Home / Romansa / Mafia's obsession / Bab 1: Malam yang Mengubah Takdir

Share

Mafia's obsession
Mafia's obsession
Author: Adhit

Bab 1: Malam yang Mengubah Takdir

Author: Adhit
last update Last Updated: 2025-03-16 23:58:32

Hujan turun deras di kota New York malam itu. Jalanan basah, lampu-lampu jalan berpendar redup, menciptakan bayangan samar di trotoar yang lengang. Aurora DeLuca menarik mantel medisnya lebih erat, berusaha mengusir dingin yang merayapi kulitnya. Ia baru saja menyelesaikan shift panjang di rumah sakit dan hanya ingin pulang, menenggelamkan diri dalam tidur setelah seharian berurusan dengan pasien dan kondisi darurat.

Langkah kakinya tergesa-gesa melewati gang kecil yang menjadi jalan pintas ke tempat parkir. Ia sudah terbiasa mengambil rute ini meski banyak rekannya memperingatkan bahwa gang ini terlalu sepi dan berbahaya. Tapi malam ini, ada sesuatu yang berbeda.

BANG!

Suara tembakan menggema di udara. Aurora sontak berhenti, napasnya tercekat. Dalam sekejap, tubuhnya tegang, matanya mencari sumber suara. Di kejauhan, di balik bayangan gedung tua, ia melihat sosok seseorang yang tersandar di dinding bata.

Aurora bisa melihat darah merembes dari bahunya, bercampur dengan air hujan yang turun membasahi aspal. Sosok itu tampak kesakitan, tetapi matanya tetap tajam, penuh kewaspadaan.

Aurora tahu seharusnya dia berbalik dan pergi. Ini bukan urusannya. Tapi sebagai dokter, nalurinya lebih kuat daripada ketakutannya.

Ia menghela napas dan melangkah maju. "Kau butuh bantuan," katanya tegas, berlutut di samping pria itu.

Mata pria itu menatapnya tajam, penuh kecurigaan. "Siapa kau?" suaranya berat, meski napasnya tersengal.

"Aku dokter," jawab Aurora cepat. Ia merogoh kantong mantelnya, mengeluarkan kain kasa dan perban darurat yang selalu ia bawa. "Kau harus membiarkan aku menghentikan pendarahan ini, atau kau akan mati kehabisan darah sebelum sempat keluar dari gang ini."

Pria itu mengerjap, seolah menimbang kata-kata Aurora. Setelah beberapa detik, ia mengangguk pelan, meski sorot matanya tetap penuh waspada.

Aurora buru-buru merobek lengan jas mahalnya dan menemukan luka tembak yang cukup dalam di bahunya. Darah masih mengalir deras. Dengan cekatan, ia menekan kain kasa ke luka itu, membuat pria tersebut mendesis pelan.

"Sakit?" tanyanya sambil meliriknya.

Pria itu tersenyum samar. "Aku pernah merasakan yang lebih buruk."

Aurora mengabaikan jawabannya dan terus bekerja. Tangannya lincah membebat luka, berusaha menghentikan pendarahan secepat mungkin. Saat ia sedang fokus, ia merasakan tatapan pria itu yang terus mengawasinya.

"Siapa namamu?" tanyanya tiba-tiba.

Aurora ragu sejenak sebelum menjawab, "Aurora."

Pria itu mengangguk pelan, seolah menghafal namanya. "Aku Leonardo. Tapi orang-orang memanggilku Leo."

Aurora tidak terlalu memikirkan namanya saat itu. Yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana cara menyelamatkan nyawa pria ini. Namun, andai ia tahu siapa pria itu sebenarnya, mungkin ia akan berpikir dua kali sebelum membantunya.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, Aurora akhirnya menyelesaikan perbannya. "Kau harus pergi ke rumah sakit. Luka ini cukup dalam, dan—"

Leo tiba-tiba tertawa kecil, meski suaranya terdengar lemah. "Rumah sakit bukan tempat yang baik untukku, dokter."

Aurora menatapnya dengan bingung. "Apa maksudmu?"

Sebelum Leo sempat menjawab, suara langkah kaki terdengar mendekat. Aurora menoleh dan melihat beberapa pria berpakaian hitam berjalan ke arah mereka. Nalurinya langsung berteriak bahaya.

"Leo!" Salah satu pria itu berseru, tampak panik. "Kau baik-baik saja?"

