Share

BERTEMU LAGI?

last update Last Updated: 2025-10-24 12:44:11

****

Beberapa menit kemudian, Alexa akhirnya menaiki pesawat yang disebut-sebut sebagai pengganti penerbangannya.

“Di sana kursi Anda, Nona,” ucap seorang pria berpakaian jas rapi dengan sikap formal. Tangannya menunjuk salah satu kursi di sisi jendela.

Alexa terdiam sejenak. Bola matanya bergerak cepat, mengamati sekeliling. Tidak ada penumpang lain selain dirinya. Pesawat itu terlalu mewah untuk sekadar pengalihan tiket.

“Terima kasih,” jawab Alexa dengan suara pelan, gugup.

Pesawat itu melaju mantap menembus langit malam, meninggalkan gemerlap lampu bandara yang perlahan mengecil di kejauhan.

Tiga puluh menit setelah pesawat lepas landas, ketenangan semu itu mendadak pecah.

“Ehem!”

Seseorang berdehem ringan, suaranya berat namun sarat dengan kesengajaan. Alexa spontan menoleh, dan darahnya seakan berhenti mengalir ketika seorang pria dengan setelan santai namun berkelas melangkah tanpa permisi, lalu menjatuhkan tubuhnya ke kursi di sampingnya.

Mata Alexa membelalak. “Lucian…” bisiknya hampir tak terdengar.

Lucian Van de Carl. Pria yang seharusnya ia hindari dengan segala cara, kini duduk santai begitu dekat, dengan senyum sinis yang membuat udara di sekitarnya terasa menipis.

“Kita bertemu lagi, manis?” ucapnya datar, namun penuh sindiran. “Sepertinya alam merestui hubungan kita. "

Alexa tersentak, tubuhnya spontan bergeser menjauh, hampir menempel ke dinding pesawat. Tangannya mencengkeram tas kecilnya erat-erat, jantungnya berdegup kencang.

“Kenapa… kau ada di sini?” tanyanya dengan suara bergetar, meski berusaha terdengar tegar.

Lucian hanya terkekeh pelan, tatapannya tak pernah lepas dari wajah Alexa. “Karena sejak awal, pesawat ini memang milikku. Kau tamu kehormatanku malam ini.”

Ucapan itu membuat tubuh Alexa merinding. Ia sadar, dirinya sudah masuk perangkap yang dirancang dengan begitu sempurna.

Pesawat terus melaju mantap di ketinggian ribuan kaki, getaran mesin yang semula terasa biasa kini terdengar seperti bunyi ancaman di telinga Alexa.

“Kembalikan pesawat ini ke bandara! Aku mau turun!” teriak Alexa, suaranya parau bercampur panik. Ia berdiri mendadak, gerakan spontan yang lahir dari rasa takutnya.

Lucian hanya menyandarkan punggungnya pada kursi, wajahnya tenang, seolah tidak terjadi apa apa.

“Tidak semudah itu, sayang,” ujarnya dengan suara berat dan santai, seperti orang yang sedang memberi perintah biasa. “Kau tidak akan kembali ke rumah sebelum menjadi istriku.”

Alexa terbelalak, darahnya mendidih. “Keparat! Kau bajingan!” sindirnya tajam, kedua matanya menyala marah meski hatinya dicekam ketakutan. “Kau dengar baik-baik, aku tidak akan pernah menikah denganmu!” bentaknya lantang, suaranya bergema di dalam kabin pesawat yang mewah itu.

Lucian menyipitkan mata, senyum tipis terulas di bibirnya. “Ch… biasanya semua orang akan menarik kata-kata mereka saat berhadapan denganku, Alexa,” katanya dengan nada datar penuh kelicikan. “Dan aku pastikan itu juga akan terjadi padamu.”

Alexa semakin geram. Ia mencoba bergerak menjauh, tubuhnya berbalik hendak meninggalkan pria itu, Namun baru saja ia melangkah, sebuah tangan kuat menariknya dengan cepat. Sekejap saja ia terperangkap, tubuhnya jatuh terduduk di pangkuan Lucian.

“Lepaskan aku!” jerit Alexa, berusaha melepaskan diri, tangannya mendorong dada Lucian yang keras bagaikan tembok.

Lucian menundukkan wajahnya, jaraknya begitu dekat hingga Alexa dapat merasakan aroma parfum maskulin yang menusuk inderanya. Mata pria itu dalam, tajam, penuh ancaman dan nafsu kepemilikan yang membakar. “Kau tidak akan ke mana-mana, sayang…” bisiknya lirih namun tegas, seolah kalimat itu adalah sebuah vonis.

***

Di pangkuan Lucian, suasana menjadi semakin mencekam. Tatapan mereka saling bertemu, menyalurkan amarah dan ketegangan yang tak tertahankan.

