Share

Bab 6

Mas Ari dan Rinta benar-benar membuat darahku naik, mendidih bahkan membuat harga diriku ini diinjak-injak. 

Pertama yang kulakukan memanfaatkan situasi ini adalah mengamankan kunci mobil yang masih berada di dalam. Mas Ari rela turun dari mobil demi Rinta, ia melindungi sampah itu, bukan melindungi istri sahnya, atau bahkan kata maaf saja aku tak mendengar dari mulutnya. 

Setelah berhasil mengamankan kuncinya, aku melangkah lagi ke arah dua sejoli itu.

"Kita arak sekarang!" suruhku sambil mengibaskan rambut wanita itu.

"Bu, tolong jangan kurang ajar," ujar Rinta. "Mas, kamu jangan diam saja, istrimu sudah keterlaluan," seru Rinta terdengar sangat membuatku terkekeh, ia yang kurang ajar tapi aku yang dibilang sudah keterlaluan. Padahal tidak ada asap kalau tidak ada yang membakar. 

Warga menarik tangan Mas Ari, begitu juga dengan Rinta. Sebagian ibu-ibu sangat kesal dengannya tapi memanfaatkan ini semua dengan menyoroti Rinta ke sosial media. 

"Ini ada hukumnya loh!" teriak Rinta. 

"Ada kalau kamunya kalem, ini kan kamunya malah seperti nantangin istri sahnya, sadar diri dong, dasar jalang!" umpat ibu yang baju merah, ia tampak kesal sekali dengan Rinta. 

"Ayo, kita arak saja tapi tak perlu telanjang," suruhku padanya. 

"Tapi di sini saja, supaya orang yang menyaksikan tidak ada yang berani melakukan hal yang sama," pinta RT setempat. 

Kami semua bersiap untuk membawanya, tapi hanya di arak perumahan sini. Sebab cluster tempatku tinggal cukup jauh jaraknya. 

Mas Ari tiba-tiba berlutut di kakiku. Meminta untuk tidak melakukan apa yang aku inginkan. 

"Mona, tolong jangan lakukan itu, aku rela lakukan apa saja asalkan jangan arak kami berdua," pinta Ari. 

Aku berpaling sambil melipat kedua tangan. Lalu menoleh ke arah Rinta. Ia pun melakukan hal yang sama dengan Mas Ari. 

"Kita berdua sudah berlutut, itu kan yang Ibu mau? Kami mengemis di bawah kaki Bu Mona?" Rinta sungguh malah membuatku emosi. Ia melakukan hal itu karena ingin dilepaskan dari warga.

"Sudah Mbak, jangan kasih ampun, nanti bakal banyak yang niru, asisten rumah tangga bisa-bisa tercoreng namanya gara-gara satu orang," tutur salah satu orang warga. "Saya selaku asisten rumah tangga, sangat menyayangkan ada yang seperti wanita ini. Bukan menjaga martabat perempuan malah menjatuhkan," sambungnya lagi.

"Ayo, bawa dia!" suruhku setelah berpikir satu kali lagi. 

Akhirnya mereka berdua dibawa keliling kompleks sini, tapi tanpa dilucuti pakaiannya. 

Sementara aku berada di belakang bersama Fikri yang sedang ambil video untuk sebagai bahan berita di media Domba Turah, ternyata Fikri bekerja di sana.

"Sebaiknya setelah ini, aku juga akan berhenti bekerja di Domba Turah," tutur Fikri setelah menyudahi perekaman, video yang sedari tadi ia ambil sudah cukup sebagai bahan laporan untuk bos nya. 

"Kenapa? Bukankah setelah berita ini meledak kamu akan mendapatkan komisi bahkan naik jabatan?" tanyaku heran. Kami berdua ngobrol sambil melangkah menggiring Mas Ari dan Rinta.

Suara warga yang berseru, membuat kami sesekali berhenti bicara. "Jangan ditiru, jangan ditiru, kalau tidak mau diarak seperti ini," teriak semua warga sambil berkeliling. 

"Aku sudah berjanji, jika masalah kamu dan suamimu selesai di tanganku, maka aku akan mundur dari pekerjaan yang harus ikut campur dengan urusan pribadi orang," jawab Fikri. 

Aku menoleh sejenak. Lalu meraih ponsel yang sedari tadi berisik penuh notifikasi dari berbagai macam aplikasi.

Beberapa pesan menanyakan berita yang tersebar di jagat maya. Termasuk mertuaku yang menanyakan apa betul berita itu. Salah satu chat yang masuk dari teman, mertua, dan orang tuaku.

[Mon, itu tadi gue lihat ada suami lo dan pembantu, elo juga ada di situ. Serius nggak sih? Bukan settingan, kan?] tanya Leni melalui pesan W******p.

[Mona, kamu yang suruh warga untuk mengeroyok anak saya ya? Itu tidak benar, jika caranya seperti itu, nama baik Mama dan Papa jadi tercemar.] 

