Share

Bab 5 : Drama (2)

Keesokkan harinya, saat di sekolah Gaffar tak bisa berhenti memikirkan kasus yang sedang dihadapi olehnya. Sebenarny, Gaffar bisa saja bersikap bodoamat. Namun, masalahnya ia harus memikirkan perasaan sang kakak yang pasti akan marah besar jika ia dikeluarkan dari sekolah. 

"Gimana, rencana kita nanti?" Tanya Gaffar kepada Dani yang kini sedang berada di kantin menikmati bakso dari mang Dede. 

"Gas, udah lama juga gue nggak ngelakuin hal nekat," sahut Dani dengan santainya.

"Keseringan bucin sama si Caca sih lo," ejek Gaffar. 

"Banyak omong, lo. Yang penting nanti pulang sekolah kita jalanin sesuai rencana." Gaffar mengangguk dan mengacungkan jempolnya. 

Saat mereka tengah asik dan terfokus pada makanannya. Tiba-tiba seorang perempuan duduk di sebelah Gaffar tanpa permisi. Sudah dipastikan, siapa pelakunya. 

"Kenapa lo?" Tanya Gaffar dengan raut wajah yang bingung.

"Benci banget gue sama Pak Rian, masa gue disuruh bantu ngelatih anak-anak lomba. Padahal udah gue bilang, di kelas 12 gue mau off sama kegian ekstrakulikuler. Mana dia ngancem mau dikasih nilai jelek pula."

"Jangan mau, itu akal-akalan 

Pak Rian aja biar biar dia bisa santai-santai. Nanti gue yang bilang." Gaffar terihat emosi mendapat Sandra yang mengadu kepadanya.

Bukan tanpa alasan, jika saja Pak Rian adalah guru yang sangat pengertian, pasti Sandra tidak takut jika akan diadukan kepadanya. Pasalnya, Pak Rian adalah seorang yang keras kepala. Beberapa kali sudah ditegur oleh guru lain, tapi tetap saja kekeh dengan pendiriannya. 

"Udah nggak usah dipikirin terus, nanti gue yang bilang. Kan Pak Rian udah fren sama gue. Sana pesen makan dulu gih, gue tau lo belum makan." Suruh Gaffar kepada Sandra yang masih menampakkan wajah cemberutnya. 

"Males, ah. Caca mana? Tumben nggak nempel sama lo?" Tanya Sandra kepada Dani yang kini berada disebrangnya. 

"Tadi sih pas gue samperin ke kelasnya nggak ada, kata anak-anak lagi bantuin bu Dewi." Sandra hanya menganggukan kepalanya menanggapi omongan Dani. 

Melihat Gaffar dan Dani yang sangat nikmat melahap bakso yang berada di mangkoknya, Sandra tergoda begitu saja.

"Gaff, mau dong baksonya," ujarnya dengan raut wajah memelas.

"Tadi katanya males," ejek Gaffar.

"Males pesen, males ngantri, bukan males makan." Sandra menampakkan senyum lebarnya untuk merayu Gaffar.

"Nggak, nggak ikhlas gue." Gaffar menjauhkan mangkok baksonya dari Sandra.

"Pelit lo. Awas aja butuh bantuan deketin gue." Sandra langsung bangkit dari posisi duduknya dan langsung ditahan oleh Gaffar. 

"Jangan gitu San, gue becanda. Nih, kalo lo mau, ambil aja sama mangkoknya sekalian juga nggak papa." Dengan kasar, Sandra langsung menepis tangan Gaffar dan langsung pergi begitu saja. 

"Mampus lo, udah tau si Sandra moodnya lagi jelek lo ajakin berantem," ujar Dani yang kini terihat senang. 

Gaffar hanya mendengus kesal menanggapi omongan Dani yang sok bijak.

Sementara di lain tempat, Sandra kini memilih untuk kembali ke ruang kelas. Hingga saat ia sudah berada di depan kelasnya dan hendak melangkah masuk, tangannya ditarik oleh seseorang. 

"Hai, San," ujarnya dengan senyum yang menggembang pada bibirnya.

"Angga," ujar Sandra yang terlihat tak suka akan kehadiran teman satu ekstranya itu. 

"Lepas, nggak?" Ujar Sandra dengan menatap lengannya yang masih dipegang oleh Angga. 

Tanpa perlawanan, Angga pun langsung melepas cekalan tangannya.

"Gue mau bicara sama lo, San." Angga menatap Sandra dengan teduh. 

"Bicara apalagi sih? Capek gue lama-lama nggak pernah dihargain," ujar Sandra dengan nada yang mulai meninggi. 

"Masalah yang tadi, udah kelar. Jadi lo nggak perlu marah-marah lagi." 

"Serius, lo?" Angga menganggukan kepalanya. 

"Nih, ada makanan buat lo. Dimakan, ya. Satu lagi, tupperwarenya dibalikin ya, hehe," ujar Angga dengan tawa kecilnya.

"Siap," sahut Sandra. 

Saat mereka masih asyik berbincang di depan kelas, tiba-tiba kedatangan seseorang merusak suasana hati Sandra. 

"San, nanti pulang sekolah jadi kan?"

Perkataan Gaffar membuat Sandra menyerit dan menaikkan alisnya. "Males." 

"Jangan gitu dong, San."

Bukannya menanggapi omongan Gaffar, kini Sandra justru menatap Angga dan mengatakan, "Gue masuk dulu, ya. Makasih makanannya." 

"Oke, gue juga harus balik ke kelas."

Setelah kepergian Angga, Sandra masuk ke dalam kelas begitu saja meninggalkan Gaffar yang kini sibuk memohon kepadanya. Bahkan, saat Sandra sefang menikmati makanan yang diberikan Angga, Gaffar terus mengajaknya untuk bicara. 

"Bisa diem dulu nggak, sih? Lo liat gue lagi makan 'kan?!" Seru Sandra. 

"Gue bakal diem kalo lo mau bantuin gue, San," sahut Gaffar dengan menatap penuh harap kepada Sandra. 

"Iya, sekarang sana gih pergi jauh-jauh dari gue," usir Sandra. 

"Oke, gue pergi. Awas aja kalo lo ingkar janji." Gaffar bangkit dari kursi di sebelah Sandra. 

Selama pelajaran berlangsung, banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan materi dari guru. Karena suasananya sangat membosankan dan membuat jenuh. 

"Oke, sekiranya cukup sekian yang dapat saya sampaikan. Semoga kalian memahami materi PPKn yang Ibu jelaskan ini. Jangan lupa kerjakan buku paket halaman 32-35 hari selasa depan dikumpulkan di meja Ibu sebelum pukul 08.00 WIB." Setelah mengatakan hal tersebut, Bu Imel--guru PPKn itu suasana kelas menjadi gaduh. Pasalnya ini belum waktunya pulang, namun guru sudah keluar. Bisa dipastikan jika mereka keluar dari ruang kelas pasti akan diinterogasi oleh guru. Jadi lebih baik menunggu bel pulang di dalam kelas. 

"Yuk, San. Jalankan rencana," ajak Gaffar yang menghampiri meja Sandra dengan Dani yang berdiri disebelah kanannya. 

"Kan belum waktunya, emang lo berdua mau digebukin warga sekolah? Nanti ajalah pas sepi. Jadi kan nggak ketauan," ujar Sandra yang sebenarnya malas.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status