TENTANG AYAHπππBanyak sekali yang ingin aku tanyakan pada Bunda, terutama darimana beliau mengetahui semua yang terjadi.Aku paham betul siapa Bundaku, dirinya pasti tidak akan pernah memaafkan sebuah pengkhianatan, tapi sekarang justru Bunda bersikap sangat tenang didepan menantu dan besannya.Mungkinkah Bunda juga tahu jika Mas Rian hanya dijebak Sarah.Nanti aku tanyakan, sebaiknya aku memberi makan cacing yang sedang berdisko ria didalam perutku."Bunda masak?" tanyaku pada Bunda yang masih setia menungguku beranjak dari zona nyaman."Tidak sayang, Bunda tadi pesan via online, mau makan sekarang? nanti Bunda panaskan lagi.""Boleh Bund."Aku segera beranjak kekamar mandi sekedar mencuci muka agar terlihat lebih segar, sedangkan bunda berlalu menuju dapur.πππ"Bund," panggilku pada Bunda yang sedang asyik dengan gawainya.Saat ini kami sedang berada di ruang tengah, memilih santai sejenak sebelum melanjutkan petualangan mencari kesenangan."Ada apa sayang?" tanyanya, ia me
HASUTAN MAMA FATMAπππ"Rian telpon,"Bunda berkata sambil mengoles bibir dengan pewarna khusus, tanpa menoleh kearahku."Apa ada hal penting?"Aku duduk ditepi ranjang menunggu Bunda selesai merias diri."Tidak, hanya menanyakan kita sedang ada dimana, mungkin dia merindukanmu," kata Bunda sambil terkekeh, Bunda bukan hanya sekedar sosok Ibu bagiku, bersamanya juga terkadang berasa seperti bersama sahabat."Sini Bunda bantu make over." Bunda mendekat kearahku, menarik tanganku untuk duduk dimeja rias."Tidak usah, Ana bisa sendiri," Tolakku, jika Bunda yang beraksi sudah pasti penampilanku seperti ondel-ondel.Aku tidak suka make up berlebihan, aku lebih suka yang sederhana dengan polesan sedikit bedak juga lipe ice agar tidak terlihat pucat.Berbeda dengan Bunda yang masih suka memakai segala jenis make up, katanya supaya ayah betah memandang.Padahal apapun keadaan Bunda akan selalu terlihat cantik dimata Ayah."Mau kemana?" Bunda bertanya saat aku sudah selesai dengan ritualku.
"Hanya sedang memastikan sesuatu". Kata Rian sambil terus berlalu menaiki anak tangga menuju kamarnya."Maksud kamu apa Ri?" Tanya Mama berteriak karena Rian sudah hampir sampai diujung tangga.Bahkan Rian bersikap pura-pura tidak mendengarnya, ia meneruskan langkahnya membuka pintu kamar dan merebahkan diri diranjang yang menjadi saksi bisu cintanya denga Ana.πππ"Sarah, kamu lakukan sesuatu dong biar Rian mau tidur denganmu!" Perintah Fatma kepada menantunya.Fatma merasa Rian sangat dikuasai oleh Ana, dan dirinya tidak bisa terima."Aku juga tidak tahu harus melakukan apa ma, aku sudah pernah menggodanya bahkan sampai memintanya secara terang-terangan, tapi Mas Rian tetap menolakku.""Bagaimana bisa seperti itu, ini tidak bisa dibiarkan, mama harus bertindak!" Setelah mengatakan itu Fatma gegas menyusul Rian kekamarnya.Tok tok tok.Fatma mengetuk pintu kamar Rian dengan keras, namun beberapa kali ketukan tidak juga dibuka."Siapa yang mengijinkan Mama menaiki lantai atas?" An
RENCANA SARAHπππ"Ma-Mama tahu?" Tergagap aku bertanya kepada wanita yang melahirkanku.Susah payah aku menyembunyikan kehamilanku, bahkan aku berniat menggugurkan kandunganku jika tidak menemukan orang yang mau mengakui anakku.Jujur saja aku sendiri bahkan tidak tahu benih siapa yang tumbuh dirahimku."ckkk," Mama berdecak, "Memangnya apa yang bisa kamu sembunyikan dari Mama?"Benar kata Mama, apapun yang aku lakukan Mama selalu mengetahuinya.Yang aku heran kenapa Mama tidak marah mengetahui kelakuanku yang diluar nalar, ah aku lupa, aku dan Mama kan memang satu frekuensi."Sudah jangan dibahas!" kata Mama lagi sebelum aku menimpali kata-kata Mama. "Tugas kamu hanya melakukan rencana Mama."'Rencana? ah pasti rencana licik lagi,' aku bermonolog dalam hati.Kan memang hanya menipu orang keahlian Mama yang menurun padaku."Apa yang harus aku lakukan?" Terlihat Mama tersenyum licik.πππAku memang berhasil menjebak Mas Rian hingga dirinya mau menikahiku, tapi sayang perusahaan