“Lepaskan aku!” bentak Alexa dengan suara bergetar namun penuh keberanian.

“Kau jangan macam-macam, Lucian!” sergahnya lagi. “Aku tahu semua kebusukanmu! Jangan kira aku akan diam. Aku tahu dengan jelas bahwa kaulah dalang dari kecelakaan adikmu sendiri.

Lucian terdiam sejenak, lalu terkekeh pelan. Suara tawa itu terdengar rendah, menyeramkan, bagai predator yang menikmati kegelisahan mangsanya.

“Heheh…” gumamnya. “Gadis manis, berhentilah melontarkan candaan konyol seperti itu. Itu bukan hal yang pantas keluar dari mulutmu.”

Namun seketika, ekspresinya berubah dingin.

“Kalau kau membicarakan dalang dari koma anjing itu… ya, kau benar. Itu aku.”

Alexa terperanjat..

Lucian menambahkan, suaranya tenang namun menusuk:

“Dan aku melakukannya hanya untuk satu alasan… mendapatkanmu.”

“Dasar gila! Kau tidak punya hati!” teriak Alexa dengan nada penuh kebencian.

“Tidak, sayang,” balas Lucian, menatapnya tanpa berkedip. “Aku hanya tahu apa yang kuinginkan. Dan aku tidak pernah gagal mendapatkannya.”

Alexa mengumpat, “Dasar bodoh! Kau pikir aku akan menyerahkan diri padamu?”

“Percayalah, Alexa,” ucap Lucian dingin, “suatu saat nanti kau akan menarik kembali setiap kata yang baru saja kau lontarkan.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MEREBUT CALON ADIK IPAR   AHH LEPASS!!

    ****Di kamar mewah di pesawat pribadi itu...Tubuh Alexa terhempas ke atas kasur empuk,. Ia segera bangkit, wajahnya merah padam dipenuhi amarah sekaligus rasa takut. Lucian berdiri di hadapannya, senyum tipis menyeringai di wajah pria itu, tatapannya dingin sekaligus membakar.“Bajingan!” desis Alexa, lalu tanpa ragu tangannya terangkat tinggi dan mendarat keras di pipi Lucian.Plak! Suara tamparan menggema di kamar mewah itu.Lucian terhuyung sedikit, pipinya memerah akibat tamparan tersebut. Sejenak suasana hening, hanya terdengar helaan napas Alexa yang terengah-engah. Ia menatap pria itu dengan mata membara, penuh benci.“Kau keterlaluan!” serunya lantang. “Tidak ada bedanya kau dengan binatang gila!”Lucian mengusap pipinya perlahan, bukan marah yang tampak di matanya, melainkan senyum bengis yang justru kian melebar.“Ya, aku memang binatang gila,” ujarnya pelan, namun penuh tekanan. “Dan kau…” ia menunduk sedikit, tatapannya menajam, “…akan diterkam oleh binatang ini. Malam i

  • MEREBUT CALON ADIK IPAR   SERANJANG

    *** Waktu berjalan lambat, menit demi menit terasa seperti siksaan yang tiada akhir. Satu jam. Dua jam. Namun posisi mereka tidak berubah. Alexa masih berada dalam pangkuan Lucian, tubuhnya terkurung dalam pelukan erat pria itu. Lucian mengangkat sudut bibirnya, menatap Alexa dengan sinis. “Apa yang selama ini kau dapat dari pacarmu itu, hm?” ucapnya dengan nada merendahkan. “Pacarmu yang sebentar lagi akan jadi mayat.” “Cih! Jaga mulutmu, Lucian!” sergah Alexa lantang, suaranya bergetar menahan emosi. “Roger akan sembuh! Dan kau,, kau yang akan meringkuk di penjara! Setelah ini, aku sendiri yang akan menuntutmu!” Lucian terkekeh, suara tawanya rendah “Heheh… gadis kecil yang polos. Kau bayangkan saja, bagaimana caranya menuntut seseorang tanpa bukti? Hukum bukan sekutu bagimu, Alexa. Sedangkan aku, aku adalah hukum itu sendiri.” Alexa mengepalkan tangannya, kukunya hampir menancap ke telapak. Wajahnya memerah karena amarah. “Satu hal lagi,” ujarnya sambil mempererat gengga

  • MEREBUT CALON ADIK IPAR   BERTEMU LAGI?

