Share

kontrak

Author: Prettyies
last update Huling Na-update: 2025-03-18 22:15:32

Arumi tertegun. “Apa?”

Bastian menyandarkan punggungnya ke kursi, tatapannya tajam menembus mata Arumi. “Aku bilang, kau diterima sebagai sekretarisku.”

Arumi masih berdiri kaku di tempatnya. “Tapi… tadi Anda bilang saya harus—”

“—melepas pakaianmu?” potong Bastian dengan nada datar. “Itu hanya ujian.”

Kedua tangan Arumi mengepal. “Ujian?! Anda main-main dengan harga diri saya?”

Bastian mengangkat bahu. “Aku tidak main-main. Aku hanya ingin tahu seberapa jauh seseorang rela merendahkan dirinya demi uang.”

Arumi menggigit bibir. Jadi semua wanita sebelum dirinya…?

“Mereka semua gagal?” tanyanya pelan.

Bastian mengangguk. “Hanya sedikit yang menolak. Dan kau satu-satunya yang menolaknya dengan tetap percaya diri.”

Arumi masih berusaha mencerna kata-kata pria itu. “Jadi, selama ini Anda tidak benar-benar…?”

“Tidak.” Bastian bersandar di kursinya, menatapnya lekat. “Aku tidak butuh sekretaris yang hanya mengejar uang. Aku butuh seseorang yang punya harga diri, punya prinsip, dan bisa menolak perintah bosnya kalau perintah itu tidak masuk akal.”

Arumi menatap pria itu dalam diam. Jadi ini semua cuma tes?

“Tapi tetap saja,” Arumi akhirnya bicara. “Anda sudah mempermainkan saya.”

Bastian mengangkat alis. “Kalau kau tidak suka, kau bisa pergi.”

Arumi menggigit bibirnya. Gue bisa aja pergi… tapi gaji 50 juta itu…

Dia menatap pria itu dalam-dalam. “Apa tugas saya sebagai sekretaris Anda?”

Bastian tersenyum tipis. “Mulai besok, kau akan tahu.”

Arumi menatapnya curiga. Kenapa perasaan gue nggak enak ya?

Arumi turun dari bus dengan langkah gontai. Otaknya masih berputar, memikirkan kejadian tadi di kantor Mengantara Luxury.

Tes gila itu…

Siapa yang menyangka bahwa CEO kaya raya seperti Bastian Mengantara akan menguji calon sekretarisnya dengan cara seperti itu?

Tapi, gue lulus.

Sekarang, ia punya pekerjaan dengan gaji 50 juta per bulan. Seharusnya ia senang, kan?

Tapi kenapa hatinya masih terasa berat?

Saat masuk ke rumah, aroma minyak kayu putih langsung menyambutnya. Di atas kasur, Bu Rahayu, ibunya, tengah berbaring dengan tubuh lemah.

“Nduk, sudah pulang?” suara Ibunya terdengar pelan.

Arumi tersenyum, meski hatinya terasa berat. Ia duduk di samping ibunya, menggenggam tangan wanita itu.

“Iya, Ma.”

“Gimana wawancaranya? Dapat kerja?”

Arumi menelan ludah. “Dapat, Ma. Gajinya besar.”

Mata ibunya berbinar. “Alhamdulillah, Nduk! Kamu diterima kerja di kantor besar itu?”

Arumi mengangguk. “Iya, Ma…”

Ibunya tersenyum. “Syukurlah… Ibu bangga sama kamu.”

Arumi menggigit bibir. Kalau Mama tahu bagaimana cara gue dapat kerja ini, apa Mama masih bakal bangga?

Ia ingin bercerita, tapi hatinya ragu.

“Ibu nggak usah khawatir soal biaya operasi. Aku bakal bayar semuanya.”

Air mata menggenang di mata Bu Rahayu. “Terima kasih, Nduk… Semoga pekerjaanmu berkah.”

Berkah?

Arumi tersenyum pahit. Gue juga nggak tahu, Ma.

Keesokan paginya, Arumi berdiri di depan gedung megah Mengantara Luxury dengan perasaan campur aduk.