Leo mengangguk lemah. "Aku baik-baik saja, Lorenzo."

Lorenzo, pria yang tampak lebih tua dengan wajah keras dan ekspresi penuh waspada, menatap Aurora dengan tajam. "Siapa dia?"

Leo menatap Aurora sejenak sebelum menjawab, "Dia menyelamatkanku."

Lorenzo masih terlihat tidak percaya, tetapi ia tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia hanya mengisyaratkan kepada pria lain untuk membantu Leo berdiri.

Aurora melihat Leo bangkit dengan susah payah. Ia seharusnya merasa lega karena sudah melakukan tugasnya, tetapi ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman.

"Aku bisa mengantarmu ke rumah sakit," tawarnya, meski ia tahu jawabannya akan tetap sama.

Leo menatapnya dengan mata gelapnya yang tajam. "Aku sudah bilang, rumah sakit bukan tempat yang aman untukku."

Aurora mengernyit. "Kenapa? Kau ini siapa sebenarnya?"

Leo tidak menjawab. Sebaliknya, ia melangkah mendekat, membuat Aurora sedikit mundur tanpa sadar. Tangannya terangkat, menyentuh lembut dagu Aurora, membuatnya merinding.

"Kau terlalu polos untuk tahu jawabannya, Aurora," bisiknya. "Tapi aku akan memastikan kita bertemu lagi."

Aurora tidak punya kesempatan untuk bertanya lebih lanjut. Dalam sekejap, Leo dan anak buahnya sudah menghilang di balik bayangan malam.

Ia berdiri diam di tempat, mendengar suara deru mobil menjauh.

Malam itu, Aurora mengira pertemuannya dengan Leo hanyalah kebetulan belaka.

Yang ia tidak tahu, pertemuan itu baru saja mengikat nasibnya dengan dunia yang penuh bahaya. Dunia milik Leonardo Moretti—bos mafia paling berbahaya di New York.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mafia's obsession   bab 33

    Penerbangan malam dari Milan menuju Sarajevo berlangsung dalam senyap. Di kabin jet pribadinya, Leo duduk tanpa bicara. Tangannya menggenggam foto ayahnya—Nicolo—yang kini menjadi misteri hidup dan mati. Di sekelilingnya, hanya suara samar dari mesin pesawat dan desiran angin di luar jendela. Matteo, yang duduk di seberangnya, memecah keheningan. “Kau yakin ini bukan jebakan?” Leo tidak langsung menjawab. Matanya masih terpaku pada gambar. “Jika Dragan benar-benar menahan ayahku, maka ini bukan sekadar perang antar mafia. Ini balas dendam pribadi.” Matteo mengangguk pelan. “Tapi dia tahu itu. Dia tahu kamu akan datang, Leo. Dia sudah menyiapkan sesuatu.” Leo menatap Matteo tajam. “Biarkan dia siapkan segalanya. Aku akan membakar semuanya jika itu yang diperlukan.” --- Sarajevo – Tengah Malam Jet mendarat di bandara kecil di pinggiran kota. Mereka di

  • Mafia's obsession   bab 34

    Langit Milan tertutup awan kelabu. Di atas atap markas Il Lupo, Leo berdiri memandangi kota yang dulu dianggapnya aman. Kini, bayangan perang menyelimuti segalanya. Di tangannya, dia menggenggam liontin milik Nicolo—satu-satunya peninggalan yang kembali bersamanya setelah operasi di Sarajevo.“Ini bukan tentang balas dendam semata,” gumamnya. “Ini tentang menghentikan kekacauan sebelum dunia dilahap Phoenix.”Luka mendekat dengan berkas laporan. “Aurora berhasil menyusup ke server Phoenix. Kita tahu lokasi utama mereka di Istanbul. Tapi Dragan punya pasukan setidaknya lima puluh elit bersenjata.”Leo tidak tampak gentar. “Kalau itu markas pusat, maka di sanalah kita akhiri semuanya.”Matteo masuk ke ruang komando. “Pasukan kita sudah siap. Jovan dan Emir akan pimpin jalur laut. Kita masuk dari udara. Operasi ini akan kita sebut sesuai nama yang Nicolo tinggalkan—Revenant. Bayangan yang kembali dari kematian.”Leo memandangi layar bes

