Share

MENANTU JENDERAL NAGA EMAS
MENANTU JENDERAL NAGA EMAS
Penulis: mic.assekop

1. Pulangnya Sang Jenderal

“Jenderal, kami mendapat kabar bahwa istri Anda, Gabriella, sedang menderita di rumah setelah kepergian Anda selama ini. Dia tersiksa. Sebaiknya Anda langsung pergi menemuinya sekarang juga,” ungkap seorang ajudan.

Suara dan getaran dari baling-baling Helikopter itu perlahan meredup. Pintu terbuka, kemudian turunlah seorang pemuda berusia tiga puluh tahun yang mengenakan seragam militer. Hanya saja semua orang di sana tidak bisa mengenalinya karena dia menggunakan topeng emas bermotif naga untuk menutupi wajahnya.

Hari ini merupakan hari yang sangat spesial bagi semua masyarakat di negara Winland, terutama di Kota Redchester. Di markas besar militer, semua orang penting menyambut kedatangan satu pahlawan baru bagi negara yang telah berjuang dengan penuh keperkasaan.

Pahlawan itu bernama Alexander Yang Agung!

Presiden dan Panglima menjura, memberikan penghormatan untuk Alexander, lalu diikuti oleh semua jajaran pemerintah dan para perwira tinggi militer.

“Selamat datang, Pahlawan Besar!” sambut Presiden dengan raut wajah berseri sembari mengulurkan tangan untuk bersalaman.

“Selamat datang, Jenderal Naga Emas!” sambung Panglima bintang empat dengan senyuman lebar penuh kebanggaan.

Disaksikan semua orang, saat itu juga Presiden dan Panglima memberikan Lencana Naga Emas dan disematkan di bagian dada kiri Alexander. Sebuah penghargaan yang belum pernah diberikan kepada siapa pun, kecuali baru bagi Alexander semata. Lencana Naga Emas adalah supremasi dan pencapaian puncak tertinggi bagi pelaku militer. Pemilik lencana tersebut bahkan lebih mulia dari pada Jenderal berbintang empat sekali pun.

Ratusan orang memberikan penghormatan dan kemuliaan padanya :

“Kesejahteraan sejati buat Alexander Yang Agung!”

“Semoga sukses selalu dan diberkati, Yang Mulia Jenderal Naga Emas!”

Alexander berjalan penuh wibawa. Tidak banyak kalimat yang terucap, bersama sahabat sekaligus ajudannya : Kapten Farrell, Alexander kemudian masuk ke Rolls Royce Phantom yang telah disediakan oleh pihak militer. Mobil itu pun meninggalkan markas besar militer kemudian menuju sebuah rumah yang telah Alexander tinggalkan semenjak satu setengah tahun lalu.

Ketika berada dalam perjalanan, Alexander pun melepas seragam militer dan topengnya seraya berkata pada Kapten Farrell yang sedang menyetir, “Hanya kau yang tahu tentang diriku sekarang, Farrell. Aku minta, kau merahasiakan tentang diriku dari siapa pun, termasuk Presiden dan Panglima, terlebih kepada keluargaku juga.”

“Siap, Jenderal!”

“Aku harus segera menemui istriku sekarang. Percepat, Farrell!”

***

Rolls Royce Phantom itu berhenti sekitar seratus meter dari rumah bertingkat dua yang cukup megah milik Letnan Jenderal (Purn) Pablo Callister, ayah mertuanya Alexander.

Alexander membalik badan saat mobil itu berlalu, kemudian melangkahkan kaki dengan penuh percaya diri.

Pintu terbuka.

Winnie, sang ibu mertua, mengawasi Alexander dari atas ke bawah, berkali-kali. Dengan raut wajah terkejut seperti melihat monster, dia pun bertanya, “Alex Luther? Menantu sialan? Apa itu kau? Bagaimana caranya kau bisa balik lagi ke sini?”

Alexander seketika terkenang saat dia dua tahun begitu menderita di rumah ini karena ulah Winnie yang menjengkelkan. Alexander tidak mungkin lupa semuanya.

“Ya, ini aku. Mana istriku, Bu? Aku ingin bertemu dengan dia.” Alexander masih ramah meskipun wajah ketus wanita menor di hadapannya tidak membuatnya nyaman.

Winnie masih heran. Terakhir dia melihat Alexander sangat jelek dan kurus seperti monyet kena tifus, tapi kenapa sekarang begitu tampan, berotot, gagah, dan keren.

