Hidup bersama Ananta ternyata tidak pernah mudah bagi Andara. Dari luar semua tampak sempurna. Tapi untuk memahami lelaki itu hingga detik ini Andara masih belum bisa. Di balik semua sikapnya yang manis selalu ada satu hal yang membuat Andara merasa seperti sedang dipermainkan oleh ilusi.Saat ini Andara sedang melangkah menuju basement. Beberapa saat yang lalu Ananta mengiriminya pesan, meminta untuk datang ke tempat itu. Lelaki itu menunggunya di sana.Andara melihat ke sekitarnya. Setelah yakin situasi aman ia masuk ke mobil Ananta. Ini adalah untuk kedua kalinya mereka sembunyi-sembunyi seperti ini. Kadang Andara ingin tertawa memikirkan hubungan backstreet mereka."Ada yang ngeliat kamu tadi?" tanya Ananta sebelum melaju."Nggak ada sih, Mas. Aku udah hati-hati."Kadang Andara juga lelah terus-menerus menjalani hubungan seperti ini. Tapi, apa boleh buat? Ia terlalu mencintai Ananta dan telah terlanjur membiarkan lelaki itu mengambil alih seluruh hidupnya. Bahkan sampai ke hal-hal
Meskipun tadi Ananta berpesan agar tidur duluan tapi Andara masih menunggu lelaki itu pulang. Andara tidak tenang setelah menyaksikan story kakak iparnya tadi.Berkali-kali Andara melihat jam, dan berulang kali pula ia bolak-balik dari kamar ke ruang depan hanya untuk melihat apa Ananta sudah pulang. Andara akhirnya memutuskan untuk menanti di ruang tamu. Ketika ia ingin melihat ulang story Calista ternyata cerita itu sudah hilang.Kenapa udah nggak ada? pikirnya heran. Apa Calista menghapusnya?Andara mencoba mengingat dengan detail foto yang tadi ia lihat. Pikiran itu semakin mengganggunya.Saat perempuan itu tengah bergumul dengan keresahan, suara mesin mobil yang terdengar semakin mendekat menyentaknya.Dengan cepat Andara berdiri lalu membuka pintu.Lampu depan mobil menerangi wajahnya sesaat sebelum kendaraan itu berhenti di garasi.Ananta turun dengan ekspresi datar seperti biasa, tangannya menenteng kantong.“Kenapa belum tidur?” Pria itu bertanya melihat Andara berdiri di
Shankara baru saja selesai mandi. Rambutnya masih basah. Sehelai handuk melingkar di lehernya ketika ia dikejutkan oleh kehadiran orang yang tidak pernah disangka-sangka."Nata?" Hanya itu yang bisa ia ucapkan menyaksikan adik ipar sekaligus mantan sahabatnya berdiri tepat di depannya. Namun, yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah kala menyaksikan istrinya sedang berdiri di belakang Ananta."Boleh gue masuk?" tanya Ananta tenang, seolah tidak ada yang aneh dari kunjungan larut malam ini.Shankara, yang meskipun terkejut, tetap memberi ruang untuk masuk. Ia melebarkan pintu, membiarkan Ananta melangkah ke dalam diikuti oleh Calista yang berjalan takut-takut. Shankara melempar tatapan penuh tanda tanya pada Calista, namun perempuan itu menundukkan kepalanya. Akhirnya Shankara ikut bergabung duduk di sofa dengan posisi berhadapan dengan Ananta, sedangkan Calista berada di sebelahnya.Shankara tidak tahu harus mulai dari mana. Semua ini membuatnya bingung dan juga syok. Bagaimana bi
Ananta menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Shankara. Masih dari dalam mobil, matanya memindai keadaan di sekeliling. Tempat itu sepi. Para penghuni rumah kebanyakan sudah tidur, apalagi cuaca sangat mendukung untuk bermalas-malasan di balik selimut.Setelah beberapa menit berdiam diri Ananta memutuskan untuk keluar dari mobilnya. Diketuknya pintu rumah sederhana itu.Tidak menunggu lama Calista keluar. Wajah perempuan itu semringah. Seulas senyum terulas di bibirnya."Thanks udah datang, Ta. Masuk yuk," ajaknya sembari menarik tangan Ananta."Langsung ke rumah sakit aja," tolak Ananta sambil melepaskan tangannya dari perempuan itu.Calista terlihat ragu namun akhirnya mengangguk."Bentar ya, aku ganti baju dulu.""Aku tunggu di mobil." Ananta beranjak dari tempat itu, kembali ke mobilnya.Selagi menunggu Calista, Ananta membuka ponselnya. Matanya fokus pada sebuah aplikasi. Entah apa yang dilihatnya, tapi ekspresi wajahnya tetap datar dan tidak terbaca.Pintu mobil yang dibuka
Kelopak mata perempuan itu terbuka pelan-pelan. Lalu menutup kembali, seolah menolak kenyataan yang menyambutnya pagi ini. Namun saat kesadaran perlahan merambat ke seluruh tubuhnya, ia kembali membuka mata dengan lebih lebar.Ternyata ia masih di sini.Tidur di samping suaminya.Andara menarik napas lalu mengembuskannya melalui hidung.Pikiran Andara kembali pada tengah malam tadi. Pada suara Ananta yang berat karena alkohol. Pada racauannya yang membingungkan.Namun, yang Andara lakukan bukanlah pergi.Ia memilih bertahan.Karena apa?Karena hatinya masih terlalu penuh oleh cinta untuk pria itu. Cinta yang entah sejak kapan menjadi lemah dan kuat dalam waktu bersamaan. Cinta yang sudah terlalu dalam untuk bisa ditarik kembali.Dan jujur saja, Andara tidak punya alasan yang tepat untuk meninggalkan Ananta. Dia telah berubah. Ananta tidak lagi memperlakukannya seperti dulu.Mungkin Ananta belum sempurna. Tapi ia telah berusaha. Dan itu sudah cukup. Andara menatap sosok di sampingnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul satu malam, tapi tidak sepicing pun Andara sanggup memejamkan mata. Bagaimana tidak? Sudah selarut ini suaminya masih belum pulang.Andara mencoba menghubungi Ananta untuk ke sekian kalinya. Tapi hasilnya masih sama. Tidak ada respon dari Ananta.Bosan menunggu di kamar, Andara putuskan untuk menanti di luar.Ia melangkah perlahan sambil mengelus perutnya lalu duduk sendiri di beranda.Selagi menanti, Andara membaca majalah kehamilan. Tapi tidak ada satu pun yang menempel di kepalanya. Bahkan, ia tidak tahu apa yang ia baca.Tiga puluh menit kemudian saat Andara mulai menguap mobil Ananta akhirnya muncul. Andara langsung berdiri dan menunggu dengan tegang.Ananta keluar dari mobil. Jalannya sedikit sempoyongam. Wajahnya tampak kasut. Dan ya... dia pulang dalam keadaan mabuk. Lagi."Kenapa belum tidur?" Pertanyaan itu terlontar dari mulutnya ketika tiba tepat di depan istrinya."Aku nunggu kamu pulang, Mas. Kamu dari mana?" Andara begitu khawatir."Kelab.