Ragu Celeste menjawab, ia melirik sang walikota yang mengkerut ketakutan setelah mendengar dirinya melapor pada Juan.
Kalau bajingan tua itu sampai mengerut ketakutan begitu, sepertinya ia sudah tahu kalau Juan adalah putra tunggal Don Maximo, batin Celeste.
Melihat Celeste meliriknya, tanpa suara Walikota Alonzo memohon pada wanita itu agar tak memberitahu perbuatannya pada Juan. Namun Celeste bergeming, tubuhnya masih merasakan bagaimana pria tua itu dengan buasnya menikmati tubuhnya.
Tidak hanya sekali, namun berkali-kali. Tiba-tiba Celeste merinding mengingat peristiwa itu. Walaupun berkali-kali ia membersihkan tubuhnya, dengan sabun termahal sekalipun, mungkin jejak pria tua itu tak akan pernah hilang ditubuhnya.
Memikirkan hal itu, membuat rasa bersalahnya muncul saat melihat Juan. Bagaimana ini? Bagaimana jika Juan tahu kalau aku sudah ternoda? Sudah pasti dia akan mencampakkan aku, batin Celeste gelisah.
"Sayang, katakanlah... apa yan
Dengan emosi memuncak, Juan melangkah masuk kedalam rumah dimana Walikota Alonzo berada. Celeste menatap punggung kekasihnya dengan pilu."ALONZO! DIMANA KAU?!" teriak Juan menggelegar.Walikota Alonzo yang sedang duduk disofa dijaga oleh Angelo terkejut bukan main mendengar suara menggelegar yang memanggil namanya."Ada apa, tuan Juan?" tanya Angelo yang melihat kemunculan Juan dengan amarah yang sangat besar.Tanpa menjawab pertanyaan Angelo, Juan terus berjalan melewati pria itu. Matanya tajam tertuju hanya pada satu orang. Walikota Alonzo!Sang walikota yang merasakan bahaya, beringsut dari duduknya. Keringat dingin mulai membasahi wajahnya, tubuhnya gemetar melihat kemarahan besar dalam diri Juan.Tamat riwayatku! Jalang itu sepertinya sudah menceritakan semuanya pada pria ini, batin Walikota Alonzo mengerut.Juan berjalan pelan penuh wibawa, membuat sang walikota bertambah ciut nyalinya."Tu-t-tuan... Tuan... ma-m-m
Bagai seekor singa yang telah mendapatkan buruannya, Juan menatap ganas sang walikota yang tergeletak dilantai, tak berdaya.Dengan kasar Juan menarik kerah baju pria itu, lalu menyeretnya keluar. Walikota Alonzo yang kesadarannya mulai samar-samar hanya bisa pasrah menerima perlakuan Juan.Diluar, Celeste yang tengah berdiri menunggu dengan cemas apa yang terjadi didalam terkejut saat melihat Juan keluar dengan menyeret Walikota Alonzo yang telah babak belur.Mata indah wanita itu membelalak dan mulutnya yang ternganga segera ditutupnya dengan kedua tangan. "Ap..apa yang terjadi?" tanya Celeste ngeri.Juan terus berjalan dengan langkah besar dan mantap menyeret sang walikota. Para penjaga yang berada diluar terkejut bukan main melihat pemandangan itu. Namun mereka tidak
Juan menatap teduh wajah wanita yang ia cintai itu. Sebelah tangannya terjulur mengelus lembut pipi Celeste."Mia cara Celeste, aku tulus mencintaimu. Tanpa syarat apapun," ucap Juan lembut nyaris berbisik. "Apapun yang terjadi hari ini padamu tak mengurangi sedikitpun rasa cintaku padamu."Celeste menatap Juan dengan tatapan tak percaya. Benarkah apa yang dikatakan pria ini? Benarkah ia mencintaiku apa adanya? Benarkah ia mau menerimaku yang hina ini?"Sayang, tolong hilangkan pikiran jelekmu. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Tapi, bersamamu… hidupku akan sempurna," bisik Juan seraya mengecup punggung tangan Celeste.Rasa haru seketika menyelimuti Celeste. Jika mem
