[Suamimu datang ke sini dengan selingkuhannya.]
Lily Orlantha membaca sebaris pesan dan foto yang dikirim Vina Prajaya dengan nanar. Maxwell Kalandra, suami yang selalu menatapnya dingin setiap bertemu pandang dengannya sejak pernikahan dua tahun lalu, tampak berbinar saat menatap seorang wanita yang menggelayut manja di sampingnya. Hati Lily pedih, terlebih kala pandangannya turun pada kedua kakinya yang telah lumpuh. Jika Max tidak menabraknya dua tahun yang lalu, ayahnya mungkin masih hidup. Lily juga masih bebas berkeliaran di luaran sana tanpa terkurung menyedihkan di dalam sangkar yang gelap dan sepi seperti ini.Dan Lily tidak perlu mencintai sendirian.
Sayangnya, nasi sudah menjadi bubur. Di bawah tekanan Ibu tirinya yang membawa perihal pengobatan terbaik untuk adiknya yang autis, Lily terjebak dalam pernikahan semu. Drrrt! Notifikasi email di ponsel membuat Lily tersadar dari lamunan. Ada pesan masuk dari sekolah desainer terkenal di Paris bernama Belle School of Fashion. Pesan itu berisikan undangan khusus agar Amarilis bisa sekolah di sana dengan beasiswa penuh. Tentu saja undangan itu datang setelah Lily melewati tahap penyeleksian yang ketat dalam waktu yang lama. Kesempatan ini bagaikan emas baginya. Usianya masih muda, masih ada waktu untuk mengejar masa depannya. Lily tak ingin terus menerus terkungkum dalam mansion yang besar namun penuh dengan kesedihan di dalamnya. Mungkinkah ini petunjuk dari Tuhan? [Aku ingin meminta cerai pada Max. Apakah aku akan mendapatkan uang darinya?] Gegas Lily memberi pesan pada sang sahabat. Hanya dalam hitungan detik, Vina langsung menelepon Lily. "Apa kau benar-benar ingin bercerai? Kalau iya, aku akan mengadakan syukuran untukmu selama tiga hari." "Iya, aku akan meminta cerai. Kedengarannya kau sangat senang," balas Lily. "Apa kau bercanda? tentu saja aku sangat senang. Aku senang karena akhirnya kau akan lepas dari jeratan Max si pria brengsek!" Sejak dulu, sahabat Lily itu memang tak suka Max. Dia bahkan sampai menawari sejumlah uang agar pernikahan tersebut dibatalkan. Namun Lily menolak tawaran Vina, dia tidak ingin memiliki hutang budi pada orang lain. "Terima kasih atas dukunganmu selama dua tahun ini, Vina." "Ya ampun, Lily! Untuk apa kamu berterima kasih? Tidak pantas kamu mengatakan hal itu, harusnya aku yang berterima kasih karena disaat penderitaanmu yang datang bertubi-tubi saja kamu masih bisa membantu butik mamaku yang hampir collapse dengan karya desainmu." Beberapa bulan setelah Lily menikah, dia mencoba memberanikan diri untuk mengirim hasil desainnya ke butik mama Vina yang hampir bangkrut, tetapi memang memiliki langganan ibu-ibu pejabat serta artis papan atas. Siapa sangka jika hal itu berbuah manis ke depannya? Lily menjadi sering mendapatkan permintaan dari ibu-ibu pejabat langganan Sandra untuk membuatkan sketsa gaun yang berbeda dari lainnya. "Oh, iya…. tapi kenapa kamu peduli soal harta gono-gini?" tanya Vina lagi. "Maksudku... kamu kan sudah bisa menghasilkan uangmu sendiri lewat karya desain yang selama ini kamu kirimkan ke butik mamaku. Aku kira mengandalkan penghasilanmu yang itu saja pasti sudah akan cukup untuk menghidupimu dan keluargamu. Yah... aku hanya tidak rela saja kalau Max nanti menghina dan merendahkanmu saat kau membahas soal harta gono-gini di persidangan nanti." "Apa kau ingat kalau aku pernah mengirimkan email pada Belle School? Tadi pagi, mereka mengirimkan undangan beasiswa untuk sekolah di sana. Jadi..." “WOW!” Terdengar jeritan yang keras dari seberang sana hingga membuat Lily harus menjauhkan ponsel dari telinganya. “Kamu harus segera berangkat ke Paris! Aku akan melawan orang yang menghalangi jalanmu, tak peduli Max sekalipun!" Lily tersenyum beberapa saat sebelum kembali berkata, "Aku tahu, tapi masalahnya aku tidak