Terima kasih karena mengikuti cerita ini. Yuk klik tanda vote ya kak. agar bisa tetap eksis di aplikasi, jangan lupa baca juga cerita saya yang lainnya. 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku (Tamat.)
Maaf, Aku Pantang Cerai! (61)"Mas, ayo bangun. Aku takut kalau kau terus tidur begini, lihat anak kita terus berputar di perutku. Sepertinya dia tak sabar untuk mengajakmu bermain."Alea meraih tangan Wisnu dan mengarahkan ke perutnya. Dia terisak karena tangan itu diam dan tak bergerak, perlahan dia meletakkan kembali tangan Wisnu agar tak menyakiti suaminya, karena tangan itu yang di tusuk jarum infus."Apakah ini sudah saatnya, Mas?" Lirih Alea di telinga sang suami. "Al."Lirih Wisnu menyebut nama sang istri, tapi cukup membuat Alea tersentak kaget. Wanita itu menangis memeluk suaminya, ada rasa lega karena Wisnu berhasil bangun."Mas, tunggu sebentar aku panggil Dokter."Alea bersiap untuk pergi tapi Wisnu mengengam tangannya dengan erat. seolah tak ingin dia pergi meski untuk memanggil Dokter agar memeriksanya."Tolong panggilkan Erlangga."Alea terdiam dia seolah memilki perasaan yang tak enak. Entah kenapa suaminya ingin bertemu dengan Erlangga, meski berat dia tetap menurut
Maaf, Aku Pantang Cerai! (62)Alea tertunduk di sisi makam Wisnu. Pria yang menghembuskan napas terakhirnya dalam keadaan sangat baik, memejamkan mata setelah melakukan sholat subuh di hari Jum'at pula.Meski sudah ikhlas tapi airmata tetap saja mengalir di pipi Alea. Wanita itu masih setia duduk di makam sang suami di payungi Erlangga, di kejauhan Sela bersama kekasih dan teman-temannya menunggu."Kau pasti sudah sangat puas sekarang, Al. Pada akhirnya kau berhasil menyingkirkan Wisnu, anakku akhirnya menyerah dan menghembuskan napas terakhirnya."Mendengar ucapan Bu Wastika membuat Erlangga murka. Namun gengaman tangan Alea segera menenangkan amarah itu, perlahan Alea berdiri di bantu Erlangga, lalu berbalik dan menghadap ibu mertuanya."Apa ibu tau alasan aku mencintai mas Wisnu? Lalu menerima lamarannya untuk menjadi menantumu, Bu. Meski aku tau ibu tak menerima pernikahan kami sama sekali."Alea menatap Bu Wastika sepertinya sudah saatnya dia membuka semua yang tak di ketahui oleh
Maaf, Aku Pantang Cerai! (63)"Belum menikah sudah merasakan paniknya, Lang. Aku sampai merasa keram di perut karena melihat Alea mengejan, untunglah kita sampai tepat waktu. Tak tau apa yang terjadi kalau Alea melahirkan di mobil, aku bisa mati karena takut."Sela terlihat menarik napas panjang. Wajahnya baru terlihat pucat, mungkin tadi tak terlihat karena semua sedang panik."Apa pendarahan, Dok!" Erlangga dan Sela berteriak bersamaan."Iya, kita perlu melakukan tindakan operasi demi menyelamatkan ibu dan bayinya. Meski masih satu bulan lagi usia kandungan Bu Alea, kita akan melakukan yang terbaik untuk mereka."Mendengar ucapan Dokter itu membuat Erlangga menarik napas panjang. Dia tak mau terjadi sesuatu pada Alea dan anaknya jadi dia setuju tindakan operasi yang akan dilakukan."Kalau begitu silakan ikuti perawat, untuk menandatangani surat persetujuan operasi. Setelah itu kita bisa langsung melakukan operasi."Erlangga segera pergi mengikuti seorang perawat. Sedangkan Sela dan J
Maaf, Aku Pantang Cerai! (64)"Apa! Ibu di tangkap polisi?" Pekik Citra sembari berlari menuju ke rumahnya.Gadis itu baru saja turun dari ojek online, ketika seorang wanita menghampirinya lalu memberi kabar tentang penangkapan ibunya. Dia tak habis pikir apalagi masalah yang di buat oleh sang ibu."Aku heran pada kalian berdua Cit. Tak bisakah bertingkah sebagai manusia normal, hidup kalian penuh masalah yang sialnya membuat nama kampung ini tercemar. Kasihan Wisnu, seharusnya kalian membuat tahlil dan mendoakannya bukan membuat masalah terus-terusan."Citra mengepalkan tangannya dengan kuat. Dia geram mendengar ucapan Bu Neneng yang terkenal pedas dan tajam. Entah untuk apa dia mengurusi masalah setiap orang di kampung itu."Sebaiknya Bu Neneng tidak perlu terlalu mengurusi masalah kami. Bukankah masalah ibu juga tak kalah banyaknya."Citra meninggalkan Bu Neneng yang mulutnya komat-kamit. Dia kesal mendengar ucapan telak dari Citra, gadis kurangajar yang sangat dia benci."Dasar gad
