Share

LUKA DI TEPI HATI IBU TIRI
LUKA DI TEPI HATI IBU TIRI
Penulis: Kim Miso

Ibu Baru

Revalina berpikir bahwa pernikahannya akan menjadi sesuatu yang membahagiakan untuk hidup baru yang akan dia tempuh, tapi nyatanya sesuatu yang tidak pernah diduga olehnya telah menjadi mimpi buruk untuknya.

Tatapan sinis dia dapatkan saat kakinya melangkah masuk ke dalam rumah baru di mana dia akan menempuh separuh hidupnya di rumah itu.

"Sayang, ayo, salaman dulu ke ibu kalian," kata Topan saat dia dan istrinya, Revalina berada di bingkai pintu. Senyum manis ditunjukkan oleh Revalina, tetapi tidak di bibir kedua anaknya.

"Kok istri baru Papa, tidak secantik Mama?" Ucapan itu muncul dari mulut putri sulung Topan.

Seketika hati Revalina teriris, tetapi masih bisa dibalas dengan senyum tulus oleh dirinya.

Revalina melangkah maju, dan dia meraih kedua tangan Gina Wardani, anak sulung Topan, dan Revalina berkata, "Aku memang tak secantik ibumu, dan tidak akan menggantikan posisi ibumu, tapi aku akan melakukan yang terbaik untuk kalian," ucapnya dengan senyum, mata Revalina menatap ke arah Gina dan kemudian ke arah Galih, tetapi Gina kemudian menghentakkan tangannya.

"Aku tidak butuh ibu baru, adikku juga tidak!"

"Gina!" sentak Topan sembari melotot.

Gina dengan cepat pergi dari sana dan Galih yang masih berada di sana pun menyahut, "Kakakku benar, Pa. Kami tidak butuh ibu baru, apalagi ...."

Bibirnya mendadak diam, wajahnya menampakkan raut muka jijik pada Revalina dan melanjutkan ucapannya dengan berkata, "Apalagi seorang wanita sepertinya, tidak berpendidikan seperti ibu, bagaimana mau merawat kami!"

Topan yang mendengar hal itu hanya bisa menghela nafas dan berusaha untuk menenangkan Revalina. Galih sendiri akhirnya pergi dari sana, menyusul sang kakak.

"Sayang, aku mohon maafkan sikap anak-anakku yang tidak begitu hangat. Aku janji padamu akan membuatmu merasa nyaman di sini, dan aku yakin bahwa anak-anak ...."

"Sudahlah, Mas." Jari Revalina menyentuh lembut bibir Topan, mereka kini saling berhadapan dan mata mereka saling bertatap. Tatapan mata Topan teduh dan mata Revalina indah, mereka tampak serasi walau usia yang membedakan sekitar sepuluh tahun. "Mas tidak perlu banyak menjelaskan, aku paham kok dengan apa kondisi anak-anaknya Mas. Kan mereka juga telah kehilangan ibu mereka, dan kedatangan sosok baru membutuhkan adaptasi."

"Aku memang tidak salah pilih dalam memilihmu, Sayang, Mari kita masuk ke kamar kita." Topan mengajak Revalina untuk masuk ke dalam kamar baru mereka dan Revalina melihat kamar indah dengan bunga-bunga hias di dalam sana. Mereka akan melewati malam pertama mereka, mungkin ini akan menjadi malam yang panjang dan yang pertama untuk Revalina.

Revalina melepas pakaian Topan yang formal dan menggantinya dengan sebuah pakian biasa, kaos yang ditemukan Revalina di dalam lemari. "Aku akan menyiapkan makan malam untukmu, Mas, lagian ini adalah hari pertamaku di sini, dan aku harus beradaptasi."

Saat Revalina mengatakan itu, Topan langsung menarik tangan Revalina dan menjatuhkan tubuh Revalina di pangkuannya.

"Apa kau tidak lelah, kita baru saja melaksanakan akad nikah dan kau ... astaga Reva, setidaknya kita istirahat dulu," ucap Topan. Revalina tersenyum, dia melepaskan sanggul rambutnya dan membuat rambut indah itu terurai. Kedua tangan Reva berada di pipi Topan dan mereka kembali saling bertatap.

"Mas, aku harus membuat anak-anakmu terkesan padaku. Aku harus memasak, aku harus merawat mereka, dan melakukan apa yang harus seorang ibu lakukan. Aku tahu Mas ... aku mungkin terbilang masih muda bagi Mas, tapi aku akan berusaha untuk menjadi ibu yang baik dan ...."

"Iya, iya ... aku yakin kamu bakalan jadi ibu yang baik, sekarang bukan saatnya untuk memasak, ini malam pertama kita loh."

Revalina tertawa dan dia berdiri dari pangkuan suaminya. Dia melepas gaun yang dikenakannya tepat di hadapan Topan dan mengenakan gaun biasa setelah itu.

