Share

Kecupan Lembut Dari Jonathan

Mata Celine melebar, raut wajahnya berubah merah sambil mengepalkan tangannya. Celine langsung saja mematikan sambungan video callnya.

“Argh!” jerit Celine sambil melemparkan benda ponselnya ke ranjang dan menjambak rambutnya secara kasar.

“Kurang ajar kamu, Alister! Ku pikir setelah aku mau menikah lagi kamu akan beruba!” sambung Celine dengan nafas yang memburu.

Celine berkacak pinggang dengan sebelah tangan sambil berjalan kekanan dan kiri, dia berusaha tenang. Namun, tiba-tiba saja Celine terkejut saat membalikkan tubuhnya dan Jonathan sudah berdiri sambil bersedekap.

Celine mengangkat sudut bibirnya.” Apa yang kamu lihat, hah? Pasti kamu sudah dengar bukan?Oh, atau memang sengaja ingin menertawakanku?” cecar Celine menertawakan dirinya sendiri yang begitu menyedihkan.

Jonathan hanya diam menatap lekat wanita yang saat ini sudah menjadi istrinya itu. Ada rasa iba di dalam hatinya. Namun, Jonathan tidak bisa mengatakannya.

“Dasar aneh,” bisik Jonathan ditelinga Celine, dan berjalan duduk di atas ranjang.

Amarah Celine semakin memuncak, dia menyusul Jonathan dan berdiri sambil berkacak pinggang.

“Huft! Sebenarnya apa motif mu menikahiku, Jo? Apa yang ditawarkan oleh Alister kepadamu? Rumah, mobil, uang, jabatan atau apa?” Celine semakin penasaran kepada suami keduanya itu.

“Kenapa kamu begitu ingin tahu, Celine? Sekarang kita jalani saja semuanya, biarkan aku dengan privasiku dan aku akan begitu juga kepadamu. Bukankah yang terpenting kamu hamil dan melahirkan, setelah itu kita sudah tidak ada hubungan lagi,”Jonathan berusaha menegaskan kepada Celine.

Celine semakin frustasi, ide gila ini sungguh membuat Celine muak. Apalagi saat dia melihat Alister–suami yang sangat dia cintai sedang bersama dengan Morgan–kekasih sesama jenis Alister dan itu membuat sudut hati Celine semakin nyeri.

Celine menghempaskan bokongnya tepat di sebelah Joantahan sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.

“Apa sebenarnya salahku? Kenapa kalian semua tega melakukan ini kepadaku?” Celine terisak, dia sudah tidak bisa lagi menahannya.

Jonathan menoleh, dia merasa iba kepada wanita yang baru saja menjadi istrinya itu. Jonathan tidak bisa melihat wanita menangis. Dengan ragu-ragu, Jonathan merangkul tubuh Celine dan meletakkan kepalanya ke dada bidang Jonathan.

“Menangislah, luapkan semuanya agar hatimu lega,” ujar Jonathan sambil mengusap kepala Celine dengan begitu lembut.

Celine merasakan kehangatan di hatinya. Baru pertama kali ada lelaki yang bersikap lembut kepadanya.

“Apakah aku ini sangat buruk, Jo? Sampai-sampai suamiku sendiri tidak tertarik dan lebih memilih berhubungan dengan sesama jenis?” tangis Celine semakin pecah, suaranya juga terdengar begitu serak.

Jonathan tidak menjawab, dia membiarkan Celine mengungkapkan semua isi hati dan kesedihan yang selama ini di pendamnya.

"Sungguh sangat menyedihkan hidupku. Suamiku sendiri dengan tega meminta aku menikah lagi dan melakukan hubungan badan dengan lelaki lain ..." ucapan Celine terhenti ketika tiba-tiba Jo mengecup lembut bibirnya.

Mata Celine membulat sempurna, tubuhnya terdiam bak patung manekin.

Sepersekian detik kemudian, Celine sadar dan mendorong tubuh Jonathan sambil memukul dada bidangnya. "Jangan kurang ajar kamu, Jo!" hardik Celine dengan wajah memerah salah tingkah.

Jo menaikkan sudut bibirnya. "Kurang ajar dari mananya, Celin? Bukankah lebih kurang ajar kamu yang tadi memaksaku?” ledek Jonathan berusaha menutupi rasa malunya.

"Bukankah kamu juga menikmatinya? Jangan munafik kamu, Jo?" Celine terbakar amarah, dia tidak suka dengan ucapan Jonathan yang menurutnya merendahkan.

Mendapatkan pukulan telak membuat Jonathan malu, dia kemudian mengambil pakaian dan mengenakannya lalu keluar dari kamar tersebut.

