"Pasti korban perjodohan.""Perjodohan ... perjodohan ... tapi kira-kira dong, masa cowoknya sempurna bak pangeran. Ceweknya? Buruk rupa.""Pasti wanita ini orang kaya, kalau tidak? Mana mungkin pria tampan ini mau menikah dengannya?""Tampan, tampan, kalau mata duitan sih aku ogah. Apalagi gak modal."Meskipun berupa bisikan, tapi dapat didengar jelas oleh Tristan maupun Kezia.Mereka langsung diam membisu, ketika Tristan memajukan kepalanya mendekati wajah mereka."Apakah ada aturan, seorang konglomerat dilarang keras untuk menikahi pria atau wanita dari golongan kelas bawah?" Seperti di komando, mereka langsung menggelengkan kepalanya."Apakah ada juga aturan kalau pria tampan, maka harus mendapatkan pasangan yang cantik? Begitu? Bukankah tidak? Tapi itu masalah hati!" ujar Tristan pelan, tapi penuh tekanan."Maaf, Pak, Bu. Bos Anjas telah menunggu di ruangannya, di lantai dua puluh lima," ujar resepsionis mengalihkan percakapan. Dia merasa Tristan bukan pria biasa, berdebat lebih
"Maaf, Nona Muda. Namun, saya tidak setuju jika perusahaan FJ diberikan pada pria itu," menunjuk Tristan, "Walau perusahaan FJ terbilang kecil, tapi itu juga merupakan hasil jerih payah almarhum Tuan Robert Dawson, Kakek Anda, Nona Muda," ucap Anjas. Kezia mengerutkan keningnya, "Kata siapa pemisahan perusahaan FJ untuk diberikan pada Tristan?" "Bukankah Nona Muda baru saja meminta saya mengatur pemisahan perusahaan FJ dari perusahaan Dawson?" "Perasaan aku hanya mengatakan, memisahkan perusahaan FJ dari perusahaan Dawson. Tapi, aku tak pernah mengatakan akan menyerahkan perusahaan FJ pada suamiku," protes Kezia. Anjas tersenyum lega, "Kalau tetap menjadi milik Nona Muda, saya setuju. Saya akan segera menyiapkan dokumen nya, besok Nona Muda tinggal menandatangani berkasnya." Setelah mendengar seluruh rincian permintaan Kezia Devira, Ronald Jansen dan Anjas Aryasatya pamitan pulang. "Apa kau curiga salah satu dari mereka merupakan sosok yang tak ingin kau kembali?" tanya Trist
***Anjas Aryasatya langsung kembali ke Indonesia, ketika mendapat kabar dari Ronald Jansen, kalau pewaris sah keluarga Dawson telah kembali."Apa benar kau telah menemukan Nona Muda, Jansen?" tanya Anjas dan langsung mengguncang pundak sahabatnya."Benar, Nona Kezia Devira Dawson telah kembali, Anjas.""Setelah penantian panjang, akhirnya Nona Muda kembali. Ini benar-benar amazing," ujar Anjas penuh haru."Kau benar. Tapi," Jansen tak meneruskan kalimatnya."Nona Muda kembali, kenapa kau terlihat sedih?" tanya Anjas bingung melihat ekspresi wajah sahabatnya."Percaya atau tidak, tapi aku merasa ada yang salah dengan keputusan ku ini. Aku merasa kembalinya Nona Muda, justru akan membahayakan nyawanya.""Maksudmu apa, Jansen?""Entah kenapa hati kecilku selalu mengatakan, kalau pria yang dibunuh oleh almarhum Tuan Robert Dawson, bukanlah sosok yang mengincar warisan keluarga Dawson. Sepertinya pria itu hanya dijadikan kambing hitam untuk membuat almarhum lengah," ujar Ronald Jansen ham
___Belum juga memasuki rumah, Helena langsung saja menyambut kedatang Atlas Bahera dengan pertanyaan, "Bagaimana, Atlas? Wanita jelek itu tak bisa membuktikan kalau dirinya merupakan pewaris sah keluarga Dawson, kan?"Atlas tak menjawab, dia justru mengepalkan kedua tangannya.Melihat reaksi Atlas yang tak baik-baik saja, Krisna tahu persis, pasti terjadi sesuatu diluar kendali. "Apa seseorang muncul sebagai pahlawan?" tembak Krisna."Kau benar. Aku sama sekali tak menyangka, seorang cleaning service Muda, justru merupakan saksi bisu yang bisa membungkam semua dewan direksi sekaligus pemegang saham!" geram Atlas tambah kesal, ketika mengingat kembali, bagaimana pria itu tersenyum meremehkan mereka."Maksudnya?" tanya Krisna masih tak paham."Bukan hanya membuktikan dengan kata-kata saja. Tapi video, foto, pesan yang ditinggalkan almarhum Robert Dawson langsung membuat semua tak bisa berkutik. Ternyata selama ini, pria tua itu tahu kalau sekelompok orang mengincar pewaris keluarga Da
"Tidak mungkin! Ini pasti bohong, kan? Bukankah almarhum Tuan Dawson sendiri yang menamakan benda itu sebagai kutukan?" ujar salah satu dewan direksi terkejut bukan kepalang."Kenapa kalian terkejut? Bukankah kalian meminta bukti? Sekarang Nona Muda telah membuktikannya, tapi kenapa kalian masih tak percaya?" ujar pria itu santai."Kami bukannya tak percaya, kami hanya tak menyangka saja seperti ini.""Katakan saja kalau masih ada keraguan," ujar pria itu menatap sekelilingnya.Pemegang saham dan dewan direksi diam membisu, mereka menatap sekelilingnya yang penuh dengan foto-foto Kezia di dalam maupun luar negeri. Di sana juga terpampang foto keluarga Dawson dengan ukuran besar."Apa bukti ini cukup untuk melepaskan mereka bertiga, Pak?" tanya pria itu menatap sekelompok polisi yang juga terkejut."Ya, ya, cukup," jawab polisi dan langsung meninggalkan perusahaan. Mereka tidak mau hal itu justru menjadi masalah baru bagi pihak kepolisian.Kezia melangkah mendekati remote yang terletak
Kezia tersenyum getir, "Terima kasih banyak telah mempercayai aku. Tapi maaf, kalau mengecewakan, karena aku sendiri tidak bisa membuktikan diri sebagai pewaris keluarga Dawson.""Kenapa tak bisa? Apa karena tak ada satu foto pun yang kau miliki, Nona Muda?" ujar pria itu santai."Memangnya, kau bisa memberikan bukti? Kalau pun ada, pasti itu hasil editan. Zaman modern sekarang ini, orang awam tak bisa membedakan foto asli atau tidak, tapi tidak dengan polisi!" ketus salah satu pemegang saham, yang langsung di setujui secara mutlak."Kenapa Nona Muda tak melakukannya sekarang? Pihak kepolisian ini justru bisa menjadi saksi, kalau tidak ada penipuan di sini. Bagaimana, Pak Polisi? Dapatkah memberi Nona Muda kesempatan?" tanya pria yang berprofesi sebagai cleaning service."Sejak kapan pihak kepolisian harus patuh pada cleaning service seperti mu, ha?" ketus dewan direksi kesal. Detik berikutnya beliau menatap para polisi, "Bawa penipu ini sekarang juga!"Sejenak pihak kepolisian terdia