Memerlukan waktu kurang lebih satu Minggu bagi Khaelia untuk berpikir. Ajakan Carter sangat menggodanya. Ia memang menyukai kemesraan yang dilakukannya bersama Carter, ingin mengulang lagi dan lagi, tapi kalau berkelanjutan dalam batas yang sudah sangat intim, Khaelia tidak tahu apakah bisa melakukannya atau tidak. Terlebih Carter menekankan tidak boleh ada hubungan asrama, tidak boleh melibatkan perasaan, dan segala macam peringatan tentang cinta. Berarti saat melakukan sex sekalipun murni karena kebutuhan tubuh.
“Sebagai submissive kamu dilarang menolak perintahku. Apapun yang aku inginkan harus kamu turuti. Tidak ada pemaksaan Khaelia, kamu berhak menolak dan aku tidak akan sakit hati.”
Meskipun Khaelia sangat menyukai Carter tapi ajakan untuk hubungan sex seperti ini adalah hal baru untuknya. Bagaimana kalau ia tidak bisa memenuhi ekpektasi laki-laki itu? Bagaimana kalau perjanjian baru berlaku satu bulan dan akhirnya Carter kecewa? Apakah itu
Jam kerja baru saja selesai, Khaelia bersiap untuk pulang saat Carter menyergapnya. Malam ini keduanya sangat sibuk sampai nyaris tidak mengobrol satu sama lain. Makan dan istirahat pun hanya sekedarnya karena diburu waktu. Begitu selesai, kelegaan melanda Khaelia. Ingin cepat memakai jaket karena merasa kedinginan. Sayangnya tidak mudah melakukan itu karena Carter yang memeluknya dan mengusap tubuhnya sembarangan.“Bulu kudukmu merinding, kamu kedinginan Cara?”“Iya, Tuan.”“Ternyata tubuhmu lemah juga, tanpa bra dan celana dalam merasa kedinginan. Bagaimana kalau aku hangatkan sekarang?”Khaelia sudah menduga cara yang digunakan untuk menghangatkan tubuh berupa bercinta dengan liar di atas meja. Carter mengangkatnya ke atas meja yang kosong, menarik roknya ke atas dan membuka kemejanya. Meremas dada, mengisap puting, dan menyatukan tubuh mereka dengan penuh hasrat.Selama beberapa jam, Khaelia yang sibuk melupa
Sekarang ini Carter bukan hanya merasa marah dan kesal tapi juga sangat geram. Karenia boleh saja beranggapan apa yang dilakukannya bukan hal buruk tapi bagi Carter sangat menganggu. Kalau tidak ingat hubungan mereka, ingin rasanya ia mendorong perempuan ini hingga terjengkang ke karpet.Saat ia dilanda kemarahan yang memuncak, penyelamat datang dalam bentuk adik bungsunya. Clovis menuruni tangga setengah berlari, berdiri di hadapannya dengan sedikit terengah.“Kak, Mama baru saja telepon katanya ada hal penting. Kakak harus meneleponnya sekarang.”Kata-kata Clovis membuat Karenia melepaskan pelukannya, menggunakan kesempatan itu Carter melesat pergi.“Thanks, aku akan telepon Mama di mobil.”Carter sungguh-sungguh berterima kasih pada adiknya yang sudah menyelamatkannya dari gangguan Karenia. Ia menstarter kendaraan dan melesat cepat mengitasi halaman menuju jalanan. Merasa lega terbebas dari kukungan rumah besar i
Khaelia berjalan melintasi lobi dari pintu samping dengan sedikit kikuk. Takut kalau akan terpergok orang lain. Bagaimana tidak, Carter memintanya datang ke kantor malam ini tanpa menggunakan bra dan celana dalam. Bagian atas kemeja putih dengan rok selutut. Terpaksa Khaelia menutupi tubuhnya dengan jaket abu-abu, agar putingnya yang menegang tidak terlihat. Untungnya Carter mengirim uang untuk ongkos taxi, kalau tidak pasti dirinya bangkrut karena tidak bisa lagi berhemat dengan berangkat kerja menggunakan angkutan umum.Ia memelankan langkah saat melihat tiga sosok perempuan dari pemasaran yang waktu itu pernah dilihatnya. Tidak ingin bertemu mereka apalagi berebut lift, ia memilih untuk berhenti di dekat pilar. Ketiga perempuan itu bicara sambil tertawa-tawa gembira. Khaelia mengamati mereka dalam diam, teringat akan beberapa temannya yang sekarang tidak pernah lagi mengubunginya.Saat di kantor yang lama, Khaelia dekat dengan beberapa teman kantor. Posisinya sebaga
