Share

SERANJANG

Penulis: Atalla Ganesha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-19 21:40:06

***

Waktu berjalan lambat, menit demi menit terasa seperti siksaan yang tiada akhir.

Satu jam.

Dua jam.

Namun posisi mereka tidak berubah. Alexa masih berada dalam pangkuan Lucian, tubuhnya terkurung dalam pelukan erat pria itu.

Lucian mengangkat sudut bibirnya, menatap Alexa dengan sinis. “Apa yang selama ini kau dapat dari pacarmu itu, hm?” ucapnya dengan nada merendahkan. “Pacarmu yang sebentar lagi akan jadi mayat.”

“Cih! Jaga mulutmu, Lucian!” sergah Alexa lantang, suaranya bergetar menahan emosi. “Roger akan sembuh! Dan kau,, kau yang akan meringkuk di penjara! Setelah ini, aku sendiri yang akan menuntutmu!”

Lucian terkekeh, suara tawanya rendah “Heheh… gadis kecil yang polos. Kau bayangkan saja, bagaimana caranya menuntut seseorang tanpa bukti? Hukum bukan sekutu bagimu, Alexa. Sedangkan aku, aku adalah hukum itu sendiri.”

Alexa mengepalkan tangannya, kukunya hampir menancap ke telapak. Wajahnya memerah karena amarah.

“Satu hal lagi,” ujarnya sambil mempererat genggaman di pinggang Alexa. “Aku benar-benar bingung. Mengapa kau bisa sebegitu cintanya pada monyet itu? Bukankah selama ini dia hanya cuek padamu? Bahkan kau tidak pernah merasakan ciumannya, bukan?”

Ucapan itu menghantam telinga Alexa seperti pisau. Ia tahu pria ini sengaja memancing emosinya.

“Kau salah besar, Lucian!” sergah Alexa, matanya berkilat penuh keberanian. “Aku dan Roger bahkan sudah tidur seranjang!”

Lucian terdiam sejenak, menatapnya tajam. Matanya menyipit, sorotnya dingin sekaligus penuh penilaian. Ia terlalu mengenal Alexa dan ia tahu wanita ini baru saja berbohong.

“Ch… pembohong handal rupanya.” Nada bicaranya rendah namun tajam. “Kau pikir aku akan termakan kebohongan murahanmu?”

***

Tanpa aba-aba, Lucian tiba-tiba membungkukkan tubuhnya, lalu mengangkat Alexa dengan posisi bridal style. Gerakan itu begitu cepat hingga Alexa tidak sempat mengantisipasi. Tubuhnya terangkat begitu saja, seakan bobotnya tidak berarti di tangan pria itu.

“Hei! Apa yang kau lakukan? Turunkan aku!” seru Alexa lantang, kepanikan jelas terpancar di wajahnya. Kedua tangannya refleks memukul-mukul dada Lucian, namun pria itu bergeming. Pukulan itu seolah tak ada artinya, justru semakin menegaskan betapa kokoh sosok yang tengah menggendongnya.

“Turunkan aku, Lucian!” pekik Alexa lagi, suaranya meninggi, hampir bergetar menahan rasa takut bercampur amarah.

Namun, Lucian hanya menatap lurus ke depan. Wajahnya tetap tenang, senyumnya sinis, seakan menikmati kepanikan yang ditunjukkan Alexa. “Tidak akan,” jawabnya santai, langkahnya teratur membawa Alexa melewati lorong pesawat yang sepi.

Alexa meronta, tubuhnya berusaha melawan. Namun setiap gerakan itu justru membuat pelukan Lucian semakin erat. Ia digiring, seolah tak berdaya, hingga akhirnya mereka tiba di depan sebuah pintu berukir indah yang kontras dengan interior pesawat. Lucian mendorong pintu itu dengan kakinya, memperlihatkan sebuah kamar mewah lengkap dengan ranjang besar berlapis sprei putih mengilap, lampu gantung kristal, serta jendela kecil yang memperlihatkan langit malam di luar sana.

Alexa terperanjat. Matanya melebar, wajahnya berubah pucat. “Apa… apa yang akan kau lakukan?” suaranya bergetar, tubuhnya semakin meronta tak terkendali.