“Gue beneran kerja di sini sekarang…” gumamnya pelan.

Ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari nomor asing.

Bastian Mengantara: Naik ke lantai 40 sekarang. Jangan terlambat.

Arumi mendengus. Dasar bos dingin.

Dengan langkah cepat, ia masuk ke dalam gedung dan menaiki lift. Begitu pintu lift terbuka di lantai 40, sekretaris HRD yang kemarin mengantarnya langsung menyambutnya.

“Selamat pagi, Arumi. Pak Bastian menunggumu.”

Arumi mengangguk dan masuk ke ruangan luas itu.

Bastian duduk di belakang meja, mengenakan setelan hitam yang membuatnya terlihat lebih berwibawa. Begitu melihat Arumi, pria itu menutup berkas di tangannya.

“Kau datang tepat waktu.”

Arumi berdiri tegak. “Tentu saja, Pak. Apa tugas pertama saya?”

Bastian melempar sebuah tablet ke meja. “Mulai hari ini, kau akan mengatur seluruh jadwal dan kebutuhan pribadiku. Jangan sampai ada kesalahan.”

Arumi mengambil tablet itu dan melihat jadwal yang tertera. Matanya melebar.

“Pak… jadwal Anda padat sekali. Bahkan ada meeting jam 10 malam?”

Bastian menyandarkan diri ke kursi. “Aku bekerja lebih dari 16 jam sehari. Sekretaris pribadiku harus siap setiap saat.”

Arumi menelan ludah. Gila, ini bukan pekerjaan biasa.

“Dan satu hal lagi,” lanjut Bastian. “Mulai sekarang, kau harus selalu siap di sampingku.”

Arumi mengernyit. “Maksudnya?”

Bastian berdiri dan berjalan mendekatinya, tatapannya tajam.

“Kemana pun aku pergi, kau ikut.”

Arumi mengerutkan dahi. “Jadi saya ini sekretaris atau bodyguard, Pak?”

Bastian menyeringai tipis. “Mungkin keduanya.”

Arumi merasa ada sesuatu yang aneh dalam pekerjaan ini. Tapi ia sudah terlanjur masuk ke dalam dunia Bastian Mengantara.

Dan ia tahu, keluar bukan lagi pilihan.

Arumi duduk di kursi yang ada di depan meja Bastian, sementara pria itu meletakkan sebuah map hitam di atas meja.

“Baca ini,” katanya singkat.

Arumi membuka map tersebut. Di dalamnya ada kontrak kerja setebal lebih dari sepuluh halaman. Matanya langsung menangkap beberapa poin yang mencurigakan.

1. Sekretaris pribadi harus siap sedia 24/7 mendampingi CEO di dalam maupun luar kantor.

2. Dilarang mengundurkan diri dalam kurun waktu minimal dua tahun. Jika melanggar, akan dikenakan penalti sebesar 5 miliar rupiah.

Mata Arumi membelalak. Lima miliar?!

Ia mengangkat wajah, menatap Bastian dengan ekspresi tidak percaya. “Pak, ini… penalti 5 miliar kalau saya keluar sebelum dua tahun?”

Bastian menatapnya tanpa ekspresi. “Benar.”

Arumi menggeleng. “Tapi ini gila! Tidak masuk akal!”

Bastian menyandarkan diri ke kursinya, menyilangkan tangan. “Kau tahu berapa banyak perempuan yang ingin mendapatkan pekerjaan ini? Aku tidak butuh orang yang masuk lalu pergi semaunya.”

Arumi menelan ludah. Jadi ini alasan kenapa gajinya fantastis. Perusahaan ini seperti jebakan.

Ia melihat ke bawah. Tapi kalau gue mundur sekarang, gue kehilangan kesempatan buat bayar operasi Mama.

Bastian mengetuk meja dengan jarinya. “Kalau kau ragu, silakan keluar sekarang. Tapi begitu kau tanda tangan, kau tidak bisa kabur.”

Arumi menggenggam pulpen yang ada di atas meja. Tangannya sedikit gemetar.

Apa ini benar-benar sepadan?

Ia menarik napas panjang. Demi Mama.