memiliki uang yang cukup untuk membuat ibu tiriku bungkam." Jika Saphira tahu Lily hendak mengajukan cerai dengan Maxwell, pasti dia tak akan tinggal diam karena satu-satunya sumber uang akan terputus karenanya. Gaya hidup wanita paruh baya itu hedon sekali. Dia kerap mengikuti arisan sosialita menggunakan uang bulanan yang dikirim Lily--yang mana uang bulanan itu adalah nafkah yang diberikan Maxwell untuknya setiap bulan. Sebenarnya Lily tak masalah untuk apa Saphira menggunakan uang itu, yang terpenting pengobatan dan pendidikan Arsen tidak terputus. Masalahnya Saphira menjadi ketergantungan karenanya. Sedang pendapatan sendiri tak cukup jika untuk sekedar memenuhi gaya hidup hedon Saphira. "Oh, kau benar. Ibu tirimu itu tak kalah brengsek dari Maxwell. Kau tahu? Aku dengar dari orang lain kalau ibu tirimu telah memiliki pacar yang usianya jauh lebih muda. Aku yakin ibu tirimu juga memberi uang pada pacarnya itu." "Benarkah? Aku baru mendengar berita itu." Suara Lily terdengar tak semangat. "Vina, aku takut kalau lama-kelamaan Saphira tidak akan peduli lagi dengan Arsen. Meski Arsen adalah anak kandungnya sendiri, tapi aku sangat paham tabiat Saphira yang gila harta." Lily merasakan kekhawatiran luar biasa terhadap adiknya. Sebulan yang lalu saat dia pulang ke rumah, dia melihat Arsen sedang tantrum hingga memukul tembok sampai jari-jarinya berdarah. Lily menjadi ragu jika Saphira menggunakan uang miliknya dengan semestinya. "Kau tenang saja. Aku akan mengurusnya nanti, sebaiknya kamu fokus dulu pada perceraianmu. Kau tidak akan bisa berbuat apapun selama masih terikat dengan keluarga Kalandra."Max dan Kenneth terperangah, melihat penampilan pasangan mereka masing-masing yang nampak sederhana tapi cantik dan begitu mempesona."Wow, cantik sekali," puji Max secara terang-terangan."Terima kasih, Max." Lily tersenyum malu sambil menyelipkan anak rambutnya ke arah belakang.Hari ini dia dan Wina sama-sama mengenakan gaun polos selutut dengan potongan dada yang agak rendah berlengan pendek. Lily mengenakan gaun berwarna lilac, sedang ibunya mengenakan warna merah.Desain gaun sama, yang membedakan aksesoris yang mereka pakai.Meski begitu, Lily dan Wina sama-sama mempesona dengan gaun yang memamerkan lekuk tubuh mereka yang indah."Sayang, kenapa kamu diam saja?" tanya Wina pada Kenneth. Jujur dia juga ingin mendapat pujian yang sama seperti Lily. "Bagaimana dengan gaunku? Apa bagus juga?"Bukannya menjawab, Kenneth malah berdeham dan membalikkan badannya. "Sudahlah, ayo cepat berangkat. Nanti keburu telat." Setelahnya Kenneth berjalan duluan ke arah mobil.Tak mendapat pujian
"Aku akan segera menikah dengan Finley." Ucapan dari Vina membuat Lily sedikit terkejut. Saat ini mereka sudah duduk berdua di sebuah ruangan pribadi milik Lily. Pintu sengaja Lily kunci agar tidak ada orang yang menguping atau menginterupsi. Sebelum ini dia dan Vina sudah membicarakan soal basa-basi, hingga topik yang serius ini terlontar, membuat Lily sangat terkejut."Kau yakin dengan keputusanmu, Vina? Kau yakin akan menikah dengannya?"Vina menunduk setelah mendengar rentetan pertanyaan dari Lily, memandangi dan mengelus perutnya yang semakin membesar. "Aku harus yakin demi anak yang ada di kandunganku, Lily. Empat bulan lagi dia akan terlahir di dunia ini, aku tidak mau dia lahir tanpa ada sosok ayah di sampingnya nanti."Lily menatap iba lalu memeluk Vina dari samping. Tumbuh dewasa bersama, Lily tahu kalau sahabatnya itu hampir tidak pernah menjalin hubungan yang serius dengan seorang pria karena mementingkan pendidikan dan karir. Namun sekali dia berkenalan dengan pria, dia