Lucian menunduk sedikit, mendekatkan wajahnya pada Alexa. Senyum liciknya tak pernah pudar. “Tentu saja… untuk membuktikan sesuatu, Alexa.”

“Membuktikan? Membuktikan apa?” tanya Alexa waspada, nada suaranya meninggi, seolah memaksa jawaban keluar lebih cepat.

“Benar atau tidak kau sudah tidur dengannya,” balas Lucian datar, namun penuh nada sarkasme. “Dan sekarang… mari kita cek kebenarannya.”

Alexa terperangah. Matanya semakin membesar, tubuhnya menegang seketika. “Apa?!” serunya nyaris menjerit. “Tidak! Tidak! Turunkan aku sekarang juga, Lucian!”

Kakinya menendang-nendang udara, tangannya meronta, namun pelukan Lucian semakin erat, seolah tak memberi ruang bagi Alexa untuk meloloskan diri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MEREBUT CALON ADIK IPAR   AHH LEPASS!!

    ****Di kamar mewah di pesawat pribadi itu...Tubuh Alexa terhempas ke atas kasur empuk,. Ia segera bangkit, wajahnya merah padam dipenuhi amarah sekaligus rasa takut. Lucian berdiri di hadapannya, senyum tipis menyeringai di wajah pria itu, tatapannya dingin sekaligus membakar.“Bajingan!” desis Alexa, lalu tanpa ragu tangannya terangkat tinggi dan mendarat keras di pipi Lucian.Plak! Suara tamparan menggema di kamar mewah itu.Lucian terhuyung sedikit, pipinya memerah akibat tamparan tersebut. Sejenak suasana hening, hanya terdengar helaan napas Alexa yang terengah-engah. Ia menatap pria itu dengan mata membara, penuh benci.“Kau keterlaluan!” serunya lantang. “Tidak ada bedanya kau dengan binatang gila!”Lucian mengusap pipinya perlahan, bukan marah yang tampak di matanya, melainkan senyum bengis yang justru kian melebar.“Ya, aku memang binatang gila,” ujarnya pelan, namun penuh tekanan. “Dan kau…” ia menunduk sedikit, tatapannya menajam, “…akan diterkam oleh binatang ini. Malam i

  • MEREBUT CALON ADIK IPAR   SERANJANG

    *** Waktu berjalan lambat, menit demi menit terasa seperti siksaan yang tiada akhir. Satu jam. Dua jam. Namun posisi mereka tidak berubah. Alexa masih berada dalam pangkuan Lucian, tubuhnya terkurung dalam pelukan erat pria itu. Lucian mengangkat sudut bibirnya, menatap Alexa dengan sinis. “Apa yang selama ini kau dapat dari pacarmu itu, hm?” ucapnya dengan nada merendahkan. “Pacarmu yang sebentar lagi akan jadi mayat.” “Cih! Jaga mulutmu, Lucian!” sergah Alexa lantang, suaranya bergetar menahan emosi. “Roger akan sembuh! Dan kau,, kau yang akan meringkuk di penjara! Setelah ini, aku sendiri yang akan menuntutmu!” Lucian terkekeh, suara tawanya rendah “Heheh… gadis kecil yang polos. Kau bayangkan saja, bagaimana caranya menuntut seseorang tanpa bukti? Hukum bukan sekutu bagimu, Alexa. Sedangkan aku, aku adalah hukum itu sendiri.” Alexa mengepalkan tangannya, kukunya hampir menancap ke telapak. Wajahnya memerah karena amarah. “Satu hal lagi,” ujarnya sambil mempererat gengga

  • MEREBUT CALON ADIK IPAR   BERTEMU LAGI?

    **** Beberapa menit kemudian, Alexa akhirnya menaiki pesawat yang disebut-sebut sebagai pengganti penerbangannya.“Di sana kursi Anda, Nona,” ucap seorang pria berpakaian jas rapi dengan sikap formal. Tangannya menunjuk salah satu kursi di sisi jendela.Alexa terdiam sejenak. Bola matanya bergerak cepat, mengamati sekeliling. Tidak ada penumpang lain selain dirinya. Pesawat itu terlalu mewah untuk sekadar pengalihan tiket. “Terima kasih,” jawab Alexa dengan suara pelan, gugup. Pesawat itu melaju mantap menembus langit malam, meninggalkan gemerlap lampu bandara yang perlahan mengecil di kejauhan.Tiga puluh menit setelah pesawat lepas landas, ketenangan semu itu mendadak pecah.“Ehem!”Seseorang berdehem ringan, suaranya berat namun sarat dengan kesengajaan. Alexa spontan menoleh, dan darahnya seakan berhenti mengalir ketika seorang pria dengan setelan santai namun berkelas melangkah tanpa permisi, lalu menjatuhkan tubuhnya ke kursi di sampingnya.Mata Alexa membelalak. “Lucian…” bi