Maaf, Aku Pantang Cerai! (65)Pria itu menunjukkan foto kopi perjanjian hutang Bu Wastika pada Citra. Membuat gadis itu terkejut setengah mati, bagaimana bisa ibunya meminjam uang sebanyak itu. Sedangkan dia sama sekali tak mengetahuinya sama sekali."Ini tidak mungkin kalian pasti bohong!"Citra berteriak sembari menarik rambutnya. Gadis itu terlihat hancur menyadari kalau sebentar lagi dia akan menjadi gelandangan tanpa rumah.Citra menatap para pria anak buah rentenir tempat sang ibu mengadaikan rumahnya. Mereka benar-benar mengusir Citra, tanpa berniat memberi waktu untuk mencari rumah kontrakan terlebih dahulu.Kini gadis itu berjalan tanpa tujuan, membawa dua tas besar berisi baju miliknya dan juga milik sang ibu yang sekarang di penjara. Citra mengutuk Alea, karena menuduh kakak iparnya sebagai penyebab kemalangan yang menimpa dia dan juga ibunya."Terkutuk kau Alea, semoga kau mati sekarang juga. Cukup hidupmu, kalau hanya untuk menyusahkan aku dan ibu."Gadis itu mengomel semb
Maaf, Aku Pantang Cerai! (66)"Apa kita tak keterlaluan, Lang? Ibu sudah tua, kasihan juga kalau harus mendekam di penjara. Aku jadi merasa bersalah pada mas Wisnu."Alea menatap Erlangga yang sibuk mengupas buah dan memotongnya kecil-kecil. Pria itu tak menjawab, hanya meletakkan piring berisi buah di atas meja samping ranjang Alea."Kau tenang saja, mertuamu itu hanya akan mendekam di penjara sampai kau dan bayimu keluar dari rumah sakit. Aku tak ingin terjadi sesuatu padamu, wanita itu cukup mengerikan. Dia bisa berbuat hal yang mengerikan demi ambisinya menyakitimu."Alea menarik napas panjang, meski dia merasa kasihan pada mertuanya, tapi dia juga tak bisa menyalahkan Erlangga. Dia juga takut ibu mertuanya bertindak keji dan menyakiti anaknya meski itu cucunya."Setelah keluar dari rumah sakit kau langsung tinggal di apartemenku. Sampai kau siap untuk menikah denganku."Alea mendesah kesal, dia belum memikirkan untuk memenuhi permintaan Wisnu. Apalagi dia baru saja melahirkan anak
Maaf, Aku Pantang Cerai! (67)"Tenang saja aku bisa mengatasi mama dan juga yang lainnya. Aku hanya minta kau diam dan jangan dengarkan apapun yang mereka ucapkan."Mendengar ucapan Erlangga hanya membuat Alea menarik napas panjang. Dia tau masalah yang sama akan dia hadapi sekali lagi, hubungan yang tak di restui mertua."Jangan coba berpikir macam-macam, Al. Kalau tidak kau akan menyesal," ancam Erlangga."Untung belum nikah jadi aku bisa berpikir ulang untuk menuruti wasiat mas Wisnu. Belum apa-apa udah main ancam, pergi sana aku mau istirahat."Alea mengusir Erlangga namun pria itu tak bergerak dari tempatnya. Justru dia mendekat dan menatap wajah Alea dari dekat."Ulangi sekali lagi apa yang kau katakan tadi, Al."Mendengar suara Erlangga yang begitu dekat. Membuat Alea terkejut, dia membalikan tubuhnya lalu buru-buru bangun, itu membuat kepalanya terantuk dengan kepala Erlangga. Membuat mereka meringis kesakitan, Alea sampai mengeluarkan airmata karena benturan itu sangat keras.
Maaf, Aku Pantang Cerai! (68)"Sudahlah Bu, aku sudah tak tau mau bicara apalagi dengan ibu. Aku kemari mengantar baju ibu, sekarang aku akan pergi menjalani hidupku sendiri, terserah ibu mau berbuat apa kita pisah jalan dulu."Citra segera pamitan pada sang ibu. Dia tak perduli meski wanita yang melahirkannya berteriak seperti orang gila, dia hanya berpikir bagaimana caranya untuk melanjutkan hidupnya."Akhirnya kau datang juga ke tempat ini anak cantik?" Ucap seorang wanita bermake-up tebal dan mengenggam rokok di tangannya.Matanya menatap tubuh Citra dengan tatapan senang. Sedangkan Citra terlihat menundukkan kepala sembari menarik napas panjang, entah apa yang ada di otaknya saat ini karena semua orang tau siapa wanita yang dia temui."Mamie Tami," lirih suara Citra menyebut nama wanita itu."Iya sayang, ini Mamie Tami. Mendekat kemari biar bisa mamie lihat wajah cantikmu."Wanita itu tersenyum lebih tepatnya menyeringai. Dia senang karena bakal mendapat anak asuh baru, anak asuh