Tidak bisa terima, Winnie mengerjapkan matanya lalu menguceknya beberapa kali, memastikan bahwa dia tidak salah lihat, dan memang benar kalau di hadapannya memanglah menantu sampah yang dulu ingin sekali dia usir. “Serius kau Alex?” tanyanya dengan mata menyala. Hidungnya sampai mekar karena saking bingungnya.

Alexander manggut sekali dengan sangat terhormat. “Benar, Bu. Aku Alex Luther. Suami Gabriella.” Dia menunggu agar wanita kurang ajar yang masih bercokol dekat pintu itu memberikan izin masuk. Tapi payahnya Winnie masih apatis, memandang Alexander dengan sebelah mata, bahkan penuh penghinaan.

Bukannya menyambut baik kehadiran menantunya, Winnie malah mengomel dan mencemooh, “Menantu sialan! Kau sudah keterlaluan, Alex! Kau pergi meninggalkan istri mu tanpa izin. Bagaimana ceritanya kau kabur dari rumah lalu meninggalkan istri mu terbengkalai dengan status yang sampai saat ini tidak jelas apa kalian masih berstatus suami istri atau bukan?!” cecar Winnie. Matanya mulai melotot saat dia menyilangkan kedua tangan di dada.

Alexander membela diri. “Aku tidak kabur dari rumah dan meninggalkan istriku, Bu. Tetapi aku tertimpa masalah sehingga aku dipaksa berpisah dengan istriku dalam waktu yang lama. Jujur, aku tidak mungkin ada niat dan maksud ingin pergi dari rumah ini.”

“Bohong!” potong Winnie buru-buru. “Bilang saja kalau kau mau bercerai darinya tapi takut sama ayah mertua mu! Bilang saja! Aku yakin kau memang ingin pergi dari sini karena memang sudah tidak tahan. Kepergian mu selama satu tahun setengah sudah cukup menjadi alasan bahwa kau memang ingin bercerai dari Gabriella. Katakan saja, Alex! Kenapa harus takut?”

Padahal, Alexander tidak mau berpisah dari Gabriella. Dia sudah cinta mati dan tidak akan mau berpisah selamanya. “Aku tidak bakal bercerai darinya, Bu. Nanti akan aku jelaskan ceritanya bagaimana aku bisa pergi dari rumah dalam waktu yang lama.”

“Tidak perlu!” sela Winnie tergesa-gesa. Dia mendengus jijik seraya memutar matanya dengan sangat malas. Melihat perubahan besar yang ada pada diri Alexander, membuat Winnie semakin kegerahan dan ingin rasanya mencekik leher Alexander sampai mati. “Jika kau tidak mau bercerai, maka Gabriella akan menggugat mu di pengadilan. Mudah saja bagi Gabriella melakukannya sebab kau tidak ada kabar selama lebih dari satu tahun. Kau tidak pernah memberi nafkah pada istri mu. Bisa jadi, ketika melihat perubahan yang ada pada fisik mu, mungkin kau sudah menikah lagi dengan wanita lain dan hidup serba enak. Wajar saja kau tidak pernah pulang. Rupanya sudah ada kehidupan lain yang lebih kau pentingkan.” Dua tanduk iblis sudah keluar dari atas kepala Winnie. Matanya makin jahat.

Meskipun Alexander berbicara jujur dan penuh kelembutan, Winnie tetap seperti sedia kala dan selamanya akan membenci Alexander. Bagi Winnie, Alexander adalah sampah yang tidak berguna dan sudah sepatutnya untuk disingkirkan dari lingkungan Keluarga Callister yang terhormat.

Winnie masih belum memberikan izin Alexander untuk masuk ke dalam. Dia tidak mau kehadiran Alexander akan mengotori rumah dan malah menyusahkannya lagi. Cukup sulit Winnie berupaya agar Alexander enyah, dan tak disangka, Alexander malah bisa memijakkan kakinya lagi.

“Pergi dari sini! Istri mu tidak mungkin mau melihat wajah mu lagi, Alex! Kau pria tidak tahu diri!” Winnie menghujamkan tatapan tajam pas ke wajah Alexander lalu melanjutkan, “Lagi pula, Gabriella sudah dilamar oleh seorang pria yang sangat gagah perkasa, tentu saja dari kalangan militer, sama seperti ayah dan kakek Gabriella. Bukan seperti mu, seorang pejuang kemanusiaan yang tidak berguna, dan miskin pula. Kau bukan siapa-siapa. Sangat tidak pantas untuk terus hidup bersama Gabriella putriku!”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
SG8
lanjut thor.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status