Home / Romansa / Magang Di Pelukan CEO / Obrolan Absurd Dengan Papa dan Mama

Share

Obrolan Absurd Dengan Papa dan Mama

Author: Erna Azura
last update Huling Na-update: 2025-08-10 23:08:33

Shaquelle langsung pulang ke Penthouse membawa perasaan bahagia karena mami Nadira tidak mempersulit niatnya meminang Aurelie.

Ia melepas jaket lalu menggantungnya di dekat pintu setelah itu berjalan masuk ke ruang tengah yang sunyi, hanya ditemani cahaya kekuningan dari lampu dinding dan dengung halus pendingin ruangan.

Setelah menuang segelas air putih, ia duduk di kursi bar dapur. Di depannya, layar ponsel menyala dengan dua nama yang ingin ia hubungi: Papa Arjuna dan Mama Kejora.

Sambil menunggu nada sambung, matanya menatap pantulan dirinya sendiri di jendela besar yang memperlihatkan kelap-kelip kota Jakarta dari lantai atas.

“Hallo, Shaquelle.”

Suara Papa Arjuna terdengar berat tapi jernih. Formal seperti biasa.

“Hallo, Pa. Sorry ganggu … lagi meeting enggak? Aku ingin memberikan update,” kata Shaquelle mengingat di Jerman sana masih jam kerja. “Aku baru kembali dari Korea. Pertemuanku dengan tuan Lee Sang-Hyun berjalan lancar. Aku sudah presentasi ulang proposal Neuverse
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ami tsamarat
tante jinni hahahha.. tapi emang pasangan zara arkana emang sangat bisa diandalkan ya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Magang Di Pelukan CEO   Tamat

    Malam itu, mereka berdua makan malam di meja panjang rumah sambil memandangi si kembar yang sedang tidur di baby cot, dijaga Siska dan Lila dari jauh.Aurelie menatap piringnya lalu berkata pelan, “Shaq, ternyata menyewa babysitter itu bukan berarti kita enggak sayang anak, ya?”Shaquelle mengangguk sambil tersenyum hangat. “Itu artinya kita sayang… sama anak dan sama kesehatan mental kita.”Aurelie tertawa, lalu mengangkat gelasnya. “Untuk kesehatan mental kita.”Shaquelle menyambutnya, mengetukkan gelasnya ringan. “Untuk keluarga Folke, edisi tidur nyenyak.”Malam itu, saat mereka berdua akhirnya bisa rebahan di ranjang tanpa baby monitor di telinga, Aurelie berbisik, “Kita ini beruntung, ya.”Shaquelle menariknya ke dalam pelukan. “Beruntung banget.”*** Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan.Di suatu hari, rumah Shaquelle Folke kembali riuh—bukan karena tangisan, tapi karena aksi duo kembar yang resmi menjajal kesabaran babysitter profesional.Pagi itu, Siska

  • Magang Di Pelukan CEO   Dari 2 jadi 4

    Begitu mobil hitam panjang mereka berhenti di depan rumah, sambutan hangat dari bunga-bunga segar yang memenuhi teras terasa seperti pesta kecil menyambut kedatangan dua anggota baru keluarga Folke.Aurelie duduk di kursi belakang diapit car seat berisi Aurembia dan Caelan. Keduanya masih terlihat seperti bayi mungil yang hanya tahu dua aktivitas utama yaitu tidur dan menangis.Namun, begitu melewati pintu rumah … dunia berubah.“Shaq, tolong botolnya! Botolnyaaa!” suara Aurelie terdengar nyaring dari ruang keluarga, hanya lima menit setelah mereka masuk rumah.Caelan menangis dengan suara yang memecah keheningan, sementara Aurembia memutuskan ikut “duet” dengan kakaknya.Shaquelle yang masih mencoba meletakkan koper malah terjebak dalam panik mini. “Botolnya di mana? Aku taruh di tas diaper, tas diaper-nya di mana?”“Di meja makan! Enggak, bukan yang itu—yang ada dot silikon, Shaq!” Aurelie setengah berteriak sambil mencoba menenangkan Aurembia.Begitu Shaquelle menyerahkan bo