  • MEREBUT CALON ADIK IPAR   DIPINDAHKAN

    **** Tiga hari kemudian, bandara internasional Sydney dipenuhi hiruk pikuk manusia yang berlalu-lalang, masing-masing dengan tujuan berbeda. Di salah satu kursi ruang tunggu penumpang, Alexa duduk dengan wajah tegang. Ia akan terbang ke Selandia Baru, negara yang sama sekali belum pernah ia kunjungi sebelumnya, demi menjenguk tunangannya, Roger van de Carl, yang masih koma. Alexa menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Semangat, Alexa… ini hanya sebuah penerbangan. Kau bisa melaluinya,” gumamnya lirih, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Di dalam sebuah pesawat pribadi mewah yang terparkir tidak jauh dari terminal utama,. Lucian duduk bersandar anggun di kursi kulit premium berwarna hitam, sebatang cerutu belum tersulut di jemarinya. Namun pikirannya sama sekali tidak tertuju pada kemewahan di sekelilingnya. Tatapannya justru tertuju ke arah jendela besar, di mana dari kejauhan ia dapat melihat sosok wanita yang duduk gelisah di ruang tunggu penumpang umum. Alexa. “C

  • MEREBUT CALON ADIK IPAR   FOTO SIAPA INI?

    **** Menjelang subuh, Lucian akhirnya tiba di kediaman megahnya. Langkahnya hati-hati, seolah setiap derit engsel pintu bisa membongkar rahasia gelap yang ia bawa pulang malam itu. Dengan perlahan, ia membuka pintu utama, berharap bisa menyelinap masuk tanpa seorang pun menyadari. Namun, harapannya buyar seketika. Di balik pintu, Patricia ibunya sudah berdiri tegak dengan tatapan tajam yang membuat darah Lucian seakan berhenti mengalir. Aura wanita bangsawan itu dingin dan penuh wibawa. “Dari mana kau?” tanyanya datar, nada suaranya tenang namun cukup untuk membuat Lucian tergagap. Dalam hati, ia panik jangan sampai sang ibu mengetahui bahwa ia baru saja mengunjungi toko roti milik Alexa, dan bahkan lebih buruk lagi, telah dengan lancang mencuri ciuman dari bibir tunangan kakaknya sendiri. “Ah… aku hanya mengecek mobil di garasi, Ma,” jawab Lucian cepat, berusaha terdengar meyakinkan. Namun, detak jantungnya semakin berdegup kencang ketika menyadari sesuatu. Di tangan sang ibu

  • MEREBUT CALON ADIK IPAR   CIUMAN PERTAMA

    **** Begitu pintu tertutup dengan keras, ekspresi wajah Lucian seketika berubah. Senyum sinis terbentuk di bibirnya, dingin dan menyeramkan. Ada sorot gila yang bersemayam di matanya, tatapan seorang pria yang tak segan menghancurkan apa pun yang menghalangi keinginannya. Dalam hitungan detik, ia mengangkat kakinya tinggi-tinggi dan tanpa aba-aba. Brakkk! Suara keras menggema di sepanjang lorong toko. Daun pintu kayu itu patah dalam tiga bagian, serpihan kayu berhamburan di lantai, menimbulkan debu tipis yang berterbangan. Suasana hening berubah mencekam. Alexa, yang berdiri di balik pintu, terbelalak tak percaya. Tubuhnya kaku, matanya membesar menatap sosok pria itu yang kini berdiri di ambang dengan tatapan mengerikan. Tenggorokannya tercekat, napasnya memburu tak beraturan. Perlahan, ia menelan ludah, lalu mundur selangkah demi selangkah, berusaha menjaga jarak."Kau? " Lucian melangkah masuk dengan tenang, langkah kakinya berat, tetapi penuh wibawa menakutkan. Setiap langk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status