Share

Bab 7 : Panik

Setelah kepergian Gaffar, Sandra menatap Dani dan Caca yang dengan santainya masih duduk manis di rumah Sandra tanpa menghiraukan Sandra yang sudah muak.  

"Terus lo berdua kenapa masih disini? Rumah gue bukan tempat pacaran. Jadi, mending lo berdua pulang juga gih. Masalah ini kita lanjut besok," usir Sandra dengan raut wajah yang tidak suka. 

Gaffar pulang dengan keadaan kepala pusing karena memikirkan hal yang sebenarnya tidak perlu dipusingkan. Awalnya Gaffar merasa tidak enak kepada Sandra, Dani dan Caca yang harus terlibat juga untuk membantu kasus Gaffar. Namun, Gaffar menepis rasa tidak enak itu, toh apa gunanya teman jika tidak bisa dimintai tolong saat salah satu diantara mereka sedang kesusahan. 

"Ini semua gara-gara Kakek tua sialan." Gaffar membuka pintu rumahnya dengan keras sehingga membuat Mei, Kakak Gaffar tersentak.

"Apaan sih lo, dateng-dateng teriak nggak jelas. Salam kek, sopan dikit dong. Jangan mancing keributan!" Seru Mei.

"Maaf, mba. Lagi kesel banget gue." Gaffar duduk di sofa tepat di samping Mei yang kini sedang melipat baju.

"Kesel kenapa sih? Heran sama lo, masih muda tekanan hidupnya melebihi gue yang udah tua." Gaffar bungkam saat Mei mengatakan hal tersebut.

"Dari mana aja lo jam segini baru balik? Mungkin kalo nggak disuruh pulang, lo masih kelayaban di luar nggak jelas," lanjut Mei dengan wajah judesnya. 

"Ada urusan gue," jawab Gaffar dengan santai.

Tiba-tiba, Gaffar langsung membaringkan tubuhnya di sofa dengan menjadikan paha sang Kakak sebagai bantal. Ia tak memperdulikan baju-baju yang sudah dilipat dan dirapihkan oleh Mei. 

"Ngapain, sih? Lo nggak lihat gue lagi apa?! Minggir, nggak?!" Seru Mei yang tersentak karena tingkah Gaffar.

"Gue pengen manja-manjaan sama lo, Mba. Gue kangen dulu," ujar Gaffar dengan tatapan kosongnya. 

Mendengar perkataan Gaffar yang sedikit bergetar, emosi Mei kini sedikit turun. Ia menyentuh rambut Gaffar dan dirapihkan olehnya. 

"Udah nggak perlu bahas masa lalu. Yang terpenting jalani hidup sekarang. Jangan lemah dong, gue nggak suka." 

Gaffar menarik nafasnya dengan kasar dan bangkit menuju kamarnya begitu saja.

"Ya udah, gue masuk kamar dulu, mba." 

Mei hanya menatap sendu punggung sang adik yang berjalan menjauh dari hadaannya.

"Gue selalu brusaha jadi kakak yang baik buat lo, Gaff."

Hingga keesokan paginya, Dani sudah berada di depan rumah Gaffar dengan senyuman iblisnya. Dengan dalih supaya lebih akrab, ia sok-sokan mau menjemput Gaffar. Padahal sudah Gaffar pastikan, karena dia ada masalah dengan Caca. Padahal kemarin masih akur, kenapa sekarang berantem lagi? Aduh, dasar bucin. Tapi dengan senang hati Gaffar terima, lumayan hemat bensin.  

"Mba Mei kemana, Gaff? Udah lama gue nggak ketemu. Pamitan dulu dong sama dia, kangen tau," ujar Dani dengan menatap ke arah dalam rumah Gaffar. 

"Udah berangkat kerja dari subuh, palingan malem pulangnya kaya biasa." Dani hanya mengangguk menanggapi omongan Gaffar. 

Gaffar langsung menaiki motor ninja hitam milik Dani. Seperti biasanya, tanpa rasa bersalah ia mengendarai motor seperti menantang maut. 

Setibanya di sekolah, mereka langsung disambut oleh suara bel yang menggema dengan keras di sudut sekolah. Dengan sedikit berlari, Gaffar dan Dani menuju ke ruang kelas mereka. 

Dani berlari mendahului Gaffar yang hanya berlari kecil. Hingga saat berada di lorong kelas 11, seseorang membuat Gaffar tersentak karena posisinya yang membuat terkejut. 

Melihat siapa seseorang tersebut, Gaffar langsung melangkah pergi dan tak menghiraukan orang tersebut.

 

"Gaffar, tunggu. Ibu mau bicara sama kamu, sebentar." Gaffar yang kini berniat berlari menuju kelas untuk menyusul Dani, kini terhalang oleh Bu Diah yang memanggilnya. Dengan tarikan napas panjang dan tidak terpancing emosi, Gaffar membalikkan tubuhnya. 

"Kenapa, bu?" 

"Terhitung sudah 2 hari ini dalam kurun waktu penyelesaian kasus kamu. Apakah ada kemajuan?" Tanya Bu Diah. 

"Nggak ada, bu. Tapi saya akan terus berusaha buat dapetin bukti bahwa itu bukan ulah saya," bela Gaffar pada dirnya sendiri. 

"Bagus, saya suka semangat kamu. Diusahakan, lebih cepat diselesaikan ya. Karena kemungkinan dalam 2-4 hari ke depan akan ada tim penilai datang. Bisa jadi mural itu akan menjadi nilai negatif dan bisa saja membuat kepala sekolah semakin murka."

"Terima kasih, ucapannya bu. Alhamdulillah sukses membuat saya semakin panik. Saya permisi." Gaffar langsung menggalkan Bu diah begitu saja. 

Bu Diah menatap kepergian Gaffar degan sorot mata iba. Tak biasanya Gaffar seniat itu dalam melakukan sesuatu. Terlebih, Bu Diah sudah sangat hafal tingkah Gaffar. 

Saat tiba di depan kelas, Gaffar langsung masuk begitu saja. Karena ternyata guru mapel yang harusnya mengajar belum datang. 

"Darimana aja lo? Lelet banget," ejek Dani yang melihat kedatangan Gaffar.

"Biasa, tugas negara," jawab Gaffar yang membuat Dani menampilkan wajah mualnya. Eww. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status