panjang putih dan rok midi. Aku gak mengatakan apapun sejenak aku tertegun dengannya.

“ aruna” ucapku sebelum ia menyadari aku memperhatikan sedari tadi. Tertegun dengan kecantikanya yang enak di pandang. Tak hanya cantik ia menjadi perempuan dewasa yang anggun dan mandiri.

“ Nggak masuk aja mas, atau lagi nunggu seseorang?” ia meletakkan tas jinjing berisi berkas dan laptop. ia membenarkan tas slempang di bahunya.

“ nungguin ibu na, kamu sendiri?

“ baru selesai meeting sama client, nggak nyangka ya mas bisa ketemu disini”

“ iya nggak nyangka kamu kita ketemu lagi” semakin memperhatikanya semakin jantungku berdebar. Aruna gadis idamanku sedari dulu bukan hanya cantik ia juga pintar, ibu juga lebih merestui aku dengan aruna katanya karna setara karna arun anak orang berada.

Tapi tanpa alasan yang pasti aruna pergi meninggalkanku, tanpa mengatakan apapun juga tanpa kabar setelah kepergainya begitu membuatku patah hati, aku terburu mencari cinta lain dengan dalih mengobati luka ku dengan menikahi laila.

Waktu cepat berlalu dari pertemuan pertama aku dan aruna, ia menawarkan pekerjaan di perusaahaan kontraktor yang ia kelola.

“ masih kecil sih mas, kita yakin kita bisa jadi tim yang solid buat ngembangin ini bersama” aruna tahu dulu aku sempat kuliah mengambil jurusan teknik tapi tak sampai lulus, meski aruna aruna tak mengambil jurusan itu tapi dia punya selera yang bagus untuk membuat desain bangunan.

Semua berjalan lancar, aku dan aruna menjadi tim yang solid. Berawal dari proyek-proyek kecil belum ada keuntungan yang banyak dan masih perlu membesarkan perusahaan. Aruna menolak bantuan modal dari orang tuanya dengan alasan ingin mandiri dan mengembangkan bisnisnya sendiri.

“ aku senang kita bisa bersama-sama lagi, hidup berjalan kembali seperti belasan tahun yang lalu. Seperti apa yang kita rencanakan” aruna mengedipkan matanya beraturan duduk di sebelahku.

Ibu sengaja menyuruh datang kerumahnya, karna ibu darah tinggi ibu kumat, aku tahu itu cuma alasannya, ibu terlihat bai-baik saja.

Setelah pertemuanku dan aruna direstoran ibu semakin semangat untuk mendekatkan kami berdua.

“ mas bisa kah kita seperti dulu” aruna menatap lekat kearahku

Bebebrapa detik aku terdiam, aruna membuatku membeku. Yang dulu ia katakan ingin membangun keluarga bahagai dan punya anak perempun dan laki laki yang akan menyayangi dia. Tapi kenyaataan aku sudah membangun keluargaku sendiri.

“ keadaanya tak lagi sama aruna aku sudah memiliki keluarga kecilku”

“kata ibu kamu tak bahagia mas, berarti tak ada jodoh dengan istrimu, kita mulai semua dari awal” matanya berbinar menatapku aruna masih begitu mempesona di mataku.

Hari setelahnya kami menghabiskan banyak waktu, bersama aruna ia memupuk rasa yang pernah ada seperti ditaman keindahan tak pernah ada habisnya.

Dadaku terdugup hebat, aku menggosokan kedua telapak tanganku untuk mengurangi rasa gugup, menghela udara sebanyak banyaknya. Benarkah ini yang aku lakukan? Menikahi aruna mengejar cinta yang aku inginkan, mengejar cinta sejati ku.

“ Damar , ini kan bukan yang pertama kenapa kamu gugup begitu” ibu datang mengelus bahuku. Mengagetkanku yang sedari tadi dalam lamunan. Ibu orang yang paling bersemangat mempersiapkan ini semua, mendukungku menikah dengan aruna.

Aruna datang anggun tak perlu banyak riasan, hidung mancungngnya alis tebalnya terlihat proposiaonal dan enak di pandang dengan baju putih yang ia kenakan aku mulai mempersiapkan diri mengucap ijab, ucapan sekali tertahan di bibirku bayangan raisa dan laila tiba-tiba datang, yaang kedua kali lancar terucap.

Dadaku bergemuruh saat terdengar kata “ sah” oleh para saksi

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status