“Mau kemana kamu, Jo? Jangan pergi, dasar pengecut! Akh … !” jerit Celine dengan nafas yang memburu.

Celine memutuskan untuk tidur agar bisa meredam amarahnya. Namun, sudah satu jam lebih Celine belum bisa memejamkan matanya, dia pun memutuskan untuk bangun dan keluar untuk mencari udara segar.

Celine meninggalkan penginapan VVIP tempat dia menginap yang berada di pinggir kota. Dia berjalan-jalan di sekitar area itu, mencari tempat yang tenang. Saat dia berjalan melewati sebuah taman, Celine secara tidak sengaja melihat Alister – suaminya sedang bermesraan dengan Morgan–pasangan sesama jenis Alister.

“Itu bukannya Alister, ya? Kenapa dia ada disini? Dan itu Morgan … shit!”

Pemandangan itu membuat Celine terkejut dan hatinya terasa hancur. Rasanya seperti dunia di sekitarnya runtuh. Dia merasa terkhianati dan tidak bisa memahami mengapa Alister melakukan hal ini. Perasaan cemburu dan kecewa bercampur aduk di dalam dirinya.

Dengan langkah cepat, Celine menghampiri kedua pasangan yang sedang di mabuk asmara itu. Celine menubruk tubuh Morga, hingga membuat lelaki itu sedikit terhuyung. “Brengsek! Minggir, jangan dekat-dekat dengan suamiku!”

Alister menatap tajam kearah Celine, dia tidak suka jika istrinya itu bersikap kasar apalagi kepada Morgan– kekasih yang sangat dicintainya itu.

Celine berkacak pinggang dengan nafas yang memburu dan wajah. Celine susah payah menahan air matanya agar tidak jatuh. Dia tidak mau terlihat lemah dihadapan Alister.

"Alister, apa maksudnya semua ini? Bukankah kau berjanji jika aku mau menikah kamu akan berubah? Lalu, kenapa sekarang kamu justru bersama dengan laki-laki jadi-jadian ini?" Bentak Celine dengan amarah yang membuncah.

Plak …

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Celine sehingga membuat wanita beriris coklat itu terkejut. Sedangkan Morgan tersenyum mengejek ke arah Celine sambil memegang lengan Alister.

“Maaf,” lirih Alister penuh sesal, dia menyesal sudah menampar Celine. Namun, Alister juga tidak suka jika istrinya itu berkata kasar seperti itu kepada Morgan.

“Kamu menamparku, Alister? Inikah balasanmu kepadaku? Hanya demi laki-laki letoy ini kamu tega berbuat kasar?” lirih Celine dengan air mata yang sudah tidak dapat dibendung lagi.

Alister hanya menghela nafas panjang, dia merutuki dirinya sendiri yang sudah bodoh memukul wanita yang saat ini masih sah menjadi istrinya itu.

“Kau, laki-laki tidak tahu malu! Apakah tidak ada orang lain lagi? Kenapa harus suamiku yang kamu mau?” Celine menunjukkan jarinya ke arah Morgan.

“Celine, sudah. Jangan seperti ini, malu dilihat orang,” Alister berusaha berkata lembut.

“Apa, malu kamu bilang, Alister? Kenapa baru sadar sekarang jika kelakuanmu ini sangat memalukan!” Celine sudah lepas kendali, hari ini dia menuangkan semua rasa marah dan kecewanya.

“Cukup, Celine!” Alister melayangkan tangannya di udara hendak menampar Celine lagi. Namun, itu semua terhenti ketika ada yang memegangnya. “Jangan kasar sama wanita, tuan. Dia itu istrimu!” Jonathan berkata dengan nada penuh penekanan.

Celine yang awalnya memejamkan mata langsung membukanya lagi. Ada rasa senang melihat Jonathan datang membelanya. Akan tetapi, Celine dibuat kecewa oleh Jonathan yang menurutnya bersekongkol dengan Alister dan Morgan. “Ayo, malu dilihat orang! Kamu ini wanita jangan bar-bar!” ajak Jonathan.

Jonathan menarik tangan Celine membawa istrinya itu menjauh. Celine yang masih sangat emosi langsung saja menarik tangannya secara kasar.

“Lepas! Apa maksudmu mengatakan aku bar-bar, ha!” Hidung Celine kembang kempis dengan mata melebar sempurna.

Jonathan menggelengkan kepalanya, dia juga tidak tahu apa yang sebenarnya dia lakukan. Mengapa dia datang membela tapi setelah itu justru menjatuhkan Celine.

“Oh, kamu sekongkol dengan suamiku dan Morgan, ya? Atau kamu sama saja seperti mereka?” tuduh Celine menelisik.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Jingga Violletha
semakin menarik urat leher bacanya tegang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status