Share

Bab 6 : Action

"Ruang TU jam segini biasanya udah sepi, San. Jadi tenang aja. Nanti kalo ada guru yang tanya, gue tinggal bilang, saya lagi nyari berkas yang disuruh Ibu saya. Gampang kan?" Sandra menganggukan kepalanya. Benar juga yang diucapkan oleh Dani. Tumben sekali dia cerdas. Biasanya di otak dia hanya berisi tentang Caca. 

"Ya udah, tapi gue jaga di depan ruangan aja, ya. Lo berdua yang masuk." Akhirnya Sandra menyetujui ajakan dari Gaffar.

"Nah gitu dong dari tadi, yuk." Mereka bertiga pun langsung menuju ruang TU untuk mengambil berkas data siswa.

Setelah meninggalkan ruang kelas, mereka langsung bergegas menuju ruang TU yang terlihat sepi dari luar.

"Sana masuk, gue jaga disini." 

"Ya udah kita masuk, kalau ada yang mencurigakan, langsung kasih aba-aba ya, San. Jadi, gue sama Dani bisa ngumpet." Sandra menganggukan kepala dan mengacungkan jempolnya. 

Untungnya, kamera pengintai CCTV di ruang TU tidak berfungsi dengan baik, jadi mereka tidak terlalu resah jika aksinya akan ketauan. 

Beberapa saat kemudian, Gaffar dan Dani keluar dari ruang TU dengan santainya. Dengan sombongnya, Gaffar memamerkan berkas tersebut ke arah Sandra yang kinu tengah menatanya tak suka. 

"Yuk, balik. Lanjut di rumah gue kan?" Tanya Sandra.

"Iya, dong. Kan yang paling banyak makanan," sahut Gaffar. 

"Kalian duluan aja, nanti gue nyusul. Gue mau nunggu Caca," ujar Dani yang mulai mengeluarkan kebucinannya. 

"Ya udahlah, sana gih. Jauh-jauh kalau perlu," usir Gaffar kepada Dani yang kini sudah berjalan menjauh. 

Dengan santainya, Gaffar merangkul bahu Sandra dan berjalan ke area parkir untuk mengambil motor milik Gaffar. Untungnya, Sandra dalam mode baik. Jadi, ia tak berontak saat Gaffar merangkulnya begitu saja dan mengajaknya untuk dibonceng olehnya. Toh sudah menjadi hal yang biasa. Seluruh penjuru sekolah sudah tau bahwa mereka sudah dekat sejak duduk di awal masuk SMA.

Setelah menaiki metro mini, akhirnya mereka sampai di rumah Sandra. Mereka mampir ke warteg milik Ibu Sandra dulu untuk bersalaman. Hingga selanjutnya menuju rumah Sandra yang lagi-lagi keadaanya sepi. 

"San, ambilin gue minum, dong. Haus nih," ujar Gaffar yang kini tengah berbaring pada kursi sofa. Sangat tidak sopan. 

"Males banget, emang gue babu, lo?!" Seru Sandra yang kini meluruskan kakinya dengan menyelonjorkan di atas meja. 

Plakk

"Aww, apaan sih?!" Ujar Sandra yang merintih karena kakinya ditabok oleh Gaffat. 

"Nggak sopan banget kaki, lo." 

"Bodoamat. Ini kan rumah gue. Jadi, terserah gue dong," bela Sandra. 

Dengan niat yang dipaksakan, Sandra mengambil berkas yang sedari tadi diletakkan Gaffar di atas meja begitu saja. 

Sandra menyentuh buku yang sangat tebal itu. Buku bersampul orange yang sudah agak kumal itu kini bisa menjadi harapan besar bagi kasus Gaffar.

Saat membuka lembar pertama, justru Sandra terkejut. Karena bukan data siswa yang seperti direncanakan. Namun, catatan pembukuan SPP Seolah.

"Ya allah, kenapa lo malah ambil pembukuan data SPP, sih? Kalo ketauan gimana?" Tanya Sandra yang kesal.

"Nggak papa, yang penting disitu juga ada nama-nama siswanya 'kan?" Jawab Gaffar dengan gampangnya. 

"Iya, tapi nggak gini juga Gaffar, ini tuh buku penting. Kalau kenapa-napa, kita semua malah ikutan kena kasus!" Seru Sandra yang geram karena tingkah Gaffar.

"Ya jangan diapa-apain dong, San. Jadi bukunya nggak papa 'kan? Tenang aja, semua pasti aman," sahut Gaffar. 

Akhirnya Sandra mengalah berdebat dengan Gaffar. Karena jika terus dilanjutkan tidak akan pernah selesai. 

Sandra mulai membuka lembaran demi lembaran dari buku tersebut. Sandra juga mencatat nama-nama siswa yang memiliki sangkutpautnya dengan huruf k dan y. Tak lupa ditulis juga keterangan kelasnya supaya bisa mudah untuk ditindaklanjuti nantinya. 

"Dari 9 kelas di kelas 10 cuma ada tiga siswa yang berhubungan dengan huruf K dan Y. Nih, lo lanjutin di kelas 11 nanti pas di kelas 12 biar Dani sama Caca yang lanjutin. Gue mau ambil makan dulu." Sandra bangkit dari sofanya.

"Gue sekalian dong, San," teriak Gaffar. 

Beberapa saat kemudian, Sandra kembali dengan dua piring ditangannya. Ternyata Dani dan Caca sudah datang dengan alasan klasiknya yaitu, "Tadi mampir makan dulu biasa, hehe." 

"Nih makanan lo. Awas ati-ati jangan sampai kena ke bukunya." Sandra meletakkan makanannya kemeja. 

"Sini gue lanjutin, lo makan dulu aja, Gaff." Caca menarik buku yang ada dihadapan Gaffar. 

"Nah, dari tadi kek, Ca." Gaffar memberikan buku tulis beserta pulpen untuk mencatat nama-namanya.

Setelah bergelut dengan menatap buku hanya untuk mencari srbuah nama yang tidak jelas, akhirnya terkumpulah 9 nama dari satu sekolah. Sampai waktu sudah berganti menjadi malam. 

"Gue disuruh balik sama Mba. Jadi, gue duluan, ya. Thanks buat hari ini." Gaffar bangkit dan langsung bersalaman ala-ala anak muda. 

"Ati-ati di jalan, Gaff. Kalau jatoh, bangun sendiri, ya," ujar Sandra yang disahuti acungan jempol oleh Gaffar

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status