Lalu, dengan satu tarikan napas, ia menandatangani kontrak itu.

Begitu ia mengangkat wajah, Bastian menyeringai puas.

“Selamat datang di neraka pribadiku, Arumi.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kontrak Penuh Gairah Bersama Tuan CEO   Makan siang bersama

    Arumi melangkah mundur dari meja, menatap Bastian dengan campuran marah dan takut. "Apa semua ini karena tadi malam?" tanyanya pelan, nyaris berbisik. Bastian tidak langsung menjawab. Tatapannya tak berubah, tetap tajam dan menghanyutkan. Ia berdiri, perlahan mendekat. "Aku tidak pernah melakukan sesuatu tanpa alasan," katanya akhirnya. "Kau pintar, Arumi. Kau tahu kenapa aku tak ingin kau pergi." Arumi menahan napas saat Bastian kini hanya berjarak satu langkah darinya. "Ini bukan tentang pekerjaan lagi, kan?" suaranya bergetar. Bastian menatapnya dalam-dalam, lalu mengangkat tangan dan menyelipkan helaian rambut dari wajah Arumi. Sentuhan itu membuat tubuh Arumi menegang, tapi ia tidak bergerak. "Aku tidak suka main-main," ujar Bastian. "Kalau aku menginginkan sesuatu, aku pastikan aku memilikinya." Arumi menatapnya tak percaya. "Saya bukan barang, Pak." Bastian tersenyum kecil, tapi tak ada tawa di matanya. "Aku tahu. Justru karena itu." Ia melangkah menjauh, kem

  • Kontrak Penuh Gairah Bersama Tuan CEO   first kiss

    Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Arumi berdiri di depan lobi perusahaan, memeluk tasnya erat. Jalanan sudah mulai sepi, dan udara dingin menusuk kulitnya.Tiba-tiba, sebuah suara berat terdengar di belakangnya."Ayo masuk, saya antar kamu pulang," suara Bastian terdengar datar, tanpa emosi.Arumi menoleh, sedikit terkejut. "Terima kasih, Pak, tapi saya bisa naik taksi—""Jangan membantah. Sudah malam," potong Bastian tajam.Arumi akhirnya mengangguk dan mengikuti Bastian menuju mobilnya—sebuah Lamborghini hitam mengilap. Saat Bastian membuka pintu, Arumi secara refleks masuk ke kursi belakang.Namun, baru saja ia duduk, suara dingin Bastian menyela, "Memangnya saya supir kamu?"Arumi terdiam, merasa salah tingkah. "Eh… terus saya duduk di mana, Pak?"Bastian menatapnya datar. "Di depan."Malu, Arumi buru-buru pindah ke kursi depan. Begitu duduk, ia berusaha memasang seat belt, tetapi gespernya tersangkut."Kenapa lama sekali?" Bastian melirik sekilas."Seat belt-nya macet, Pak…" g

  • Kontrak Penuh Gairah Bersama Tuan CEO   Jantung berdetak kencang

    Setelah William Chen pergi, suasana ruangan tetap dipenuhi ketegangan yang menggantung. Arumi duduk di kursinya, masih mencerna percakapan tadi. Bastian, di sisi lain, tampak tenang seperti biasa. Ia mengambil gelas airnya, menyesapnya perlahan, lalu menatap timnya. “Kalian dengar sendiri, kan? Kita punya waktu satu bulan untuk membuktikan bahwa Mengantara Luxury layak mendapatkan investasi.” Para eksekutif saling bertukar pandang, lalu mengangguk. Mereka tahu apa yang dipertaruhkan. Seorang manajer pemasaran, Andre, angkat bicara. “Kita bisa dorong kampanye digital lebih agresif. Gunakan influencer kelas atas untuk meningkatkan hype.” Arumi mengerutkan kening. “Tapi kalau kita hanya mengandalkan influencer, bukankah terlalu mainstream? Kita butuh strategi yang benar-benar bisa bikin orang merasa kalau produk ini eksklusif.” Bastian menoleh ke arahnya dengan ketertarikan. “Lanjutkan.” Arumi berpikir sejenak sebelum berkata, “Kita buat event private launch untuk sosialita dan bea

