Share

Lirikan mata

Suara dentingan sendok terdengar dari arah dapur. Aroma masakan menyeruak masuk ke setiap ruangan dan seketika menggugah selera. Rasa lapar pun, ingin segera menyantap. Namun, sepertinya, harus malu-malu dan mungkin juga sedikit segan.

Arloji menunjukkan 9 pagi. Bisa dikatakan, itu adalah waktu rawan lapar. Seorang pria tampan terlihat mondar-mondir di kamarnya sambil memegang perut yang tengah keroncongan. Ia segan ke dapur, karena Meylan tidak pernah lagi menemaninya sarapan semenjak perempuan itu sibuk bekerja. Malah, pagi-pagi Meylan sudah pergi tak menghiraukan apapun kebutuhan suaminya lagi.

"Mey ... kenapa sih, kamu berubah kek gini!" Halim berkata sendiri dengan kekesalan dalam hati. Sementara, perutnya semakin melilit kelaparan. "Kira-kira siapa ya? di dapur. Gak biasanya? harum kek gini?" ucapnya lagi. "Apa ... langsung ke dapur aja ya? tapi, kalau ada papa gimana!" Halim berpikir sejenak, lalu tanpa mau panjang-panjang, ia memutuskan keluar untuk mengecek si

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status