Matahari mulai tenggelam saat Carter terbangun dari tidur pulasnya. Ia menggeliat, melangkah perlahan ke kamar mandi dan menyalakan air hangat. Mengguyur tubuh dan rambutnya, ia melihat jejak percintaan denganKhaelia di tubuhnya. Tersenyum kecil mengingat betapa garangnya perempuan muda itu saat mencapai puncak. Tanpa segan akan menggigit bahu, lengan, atau lekukan lehernya.Khaelia yang baru pertama kali bercinta, melakukan semua yang diperintahnya tanpa bantahan. Memberikan kepuasan menyeluruh untuk dirinya. Apakah ia bahagia? Tentu saja. Bisa menguasai seorang perempuan muda yang cantik, menawan, sexy, serta pintar adalah kepuasaan untuknya. Terlebih ia tahu kalau Khaelia juga ikutmenikmati percintaan mereka yang panas dan menggebu-gebu. Memang tidak salah kalau ia memilih sekretarisnya sebagai patner.Keluar dari kamar mandi dalam keadaan basah, Carter mengambil handuk yang digulung rapi dalam lemari dekay kaca. Mengelap rambut dengan handuk kecil h
Carter menepati janji, dengan memberikan perawatan terbaik bagi mamanya Khaelia. Pengobatan mahal yang hanya bisa didapatkan oleh orang-orang kaya. Semua yang terjadi membuat keluarga Khaelia keheranan. Mereka bertanya-tanya dari mana Khaelia mendapatkan biaya dalam jumlah yang begitu besar. Rasanya tidak mungkin kalau asuransi menanggung semuanya. Di antara semua orang yang penasaran Mila adalah yang palinglantang bertanya.“Baru kerja kamu sudah bisa merawat mamamu di rumah sakit mahal. Sebenarnya kamu kerja apa? Yakin jadi admin gudang? Jangan-jangan kamu jadi simpanan laki-laki tua bangka yang kaya raya?”Khaelia mendesah, merasa imajinasi Mila sangat vulgar. Ia memang menjadi simpanan orang kaya tapi bukan tua renta seperti pikiran sepupunya. Meski begitu Khaelia memilih untuk tetap diam dan tidak membantah perkataan sepupunya. Tidak peduli apa pun yang dikatakan Mila, ia tetap bungkam.“Admin gudang mana yang bisa menjamin hidup k
Ranjang besar itu sedikit bergoyang saat dua orang di atasnya sedang bersetubuh dengan keras dan cepat. Khaelia menelungkup dalam keadaan telanjang, menekuk kaki dan menahan pinggulnya ke atas, membiarkan Carter memasukinya dari atas.Posisi seperti ini awalnya sedikit menyulitkannya dalam bergerak tapi lambat laun ia menyukainya. Tangannya terulur kedepan, mencengkeram permukaan kasur yang halus untuk menahan gerakan tubuhnya. Mendesah sambil menunduk karena tekanan kuat di belakang tubuhnya. Kejantanan Carter yang keluar masuk dengan bebas ke tubuhnya membuatnya terengah-engah.“Khaelia, my love,” desah Carter dengan keringat membanjiri tubuh. Area intim Khaelia yang ketat dan basah membuatnya mabuk kepayang. Ia meraih tangan Khealia, menariknya ke belakang dan seketika terdengar erangan panjang serta keras dari bibir yang membuka. “Yaaa, terus mengerang seperti itu. Ayo, lebih keras lagi!”“Aaah, Tuan. Saya—”