Rombongan Angelo tiba lebih dulu di markas milik Don Maximo yang berada tak jauh dari pusat kota Siracusa. Selang lima menit, mobil yang ditumpangi Juan dan Celestepun tiba.Angelo segera memerintahkan anak buahnya untuk membawa Walikota Alonzo keruang penyekapan yang berada dibelakang markas.Sementara Juan membantu Celeste turun dari mobil dan menuntunnya masuk kedalam markas mereka yang berupa rumah mewah dua lantai bercat kuning gading.Celeste memandang takjub bangunan didepannya. Rumah itu benar-benar terlihat mewah dan elegan. Sangat jauh dari bayangannya saat Juan mengatakan akan membawa dirinya ke markas Klan Maximo.Awalnya ia mengira markas yang dimaksud Juan berupa rumah tua yang seram, kotor dan berdebu. Tapi ternyata… sangat diluar ekspektasi seorang
Juan cukup terkejut dengan keberanian Celeste, namun ia juga menikmati ciuman yang penuh gairah itu. Tangan Celeste mulai meraba tubuh Juan, mencari-cari. Membuat tubuh pria itu menegang.Ia pun tak ingin kalah, tangannya mulai ikut meraba tubuh Celeste. Memeluk pinggang wanita itu dan menariknya hingga menempel erat di tubuhnya.Ciuman keduanya berubah liar dan semakin intens. Saat wanita itu mulai meminta lebih, dengan napas memburu Juan melepaskan ciuman Celeste lalu menjauh dari wanita itu.Celeste yang tengah menikmati cumbuan Juan menatapnya bingung saat pria itu menyudahinya."Ada apa, sayang?" tanya Celeste tak mengerti dengan napas memburu.Ada sedikit kilat kecewa dalam bola matanya, sebab ia tengah dalam puncak gai
Sang walikota dengan mulut tersumpal berusaha mengatakan sesuatu saat melihat kemunculan Angelo. Tapi apa daya, tidak ada satupun kalimat yang keluar dari mulutnya. Angelo memerintahkan salah satu anak buahnya untuk melepaskan sumpalan di mulut sang walikota. Dengan napas terengah-engah, Walikota Alonzo yang mulutnya telah bebas meminta air. Tenggorokannya terasa kering. Angelo berbaik hati mengambilkannya segelas air dan membantunya minum. Dengan rakus Walikota Alonzo meneguk air dalam gelas tersebut. Namun saat air itu tinggal setengah dan sang walikota bermaksud menghabiskan semuanya, Angelo menariknya menjauh. Walikota Alonzo menjadi berang melihat hal itu. "Hey, jangan jauhkan dariku! Berikan! Berikan! Aku ingin minum, tenggorokanku sangat kering!" Angelo
Angelo mendekati Walikota Alonzo dengan ketenangan yang mengagumkan, setelahnya ia berbisik di telinga pria itu."Bagian mana dari tubuhmu yang ingin merasakan tajamnya pisau terlebih dahulu, Walikota Alonzo?"Sang walikota bergidik ngeri mendengar suara Angelo bak iblis yang turun ke bumi menebar teror pada umat manusia."Apakah telingamu?" desis Angelo seraya memainkan pisau kecil yang dipegangnya ditelinga Walikota Alonzo."Ja-jangan, tuan. Aku mohon… j-jangan..," rengek Walikota Alonzo dengan tubuh gemetar ketakutan."Kalau bukan telinga, lalu bagian mana yang harus merasakan pisauku ini duluan, Walikota Alonzo?" Angelo kembali mengulang pertanyaannya dengan sikap mengancam.
"Kau tunggu disini saja, sayang. Biar aku dan Angelo yang pergi," ucap Juan pada Celeste."Tapi, Juan. Aku juga ingin ikut," balas Celeste."Sebaiknya jangan, sayang. Aku khawatir ini akan membahayakanmu. Kita tak tahu apa yang akan dilakukan Armando dalam keadaan terdesak.""Tapi…""Sayang, dengarkan aku," potong Juan seraya memegang kedua lengan Celeste."Kau sangat berharga bagiku. Aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk padamu. Jadi, tolong tetaplah disini," ucap Juan seraya menatap manik mata Celeste.Rasa haru seketika menyelimuti hati Celeste. "Juan… ternyata kau begitu perhatian padaku," batin Celeste."B