    **** Beberapa menit kemudian, Alexa akhirnya menaiki pesawat yang disebut-sebut sebagai pengganti penerbangannya.“Di sana kursi Anda, Nona,” ucap seorang pria berpakaian jas rapi dengan sikap formal. Tangannya menunjuk salah satu kursi di sisi jendela.Alexa terdiam sejenak. Bola matanya bergerak cepat, mengamati sekeliling. Tidak ada penumpang lain selain dirinya. Pesawat itu terlalu mewah untuk sekadar pengalihan tiket. “Terima kasih,” jawab Alexa dengan suara pelan, gugup. Pesawat itu melaju mantap menembus langit malam, meninggalkan gemerlap lampu bandara yang perlahan mengecil di kejauhan.Tiga puluh menit setelah pesawat lepas landas, ketenangan semu itu mendadak pecah.“Ehem!”Seseorang berdehem ringan, suaranya berat namun sarat dengan kesengajaan. Alexa spontan menoleh, dan darahnya seakan berhenti mengalir ketika seorang pria dengan setelan santai namun berkelas melangkah tanpa permisi, lalu menjatuhkan tubuhnya ke kursi di sampingnya.Mata Alexa membelalak. “Lucian…” bi

  • MEREBUT CALON ADIK IPAR   DIPINDAHKAN

    **** Tiga hari kemudian, bandara internasional Sydney dipenuhi hiruk pikuk manusia yang berlalu-lalang, masing-masing dengan tujuan berbeda. Di salah satu kursi ruang tunggu penumpang, Alexa duduk dengan wajah tegang. Ia akan terbang ke Selandia Baru, negara yang sama sekali belum pernah ia kunjungi sebelumnya, demi menjenguk tunangannya, Roger van de Carl, yang masih koma. Alexa menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Semangat, Alexa… ini hanya sebuah penerbangan. Kau bisa melaluinya,” gumamnya lirih, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Di dalam sebuah pesawat pribadi mewah yang terparkir tidak jauh dari terminal utama,. Lucian duduk bersandar anggun di kursi kulit premium berwarna hitam, sebatang cerutu belum tersulut di jemarinya. Namun pikirannya sama sekali tidak tertuju pada kemewahan di sekelilingnya. Tatapannya justru tertuju ke arah jendela besar, di mana dari kejauhan ia dapat melihat sosok wanita yang duduk gelisah di ruang tunggu penumpang umum. Alexa. “C

  • MEREBUT CALON ADIK IPAR   FOTO SIAPA INI?

    **** Menjelang subuh, Lucian akhirnya tiba di kediaman megahnya. Langkahnya hati-hati, seolah setiap derit engsel pintu bisa membongkar rahasia gelap yang ia bawa pulang malam itu. Dengan perlahan, ia membuka pintu utama, berharap bisa menyelinap masuk tanpa seorang pun menyadari. Namun, harapannya buyar seketika. Di balik pintu, Patricia ibunya sudah berdiri tegak dengan tatapan tajam yang membuat darah Lucian seakan berhenti mengalir. Aura wanita bangsawan itu dingin dan penuh wibawa. “Dari mana kau?” tanyanya datar, nada suaranya tenang namun cukup untuk membuat Lucian tergagap. Dalam hati, ia panik jangan sampai sang ibu mengetahui bahwa ia baru saja mengunjungi toko roti milik Alexa, dan bahkan lebih buruk lagi, telah dengan lancang mencuri ciuman dari bibir tunangan kakaknya sendiri. “Ah… aku hanya mengecek mobil di garasi, Ma,” jawab Lucian cepat, berusaha terdengar meyakinkan. Namun, detak jantungnya semakin berdegup kencang ketika menyadari sesuatu. Di tangan sang ibu

  • MEREBUT CALON ADIK IPAR   CIUMAN PERTAMA

    **** Begitu pintu tertutup dengan keras, ekspresi wajah Lucian seketika berubah. Senyum sinis terbentuk di bibirnya, dingin dan menyeramkan. Ada sorot gila yang bersemayam di matanya, tatapan seorang pria yang tak segan menghancurkan apa pun yang menghalangi keinginannya. Dalam hitungan detik, ia mengangkat kakinya tinggi-tinggi dan tanpa aba-aba. Brakkk! Suara keras menggema di sepanjang lorong toko. Daun pintu kayu itu patah dalam tiga bagian, serpihan kayu berhamburan di lantai, menimbulkan debu tipis yang berterbangan. Suasana hening berubah mencekam. Alexa, yang berdiri di balik pintu, terbelalak tak percaya. Tubuhnya kaku, matanya membesar menatap sosok pria itu yang kini berdiri di ambang dengan tatapan mengerikan. Tenggorokannya tercekat, napasnya memburu tak beraturan. Perlahan, ia menelan ludah, lalu mundur selangkah demi selangkah, berusaha menjaga jarak."Kau? " Lucian melangkah masuk dengan tenang, langkah kakinya berat, tetapi penuh wibawa menakutkan. Setiap langk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status