  • Mafia's obsession   bab 32

    Api membumbung tinggi dari gudang bawah tanah di perbatasan Bulgaria. Kilatan cahaya oranye menerangi langit malam, disertai ledakan yang mengguncang tanah. Leo berdiri di kejauhan bersama Matteo dan Luka, menyaksikan kebakaran itu tanpa ekspresi."Bukan cuma bunker yang terbakar," gumam Matteo. "Itu simbol. Pusat koordinasi operasi mereka."Leo menoleh ke Luka. "Kita beri sinyal pada semua kelompok di Eropa. Phoenix gagal lepas landas. Kita akan bunuh revolusi mereka sebelum dimulai."Luka mengangguk. "Sudah kukirimkan pesan melalui jaringan Aurora. Semua mata kini tertuju pada Dragan."Namun Leo tahu, ini baru awal. Dragan bukan tipe yang menyerah begitu saja. Ia akan membalas, dan tidak dengan cara biasa.---Milan – Dua Hari KemudianMarkas Leo lebih sibuk dari biasanya. Telepon berdering, pesan datang dari berbagai jaringan. Aurora duduk di meja pusat informasi, mengetik cepat sambil terus menerima kabar t

  • Mafia's obsession   bab 31

    Hujan mengguyur kota Milan pagi itu, mengguratkan bayangan kelam di jendela markas Leo. Di dalam ruang strateginya, Leo berdiri mematung menatap peta digital Eropa—titik-titik merah menandai wilayah konflik baru yang terus bermunculan usai insiden kapel.Aurora duduk di sofa, menyilangkan kaki sambil memeriksa laporan dari jaringan bawah tanah yang baru mereka bangun. Matteo dan Luka berdiri di samping Leo, seperti biasa, siap menerima perintah kapan saja.“Ricardo masih belum pulih,” ujar Aurora. “Tapi dia memberikan nama: Valentin Dragan. Mantan agen intelijen Balkan. Sekarang bekerja untuk Ivanov.”Leo menyipitkan mata. “Nama yang tidak pernah muncul sebelumnya. Ivanov mulai mengeluarkan bidak yang ia simpan paling dalam.”Matteo mengangguk. “Jika Dragan bergerak, berarti mereka merencanakan sesuatu yang besar dan diam-diam. Operasi senyap, bukan konfrontasi terbuka.”Leo menoleh ke Luka. “Siapkan penyamaran. Kita akan ke Zurich m

  • Mafia's obsession   bab 30

    Tiga hari telah berlalu sejak kematian Fabio Marino. Dan dalam tiga hari itu, Leo belum tidur dengan tenang. Bukan karena penyesalan, tapi karena satu hal yang mengusik pikirannya: ketenangan yang terlalu sempurna.Di dunia mafia, tidak ada kematian besar tanpa balasan. Terutama jika kematian itu menyentuh salah satu pilar jaringan Enzo Moretti. Tapi hingga kini, tak satu pun langkah balasan datang. Tak ada serangan. Tak ada pesan. Hanya keheningan—yang lebih mematikan dari seribu peluru.Di markas besar Leo, peta kekuasaan dipajang lebar di dinding, penuh dengan penanda merah dan hitam. Matteo berdiri di sampingnya, menunjuk titik pergerakan.“Menurut informasi Sienna, ada komunikasi intens antara kelompok Albania dan Rusia. Mereka memperkuat pos di Napoli, dan… kami kehilangan jejak salah satu informan kita kemarin malam.”Leo duduk, matanya tajam menatap layar. “Ivanov telah menanam bidaknya. Mereka tidak akan menyerang terang-terangan. Mereka mengincar dari dalam.”Luka masuk terg

  • Mafia's obsession   bab 29

    Udara malam Roma terasa lebih dingin dari biasanya. Hujan gerimis membasahi jalanan sempit di sekitar distrik Testaccio, namun bagi Leo, malam ini bukan sekadar tentang cuaca. Ini tentang menandai wilayah. Tentang memecah sistem yang selama ini dikendalikan Enzo Moretti dan Ivanov dari bayang-bayang. Leo berdiri di atap sebuah gedung tua, mengenakan jaket hitam yang menyatu dengan malam. Di tangannya, ponsel berisi data pergerakan transaksi Fabio Marino—salah satu tangan kanan Enzo yang menguasai pasar gelap narkoba di selatan Italia. Target malam ini. “Konfirmasi posisi,” suara Matteo masuk lewat earphone. “Lantai dua, ruang belakang. Tiga orang penjaga. Fabio sedang sendirian,” sahut Luka dari pengamatan jarak dekat. Leo mengangguk. “Kita tidak datang untuk bicara. Kita datang untuk menghapus namanya dari permainan.” --- Beberapa menit kemudian, mereka masuk melalui pintu samping gudang. Sienna, dari jarak jauh, telah meretas sistem keamanan dan memutus sambungan kamera.