Hari-hari terus berlalu semenjak kasus Jauhari mencuat di berbagai media sosial. Media terus membahas kasus itu namun bukan tentang Jauhari, melainkan Lily Orlantha yang menjadi pusat perhatian banyak publik.Mulai dari kisah hidupnya bahkan bakatnya yang luar biasa soal merancang gaun wanita.Melihat hal itu, Lily bersyukur setidaknya dampak dari pemberitaan soal dirinya lebih condong ke arah positif. Dia banyak mendulang simpati dari berbagai kalangan bahkan banyak dari kaum menengah ke atas yang berlomba-lomba untuk memesan gaun darinya.Alhasil, Lily menjadi sangat sibuk dan cukup kewalahan. Max yang selalu ingin bertemu dengan Lily pun jadi tidak bisa karena saking sibuknya. Selain itu, karena pemberitaan soal Lily, Max jadi mendapat banyak kecaman dari warga sosial media atas langkahnya dulu yang menceraikan Lily.Mau tak mau, Max harus menjauhkan diri dulu dari Lily agar Lily tak ikut terkena dampaknya. Selain Max, ada Fernita yang juga ikut terkena imbasnya. Banyak teman sosia
"Jika di pikir-pikir, ini semua memang kesalahanku yang selalu menutupi segala perbuatannya," lanjut Kenneth berbicara. Penyesalan memang selalu datang di akhir.Jika diingat-ingat, sudah dari dulu Wina mencurigai Jauhari namun Kenneth selalu tutup mata dan tidak mau menyelidikinya.Bagi Kenneth, Jauhari adalah saudara yang cukup dekat dengannya meski mereka hanyalah saudara tiri. Namun karena Lily terus dalam bahaya dan dia menyadari ada sesuatu yang salah, maka Kenneth mulai menyelidikinya.Hasil penyelidikan tidak disangka-sangka. Banyak kejahatan yang diperbuat Jauhari dan keluarganya di belakang Kenneth. Mulai dari penculikan Lily sejak bayi, penggelapan dana, mencelakakan Lily dan masih ada kejahatan lain yang sulit bagi Kenneth untuk terima.Beberapa bukti kejahatan masih ada yang belum bisa Kenneth kumpulkan, seperti saat penculikan Lily sewaktu bayi. Itu karena kasusnya yang sudah lama dan Jauhari benar-benar menghapus jejak keterlibatan dengan rapi.Tetapi tetap tidak akan
Sebuah tamparan keras juga melayang di pipi Melani setelahnya, kali ini dari Wina."Cukup! Tutup mulutmu yang kotor itu!" Melani memegang pipinya yang berdenyut nyeri sambil tertegun ke arah Wina. Tak pernah dia sangka, wanita yang selama ini diam kini nampak murka bahkan berani menampar wajahnya.Leni, Lubis dan Layla juga terkejut lalu mendekati kedua orang tua mereka untuk membela."Kenapa Paman dan Tante tega melakukan ini? Apa kesalahan kami?" tanya Leni dengan kedua mata yang berkaca-kaca."Kesalahan kalian?" Tiba-tiba ada suara yang menyahut dari belakang kerumunan.Semua orang menoleh dan melihat Lily berjalan mendekat dengan Max yang menggandeng tangannya."Kamu ingin tahu kesalahan keluargamu apa?" tanya Lily begitu dia sudah berada di depan kerumunan.Melihat Lily datang bersama Max, orang-orang yang mengetahui hubungan diantara keduanya kembali bergosip."Kudengar pria yang ada di sampingnya itu mantan suaminya, kenapa tiba-tiba dia datang dengan pria itu? Apa mereka suda
Pesta yang diadakan oleh keluarga Leni telah tiba. Beberapa hari sebelumnya, Lily sudah menyelesaikan pesanan gaun-gaun yang dipesan oleh saudara sepupunya--termasuk Leni. Dia juga sudah menyuruh orang untuk mengantar gaun ke rumah masing-masing.Malam ini Lily datang terlambat ke tempat acara. Sedang Kenneth dan Wina telah datang terlebih dahulu.Suasana di dalam aula pesta sudah nampak ramai oleh banyak tamu. Para pelayan juga nampak sibuk berjalan ke sana kemari mengantar minuman untuk para tamu.Awalnya Kenneth tidak menjumpai sesuatu yang aneh saat dia baru pertama kali masuk. Beberapa kenalan rekan kerja datang menyambut dan berbincang santai dengannya. Namun begitu dia dan Wina sudah berjalan ke arah yang lebih tengah, dia baru menyadari telah terjadi sesuatu sejak sebelum dirinya datang."Ada apa ini?" tanyanya begitu melihat kerumunan orang-orang yang nampak berisikPara tamu menoleh ke arah Kenneth lalu salah seorang keponakan Kenneth mendatanginya sambil berkata, "Paman sud