  • Kontrak Penuh Gairah Bersama Tuan CEO   Balas dendam

    Arumi melangkah keluar dari mobil dengan kepala tegak. Jika sebelumnya ia hanya bekerja demi uang untuk operasi ibunya, sekarang ada satu alasan tambahan: membalas pengkhianatan Bara. Bastian berjalan di depannya, memasuki lobi Mengantara Luxury dengan aura dingin dan penuh kuasa. Para karyawan langsung memberi salam dan menunduk hormat. Begitu mereka masuk ke dalam lift, Arumi tak bisa menahan diri untuk bertanya. "Jadi, bagaimana caranya saya bisa menjadi kartu truf Anda?" Bastian meliriknya sekilas. “Aku ingin kau tetap menjadi dirimu sendiri. Tapi di saat yang sama, aku ingin Bara melihat bahwa kau sekarang adalah bagian dari kekuasaanku.” Arumi mendengus. Kekuasaannya? “Dan itu artinya?” Bastian menyeringai tipis. “Mulai sekarang, kau bukan hanya sekretarisku. Kau adalah wanita di sisiku.” Arumi tersentak. “Tunggu—maksud Anda?” Lift berbunyi, pintu terbuka di lantai 40. Bastian melangkah keluar lebih dulu, meninggalkan Arumi yang masih tercengang. Seorang pria dengan ja

  • Kontrak Penuh Gairah Bersama Tuan CEO   kerja sama

    Arumi menatap tanda tangannya di atas kertas. Gue beneran udah masuk perangkap ini. Bastian mengambil kontrak itu, menyimpannya dalam laci. “Mulai sekarang, kau milikku.” Arumi mendongak dengan tatapan tajam. “Milik perusahaan, maksud Anda.” Bastian menyeringai. “Terserah bagaimana kau mengartikannya.” Arumi menghela napas panjang. “Baik. Jadi, apa tugas pertama saya?” Bastian berdiri, meraih jasnya. “Kita ada meeting di luar. Ikut.” Arumi buru-buru mengikuti langkah cepat pria itu. Saat mereka keluar dari ruangan, semua mata pegawai tertuju padanya. Bisik-bisik mulai terdengar. "Dia yang diterima? Cantik juga, tapi berapa lama dia bisa bertahan?" "Sebelumnya juga ada yang cantik, tapi cuma bertahan sebulan." "Lihat saja, sebentar lagi dia pasti menyerah." Arumi menggigit bibirnya. Gue nggak peduli omongan orang. Yang penting, gue butuh uang. Saat mereka sampai di basement, seorang sopir sudah menunggu dengan mobil hitam mewah. “Masuk,” perintah Bastian. Arumi duduk di sa

  • Kontrak Penuh Gairah Bersama Tuan CEO   kontrak

    Arumi tertegun. “Apa?”Bastian menyandarkan punggungnya ke kursi, tatapannya tajam menembus mata Arumi. “Aku bilang, kau diterima sebagai sekretarisku.”Arumi masih berdiri kaku di tempatnya. “Tapi… tadi Anda bilang saya harus—”“—melepas pakaianmu?” potong Bastian dengan nada datar. “Itu hanya ujian.”Kedua tangan Arumi mengepal. “Ujian?! Anda main-main dengan harga diri saya?”Bastian mengangkat bahu. “Aku tidak main-main. Aku hanya ingin tahu seberapa jauh seseorang rela merendahkan dirinya demi uang.”Arumi menggigit bibir. Jadi semua wanita sebelum dirinya…?“Mereka semua gagal?” tanyanya pelan.Bastian mengangguk. “Hanya sedikit yang menolak. Dan kau satu-satunya yang menolaknya dengan tetap percaya diri.”Arumi masih berusaha mencerna kata-kata pria itu. “Jadi, selama ini Anda tidak benar-benar…?”“Tidak.” Bastian bersandar di kursinya, menatapnya lekat. “Aku tidak butuh sekretaris yang hanya mengejar uang. Aku butuh seseorang yang punya harga diri, punya prinsip, dan bisa meno

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status