  • Mafia's obsession   bab 28

    Asap masih mengepul dari reruntuhan gudang senjata. Leo berdiri memandangi kobaran api yang perlahan mulai padam, wajahnya dingin dan penuh amarah. Tiga lokasi diserang dalam satu malam—dan meskipun mereka menang secara taktis, kerugian yang mereka alami terlalu besar untuk dibiarkan begitu saja. Di belakangnya, Matteo mendekat dengan langkah berat. Lengan kirinya dibalut perban, masih berlumuran darah. “Pihak rumah sakit bilang dua orang dari tim kita tidak bisa diselamatkan,” ucap Matteo lirih. Leo mengangguk, menahan emosi yang bergejolak di dadanya. “Dan mereka mengira kita akan diam saja?” Matteo menatap pemimpinnya yang baru itu. Dulu, dia melihat Leo sebagai tangan kanan yang setia, tapi kini, Leo berdiri sebagai kepala keluarga yang tidak kalah berbahaya dari Nicolo sebelumnya. Ketegasannya, kecepatannya membaca situasi, dan kekejamannya saat dibutuhkan—semua itu menjelma menjadi aura baru yang mulai ditakuti lawan maupun kawan. “Enzo Moretti yang melakukan ini?” tany

  • Mafia's obsession   Bab 27 – Pertemuan yang Ditunggu

    Leo duduk di kursi belakang mobilnya, jari-jarinya mengetuk-ngetuk permukaan ponsel. Pikirannya masih terfokus pada pesan yang dikirim Alessia. Wanita itu jelas lebih dari sekadar ancaman biasa."Kau yakin ini ide yang bagus?" Nicolo bertanya dari kursi depan, matanya tetap waspada menatap ke luar jendela."Kita tidak punya pilihan," jawab Leo, suaranya datar. "Kalau kita diam, dia akan menganggap kita lemah. Kita harus mengambil kendali."Matteo, yang duduk di samping Nicolo, mendengus. "Aku masih tidak percaya kau benar-benar ingin bertemu dengannya. Alessia tidak akan datang sendirian. Dia pasti sudah menyiapkan jebakan."Leo tersenyum kecil. "Begitu juga kita."Mobil melaju di jalanan kota, menuju restoran mewah yang telah dipilih Alessia untuk pertemuan mereka. Tempat itu bukan pilihan yang biasa untuk pertemuan mafia—terlalu terbuka, terlalu terang. Tapi mungkin itulah tujuan Alessia. Dia ingin Leo tahu bahwa dia tidak takut.Saat mobil berhenti di depan restoran, seorang pelaya

  • Mafia's obsession   Bab 26 – Tarian Bahaya

    Nama Alessia Romano terus terngiang di benak Leo saat ia menyesap bourbonnya. Pesta amal masih berlangsung, tetapi bagi Leo, malam ini bukan sekadar acara sosial—ini adalah awal dari permainan yang lebih besar.Ia memandangi Alessia yang tengah berbincang dengan beberapa pria kaya dan berpengaruh. Dengan gaun merahnya yang menawan, dia terlihat seperti ratu yang memerintah atas para pion di sekelilingnya.Nicolo mendekat, membisikkan sesuatu. “Kami sudah menyelidiki Alessia. Dia baru muncul di dunia kriminal setelah Enzo jatuh. Tidak ada catatan aktivitas sebelumnya, seolah-olah dia muncul entah dari mana.”Leo menyipitkan mata. “Tidak ada yang muncul dari ketiadaan. Dia pasti sudah merencanakan ini sejak lama.”“Tapi kenapa sekarang?” Matteo menimpali. “Kenapa baru setelah Enzo mati dia berani bergerak?”Leo tidak menjawab. Dia tahu satu-satunya cara mendapatkan jawaban adalah langsung dari sumbernya.Dengan langkah mantap, ia berjalan mendekati Alessia. Ketika wanita itu menyadari k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status