Share

Little girl
Little girl
Author: Zia

PROLOG

Anak laki-laki itu tersenyum ketika melihat ayahnya masuk ke dalam rumah dengan seorang bocah cantik yang berada di gendongannya.

"Hey boy, are you happy?"

Anak laki-laki itu mengangguk dengan semangat, lalu meminta ayahnya untuk menurunkan anak perempuan yang sekarang menunduk malu di hadapan si bocah laki-laki itu.

"I'm very happy," jawab Elang, anak laki-laki yang baru saja menginjak usia delapan tahun.

"Glora, mulai saat ini kak Elang akan jadi kakak kamu, oke?" tanya Dimas—ayah Elang yang di mana menjadi ayah Glora juga. Glora mengangkat wajahnya memandang Dimas, lalu mengangguk. "Iya, Ayah," ucapnya dengan pelan.

"Oke kamu di sini ya sama kak Elang, ayah mau kerja lagi."

Dimas kini berjongkok di depan Elang yang terus tersenyum sambil menatap ke arah Glora. "Hey boy, daddy mau ke kantor. Jaga adikmu baik-baik, oke?"

Elang mengangkat tangan, hormat kepada Dimas dan berkata, "Siap, Dad!"

Setelah mengelus puncak kepala dan mencium kening Elang dan Glora, Dimas melenggang pergi dari ruang tamu. Elang membawa Glora duduk di sofa dan terus memandangi wajah cantik yang mungkin mulai sekarang akan menjadi candunya. Risih karena terus dipandang seperti itu oleh Elang, Glora akhirnya memberanikan diri untuk angkat bicara. 

"Nama Kakak siapa?" Glora mengerjapkan matanya melihat Elang yang sedari tadi terus memandangnya. Elang tersenyum lebar ketika mendengar suara lembut yang Glora keluarkan. 

"Nama aku Elang."

"Ih kok namanya jelek sih kaya burung."

Senyum di bibir Elang luntur digantikan dengan wajah sebalnya ketika mendengar kata-kata Glora.

Cuppp.

"Mulutnya nakal, Elang ga suka. Tapi ... bibir kamu manis kaya permen, aku suka. Nanti mau nyobain lagi boleh?"

Glora mematung di tempatnya ketika tadi Elang mengecup bibirnya singkat lalu tiba-tiba ...

"HUWAAAAAAA!!!"

Elang terlonjak kaget saat Glora kini menangis dengan kencang. "Kamu kok nangis sih?" tanya Elang dengan tangannya yang menepuk-nepuk punggung Glora mencoba untuk menghentikan tangisan gadis kecil itu.

"Hiks ... Kak Elang j-jahat," ucap Glora dengan tangannya sibuk menghapus sesuatu yang keluar dari hidungnya.

Elang menyerngit heran. "Aku kan ga ngapa-ngapain."

"Kak Elang tadi cium aku. Kata bunda anak kecil ga boleh cium-ciuman nanti masuk neraka."

Elang tersenyum manis lalu mendekatkan wajahnya mengecup pipi bulat yang sangat menggemaskan itu. "Kata daddy kalo orang yang udah ciuman itu jadi mama papa. Berarti sekarang kamu jadi mamanya dan aku papanya.”

"Nanti kita punya bayi."

___________

Glora, gadis kecil berusia tujuh tahun itu dibesarkan di sebuah panti asuhan kecil di Jakarta. Rupanya yang begitu cantik dan manis membuat banyak orang tua ingin mengangkatnya menjadi anak, namun entah kenapa gadis kecil itu selalu menolak dan berakhir menangis karena takut.

Glora juga awalnya sedikit takut kala Dimas ingin mengadopsinya. Ia sempat menolak dan menangis selama satu jam. Namun karena Dimas bilang ia tidak akan punya ibu tiri yang akan menyiksanya seperti di cerita Cinderella dan kakak perempuannya yang jahat, Glora sedikit tertarik untuk ikut dengan Dimas. Apalagi ketika Dimas berkata bahwa ia akan mempunyai kakak laki-laki yang sangat menyayanginya, punya banyak mainan yang bisa ia miliki sendiri tanpa harus berbagi dengan siapa pun. Glora pun akhirnya memutuskan untuk ikut bersama Dimas ke rumah yang seperti istana di kerajaan Cinderella.

Sementara Elang, bocah berusia delapan tahun yang kini menduduki bangku kelas tiga sekolah dasar itu telah ditinggalkan ibunya sejak ia masih bayi. Sang ibu meninggal saat melahirkannya. Hingga saat ini Dimas yang selalu menjaganya dan bi Asti—baby sitternya dari ia bayi hingga menginjak usia enam tahun.

Elang menyuruh daddynya untuk memecat bi Asti. Bocah laki-laki itu tetap bersikeras tidak ingin mempunyai baby sitter dengan alasan karena ia yang sudah besar. Akhirnya karena Elang yang terus merengek, dengan berat hati Dimas memecat bi Asti. Awalnya Dimas selalu khawatir jika Elang berada di rumah tanpa pengawasan. Namun dengan seiring berjalannya waktu, Dimas tahu bahwa Elang benar-benar anak yang mandiri. Anak itu mampu melakukan segala aktivitas tanpa bantuan orang dewasa seperti makan, mandi, dan berpakaian dengan rapi.

Elang memandang Glora yang terlelap di atas kasurnya. "Elang ga mau kamu jadi adik, Elang mau kamu jadi pacar Elang aja, nanti kalo udah besar Elang mau minta daddy buat nikahin kita."

Glora kecil mengerjakan matanya, memandang bingung ke arah Elang. "Tapi ... Glo ga mau nikah sama kakak, Glo kan maunya nikah sama pangeran."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status