KEBODOHAN SARAHπππPOV DIANAπππ"Ada ap........ A-Ana?" mengapa Sarah seterkejut itu melihatku berada didepan kamarnya, dia pikir aku hantu."Hay, sedang sibuk?" Tanyaku santai, tanpa permisi aku masuk kedalam kamar yang Sarah tempati."Kenapa kamu main masuk, tanpa permisi?" tanyanya ketus, aku sih tidak peduli. Apapun yang dia katakan dan juga rasakan, aku sudah hilang respect.Dulu aku begitu peduli dengannya, Apapun yang aku miliki sarah pasti menginginkan juga, jadi setiap aku membeli sesuatu aku membeli dua, untukku dan dirinya, aku kira itu cukup untuk menjadikannya sahabat baik, ternyata aku tertipu, Sarah menginginkan milikku yang lain juga yang tidak bisa dibeli ditoko apapun. Sarah berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, entah apa pekerjaan Ibunya, sedangkan Ayahnya dari lahir dia tidak pernah tau keberadaannya, atau mungkin memang nasibnya sama seperti bayi yang dia kandung, entah siapa Ayahnya.Harusnya Sarah bisa belajar dari kesalahan yang Ibunya lakukan,
TENTANG DENDAMπππ"Bukannya kamu yang mandul, jangan memutar balikan fakta!" hebat secepat itu bisa menguasai keadaan."Faktanya akan kamu lihat, jika kamu sudah lelah dengan rencanamu yang tidak akan ada hasilnya."Aku berdiri dari dudukku, berjalan menuju pintu keluar."Ingat, jangan katakan kepada siapapun tentang keadaan Mas Rian jika masih ingin diberi nafkah."Aku berkaa lagi sebelum benar- benar keluar pintu."Apa yang kamu lakukan dikamar sarah?" Saat baru menutup pintu kamar yang ditempati Sarah, Mama keluar dari Singgasana ternyamannya."Sejak kapan kamar itu menjadi kamar sarah? aku hanya meminjamkannya, tidak memberikan, jadi kapanpun aku mau aku bisa mengambilnya kembali."Salahkah aku jika berani melawan kata-kata mertua."Ana, Mama butuh uang!" Katanya dengan nada sombongnya, memangnya aku peduli dengan apa yang Mama butuhkan.Dulu aku pasti akan menjawab 'berapa?' sekarang, masa bodo."Terus? Apa peduliku?" Kataku dengan santai sambil berlalu menuju lemari pendingi
POV AUTHORπππBUAH SIMALAKAMAπππ"Sarah mau kemana?" Ana sedang duduk diruang televisi, mendapati Sarah sudah berpakaian rapih."Bukan urusanmu!" Ketus Sarah."Aku tanya mau kemana?" Tanya Ana lagi dengan santai kaki disilangkan duduk dengan anggun bak seorang nyonya besar."Sudah aku bilang bukan urusanmu!"Sarah tidak terima ketika Ana ikut campur urusan pribadinya.Sarah berlalu meninggalkan Ana yang masih duduk santai disofa empuknya.Namun bukan Ana namanya jika membiarkan mangsa lari begitu saja."Pak jangan biarkan siapapun keluar dari rumah ini tanpa ijinku!" Ana menelpon security yang bertugas menjaga rumah Ana.Dengan patuh Pak Dirman yang mendapat sift jaga siang segera mengunci pintu gerbang."Pak Dirman buka gerbangnya saya mau keluar!" Teriak Sarah.Pak Dirman menulikan telinga, seolah-olah tidak mendengar apapun.Semua pekerja berada dipihak Bos mereka, sekalipun kepada Fatma yang notabene mertua dari Nona mereka, nyatanya tetap mereka tidak ingin patuh."Pak tu
POV DIANAπππSUAMI IDAMANπππ"Bibi!" Teriakku, betapa terkejutnya aku begitu keluar kamar melihat Bi Nani sedang berguling ditangga.Aku berlari kearah Bi Nani, beruntung Bi Nani masih berada ditangga bagian bawah sehingga lukanya tidak terlalu serius."Bi, apa yang sakit?" Tanyaku, aku memeriksa seluruh tubuh Bi Nani."Bibi tidak apa-apa non, hanya kakinya yang terkilir," aku sedikit lega mendengar penuturan Bi Nani.Jika terjadi apa-apa dengannya, aku tidak bisa memaafkan Mama mertuaku."Kita ke Dokter Bi!" Aku tidak bisa diam saja melihat keadaan Bi Nani yang untuk berdiri saja merasa kesakitan."Tidak perlu Non, nanti diurut juga baikan."Bi Nani memang tidak pernah mau merepotkan siapapun, termasuk aku."Tidak! pokoknya Bibi harus ke Dokter! Ini perintah, tidak menerima penolakan!" Tegasku.Aku memapah Bibi menuju mobil, sebelum benar-benar keluar aku memandang Mama dengan tajam "Jika terjadi apa-apa dengan Bi Nani, Mama harus tanggung jawab."Mama tidak bergeming, masih m