Pesan dari mertuaku inilah yang membuat dadaku kembali bergetar. Nama baik yang ia pikirkan, bukan hatiku yang sudah jelas-jelas dilukai, diinjak-injak, bahkan sudah dirampas kebahagiaanku, tapi yang dipikirkan hanya nama baik keluarganya. 

Mertuaku sudah tidak online, ia mengirimkan pesan sudah dari sepuluh menit yang lalu. Sedangkan orang tuaku, mereka tetap merangkul dan memberikan semangat meskipun ia ada di luar kota. 

[Mona, Mama hanya bisa mensupport dari jauh, tapi kami mendoakan yang terbaik. I feel you, Mona.]

Setidaknya lebih banyak yang menyayangi ketimbang menyakiti. Saat ini aku hanya bisa membaca pesan dari mereka, tidak bisa membalasnya dengan goresan jari. Terlalu banyak yang mengirimkan chat, baik di W******p, messenger, dan di sosial media lainnya banyak yang menyebut namaku dalam postingan yang diunggahnya dari video ibu-ibu yang viral.

Rinta diarak sambil menutup mukanya dengan kedua telapak tangan. Begitu juga dengan Mas Ari, ia menutup wajahnya. Namun, dari video yang sebelumnya, orang-orang tentu dapat melihat dengan jelas wajah keduanya. 

"Setelah ini, terserah kamu mau lakukan apa. Mau jebloskan ke penjara atas tuduhan perzinahan, atau diselesaikan secara kekeluargaan. Semua tergantung keputusanmu," tutur Fikri. 

"Aku akan laporkan, supaya keduanya mendapatkan efek jera. Hatiku sudah hancur, mereka berdua pun harus hancur tak bersisa," timpalku membuat Fikri mengusap rambut ini sambil berkaca-kaca.  Matanya menyorot penuh ke bola mataku, lalu menyunggingkan senyuman. 

"Kamu kuat, pasti kuat, kamu wanita hebat yang pernah aku temui dulu. Keputusanmu sudah benar, namun kalau masih ada cinta yang tersisa untuk Ari, pikirkan sekali lagi," pesan Fikri. 

"Nggak, cintaku telah sirna dimakan api dendam," jawabku singkat. 

Perselingkuhan itu bukan hal sepele, justru masalah yang paling berat dalam rumah tangga. Keuangan, masih bisa istri membantu bahkan menopang ekonomi seperti tulang punggung. 

Langkah Mas Ari dan Rinta berhenti. Mereka berdua menoleh ke belakang sambil bersujud. "Tolong, sudahi sanksi ini," lirih Rinta. Semua orang terpanah dengan air matanya. 

"Kami bukan pencuri, bahkan tidak merugikan kalian. Tapi perbuatan kalian sungguh tak berperikemanusiaan," terang Mas Ari dengan lantang.

"Huh!" sorak ibu-ibu hampir serentak.

"Kalian bukan pencuri, tapi sang pelakor adalah perampas," ejek ibu-ibu sambil tertawa.

"Iya, betul, kalau tidak diberikan pelajaran, akan ada bibit pelakor seperti kamu lagi!" susul ibu yang lainnya. 

Aku menghampirinya, lalu menyuruh keduanya bangkit. Dengan kedua tangan ini, aku membantu Rinta dan Mas Ari berdiri.

"Apa yang tadi kamu bilang bahwa perbuatan kalian tidak merugikan orang lain, itu sudah flashback lagi belum? Sudahkah berkaca sebelum berkata? Rugi saya banyak, perbuatan kalian bisa mengundang penyakit, dan saya beresiko," paparku kini tersulut emosi. Dagu wanita yang kesehariannya mencuci baju dan memasak itu aku dongakkan dengan satu jari telunjuk. 

"Kamu egois, Mon. Kita bisa selesaikan dengan cara kekeluargaan, tidak seperti ini. Sangat memalukan tahu," sanggah Mas Ari. Aku menggelengkan kepala, sebab ia tidak sejantan yang kupikirkan. 

Sedari aku memergokinya, belum sama sekali kudengar Mas Ari dan Rinta meminta maaf. Mereka benar-benar tidak menyadari kesalahannya, hanya fokus pada kesalahan kami.

Tidak lama kemudian, terdengar suara sirine polisi memasuki perumahan. Aku dan Fikri saling beradu pandangan.

"Siapa yang lapor polisi, Fik? Aku belum lapor?" bisikku di telinga Fikri. 

"Aku juga belum lapor, kamu tenang ya, Mon." Fikri coba menenangkan aku. 

Bersambung 

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Isabella
lapor kan karena kasus perzinahan
goodnovel comment avatar
Satria izzet ilhami
saat pemeriksaan, mona juga bisa lapor ttg perselingkuhan & perzinahan. kedua pelaku kan udah ngaku. bhkan bisa lsung divisum utk membuktikan klw mrk baru saja berhub badan. Mona gak bisa ditahan krn dia korban dan dia tdk menyebarkan info di medsos.
goodnovel comment avatar
Satria izzet ilhami
jadi yg harusnya ditahan itu ranti & ari. bisa bebas bersyarat dg penjamin tapi kasus hukumnya akan tetap berjalan. gitu siiih seharusnya ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status