"Aku harus masak Mas, jangan sampai anak-anak lapar gara-gara aku nggak masak."

Topan tersenyum setelah mendengar apa yang dikatakan sang istri. Akad pernikahan mereka sendiri tidaklah lama dan pesta pernikahannya tidaklah mewah sama sekali, bahkan kedua anak Topan menolak untuk datang ke pernikahan itu. Gina sendiri berusia 19 tahun sedangkan Galih berusia 12 tahun, mereka berada di masa-masa labilnya dan pastilah mereka belum bisa menerima sosok ibu tiri yang mungkin sepuluh tahun lebih tua dari Gina dan sepuluh tahun lebih muda dari Topan.

Di rumah itu, Topan tinggal hanya dengan kedua anak-anaknya setelah kematian sang istri, Lia. Hal itu membuat Topan merasa kelelahan dan membutuhkan bantuan seorang istri, maka bertemu lah dia dengan sosok lembut seperti Revalina yang pada akhirnya dia lamar dan mereka pun menikah.

Di dapur, Revalina mengerjakan semua pekerjaannya sendiri, dia memasak sendiri dan membuat Topan begitu terkesan di hari pertama mereka serumah, hingga akhirnya makan malam disiapkan dan berada di meja makan.

Topan memanggil anak-anaknya untuk makan malam, dan balasan sang anak tidaklah positif melainkan sangat buruk. Awalnya Gina dan Galih menolak tetapi dipaksa oleh sang ayah dan diancam tidak diberikan uang jajan. Mereka pun akhirnya duduk di kursi makan mereka dan Revalina terlihat menyiapkan makanan di atas piring masing-masing.

"Pa, Papa tidak ada niatan buat sewa pembantu baru? Maksud Gina, kan Bi Ida sudah tidak bisa lagi kerja di rumah kita, apalagi dia udah libur satu pekan lamanya," ucap Gina, terlihat Revalina sedang menyiapkan makanan di atas piring Gina.

"Bi Ida memang sudah mengajukan pengunduran dirinya sama Papa, jadi mungkin Bi Ida tidak bakalan datang ke rumah lagi," jawab Topan. Sekarang Revalina memberikan makanan di piring Galih.

"Ya itu, Pa. Papa harus sewa pembantu baru." Galih menyahut. Kini Revalina sudah menyiapkan makanan untuk setiap piring yang ada di atas meja sehingga dia bisa duduk dan menyiapkan makanannya sendiri. Topan menatap ke arah Revalina dengan senyum.

Mereka sudah bercerita tentang menyewa pembantu dan Revalina memilih untuk mengurus rumah sendirian tanpa bantuan seorang pembantu sama sekali.

"Sayang, papa dengan ibu Reva sudah berbicara soal ini, dan kami sepakat untuk tidak menyewa pembantu," kata Topan dengan lembut.

"Oh, jadi Papa cuman nikah itu supaya punya pembantu gratis ya, Pa?" ucap Galih.

"Oops!" Gina dan Galih saling tertawa lepas.

Makanan yang dikunyah oleh Gina seakan ingin keluar dari mulutnya. Sedangkan Revalina hatinya seakan remuk di kursinya dan matanya berkaca-kaca. Reva berusaha untuk menahan air matanya agar tidak menetes di sana. Dan tetap melanjutkan aktivitas makan malamnya.

Topan yang mendengar hal itu, langsung emosi dan mengepalkan tangannya, dan dia kini berdiri dari duduknya lalu berkata, "Berdiri kalian!" perintah Topan. Gina dan Galih terkejut dengan suara yang besar dari sang ayah. Gina dan Galih pun berdiri.

"Siapa yang mengajari kalian seperti ini! Tidakkah kalian sudah Papa beritahu bahwa Papa akan menikah? Ha!"

"Tapi Pa ...."

"Jangan potong ucapan Papa!"

"Mas ...."

"Diam Reva! Saya sedang bicara dengan anak-anak yang tidak tahu diuntung ini!"

Mata Gina berkaca-kaca mendengar apa yang dikatakan sang ayah. Ini adalah kali pertama ayahnya mengatakan hal buruk padanya. Gina menatap ke arah Revalina dan berkata, "Lihat! Lihat apa yang telah kamu lakukan pada kami? Kamu membuat hubungan aku dan Papa jadi begini!"

"Gina!" sentak Topan.

"Dia ingin menjadi ibu tiri hanya untuk mengambil harta papa saja kan?" kata Gina sembari menunjuk ke arah Reva.

Saking emosinya, Topan melangkah cepat dan berjalan menuju ke arah Gina, lalu dia menarik bahu putrinya dan ... Prak!

Tamparan panas diberikan Topan pada putrinya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Asih Leta
bukan anak yang tertindas malah ibu tirinya. sabar Revalina
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status