  • Magang Di Pelukan CEO   Cinta Yang Melimpah

    Suara monitor jantung bayi berirama cepat, seperti ketukan drum yang memacu adrenalin.Shaquelle berdiri di sisi ranjang, memegang tangan Aurelie, sementara tim medis bersiap di ujung kaki.“Bu, tarik napas dalam terus buang … ya… bagus,” kata dokter sambil tersenyum memberi semangat.Tapi Aurelie malah melotot ke arah Shaquelle.“Kalau nanti ini sakitnya enggak worth sama semua ngidam aku, Shaq… aku sumpahin kamu harus ngidam juga!”Shaquelle hampir tertawa, tapi wajahnya tegang. “Rel, fokus napas, sayang. Ngidam nanti kita debat lagi.”Dorongan pertama.Aurelie meringis, wajahnya memerah. Shaquelle mengusap keningnya menggunakan handuk dingin.“Bagus, Bu, mereka udah mau keluar,” ujar sang dokter kembali.Aurelie mendesah lelah. “Kalau yang keluar duluan cowok, kamu harus janji dia nggak boleh pacaran sampai umur tiga puluh.”“Rel, ini bukan waktu yang tepat buat kontrak pranikah versi bayi!” sahut Shaquelle dengan suara tercekat p

  • Magang Di Pelukan CEO   Momen Terbaik

    Hari itu, langit Jakarta mendung, tapi suasana di lantai 21 kantor SamaSama.id malah super cerah.Tim R&D baru saja menyelesaikan milestone penting, dan tim strategi sedang merayakan dengan makan kue talas Bogor di pantry. Aurelie, yang sudah masuk minggu ke-38 kehamilan kembarnya, duduk di kursi khususnya—kursi ergonomis dengan bantal tambahan di punggung, hadiah dari Shaquelle.Jam menunjukkan pukul 10.42 ketika perut Aurelie mengeras tiba-tiba. Ia berhenti menulis di tablet. “Hmm… aneh…,” gumamnya.Raina menoleh. “Kenapa, Rel?”“Ada yang… nyubit dari dalam. Kenceng banget. Eh—aduh!”Raina langsung panik, setengah berteriak ke arah open space. “Dipo! Bu Mira! Ada yang enggak beres!”Dipo berlari dari meja dengan wajah pucat seperti baru lihat laporan keuangan minus. “Kontraksi?”“Aku enggak tahu, ini baru pertama kali hamil kembar!” jawab Aurelie sambil mencoba berdiri, tapi malah meringis.Mira, Reza, dan Rika dari tim R&D yang sedang disku

  • Magang Di Pelukan CEO   Selalu Ada

    Privat jet sudah menunggu di landasan. Begitu mobil hitam mereka berhenti, pramugari berseragam krem langsung menyambut dengan senyum hangat.Shaquelle turun lebih dulu, meraih tangan Aurelie untuk membantunya melangkah keluar. Udara dingin menggigit kulit, membuat pipi Aurelie merona. Ia menoleh sekali ke arah Pegunungan Alpen yang samar-samar terlihat di kejauhan—seakan ingin menyimpan pemandangan itu di sudut ingatan.Begitu mereka masuk kabin jet, kehangatan langsung menyelimuti. Interiornya elegan: kursi kulit krem, meja marmer kecil, lampu ambient kekuningan. Pramugari menawarkan teh herbal untuk Aurelie dan espresso untuk Shaquelle, lalu bergegas mempersiapkan kabin untuk penerbangan.Begitu pesawat mengudara, lampu kota Zurich perlahan mengecil, tergantikan lautan awan putih di bawah mereka. Aurelie bersandar di kursi lebar, selimut kasmir membalut tubuhnya. Shaquelle duduk di sebelah, jemarinya tak berhenti mengelus punggung tangan istrinya.“Kamu capek?” tanyanya.“Sedi

  • Magang Di Pelukan CEO   Selalu Indah

    Salju turun deras di luar chalet privat mereka di Zermatt, membuat dunia seperti tertutup selimut putih yang sunyi.Di dalam, hanya ada bunyi kayu terbakar di fireplace, memantulkan cahaya oranye yang menari di dinding kayu dan kulit mereka.Aurelie duduk di dekat jendela besar, sweater tebal menutupi tubuhnya, pipinya merona oleh dingin.Shaquelle mendekat dari belakang, dengan aroma wangi sabun mandi, gerakannya tenang tapi penuh intensi. Tangannya melingkari pinggang Aurelie, menarik pelan hingga punggung mungil itu menempel pada dada bidangnya.Aroma vanilla body lotion yang hangat berpadu dengan wangi salju yang masih menempel di rambut Aurelie membuat Shaquelle menunduk, bibirnya menyapu pelan dari pelipis ke rahang. Setiap sentuhan seperti percikan api kecil yang melelehkan sisa udara dingin di ruangan.Ia memutar tubuh Aurelie, menatapnya dengan mata yang berat oleh keinginan. “Kamu tahu … salju di luar kalah indah sama kamu,” bisiknya, lalu tanpa menunggu jawaban, bibirn

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status