Share

Part 21 Permohonan Cle

"Claire, Randi sudah tau?" Mba Asha yang sedari tadi menemaniku disini bersama tante Alexa pun ikut khawatir dengan kondisi, meskipun jelas ucapan dokter tadi menyatakan aku hanya karna kelelahan saja.

"Sudah Mba. Duh si Arsy gak boleh tau nih, gimana caranya ya...."

"Coba nanti aku ngobrol sama Arsy deh, dia gak boleh tau hubungan kamu sama Randi. Ya apapun itu alasannya, orang lain diluar keluarga inti kita gak boleh tau." Mba Asha menekankan kalimat yang sama berulang kali. Ia tau persis resiko yang akan aku tanggung jika saja pernikahanku terkuak ke publik. Ya, aku gak bisa apa-apa. Aku sedih pun rasanya sudah gak bisa, aku memilih jalan ini dan bagiku inilah konsekuensinya.

"Sayang, sebenarnya ada apa sih? Kamu tuh dari kecil gak pernah yang namanya pingsan. Tante tau persis kondisi fisik kamu sekuat apa. Ini gak kayak kamu biasanya...." Setelah Asha pergi meninggalkanku untuk ngobrol bersama Arsy, inilah kesempatan tante Alexa untuk menanyakan secara detail apa yang sebenarnya tengah terjadi di dalam rumah mewah berornamen khas Eropa itu.

Aku diam beberapa saat, tanpa terasa air mataku menetes.

"Berat banget untuk cerita ya sayang? Gak apa-apa kalo memang berat. Tante cuma mau kasih wejangan aja, gimanapun ombaknya, setinggi apapun ombaknya, kapalmu harus terus berlayar sayang..." Suaranya yang lembut dengan belaiannya di rambutku membuatku terenyuh.

"Te, kalo aku pisah sama Randi gimana te?" Ucapku pelan sembari mengusapkan air mata yang kian jatuh membasahi pipi.

"Husstt gak boleh ngomong gitu. Pernikahan kamu tuh masih seumur jagung sayang, ya wajar aja masih adaptasi kan semuanya. Mungkin kalo dulu pacaran, kamu lihat Randi yang baik-baik aja, paling buruknya ya pas dia ngambek aja. Nah ketika sudah menikah, satu atap, satu kamar pasti lebih banyak hal-hal yang buat kamu kaget, jadi solusi satu-satunya ya kamu adaptasi saling menerima satu sama lain. Bukannya saling ninggalin sayang..."

"Sebenarnya bukan ke Randinya sih Te. Lebih tepatnya ke mamanya..."

Alexa ya memang sudah gak kaget. Ia mengenal Airin seolah sudah mengenal sangat lama padahal waktu pertama aku menikahlah ia baru bertemunya. Namun, karena karakter Airin mudah ditebak dan dirasakan oleh orang disekitarnya, jadi bisa dengan mudah orang lain ini mengidentifikasi karakter Airin.

"Berat banget? Kamu sudah ngobrol sama Randi belum sayang?" Aku tau tante Airin mungkin tidak bisa memberikan solusi saat ini untuk hubunganku dengan Airin, jadi secara gak langsung pun ia sudah mengatakan menyerah untuk terlibat dalam perhelatanku dengan Airin.

"Randi sudah tau..."

"Terus apa respon Randi? Dia berperan disini, sebagai anak lelaki dan juga sebagai suami kamu..."

"Dia justru gak percaya sama aku, tee...." Air mataku kian menetes kala ingat bagaimana bisa Randi meragukan apa yang aku sampaikan kepadanya.

"Aku sudah ngobrol dengan Arsy nih..." Di tengah-tengah topik pembicaraanku dengan Alexa, Asha masuk kembali ke dalam ruanganku.

"Gi.. gi... gimana Mba? Tanyaku pelan sembari mengusap-usap pipi yang sudah dipenuhi oleh air mata.

"Dia sekarang sudah pulang. Katanya paling besok dia datang lagi buat jagain kamu." Terangnya.

Aku hanya membalasnya dengan reaksi mengangguk. Intinya saat ini, aku sudah bingung menghadapi Arsy yang hampir setiap hari butuh kepastian untuk jalan bersamaku. Lebih beratnya karena moment ini yang dikhawatirkan akan ada Arsy dan Randi diwaktu yang bersamaan. Entah apa yang bisa aku jelaskan kepada Arsy tentang hubunganku dengan Randi.

"Sudah ah sekarang saatnya kamu istirahat. Oh ya sebelum itu, tadi dari meja administrasi menawarkan untuk pemeriksaan full tubuh nihh." Asha menyampaikan amanah untuk check-up dari rumah sakit, namun aku hendak meolaknya karna sudah merasa cukup dengan diinfus.

"Aku gak kenapa napa Mba. Kayaknya cukup kok cuma dengan infus aja...." Bantahku.

"Hmm kamu yakin gak? Ya kalo saranku sih mending sekalian aja Cle." Ia memberi saran kepadaku.

"Enggak, aku gak apa-apa. Aku sudah bisa pulang kan ya malam ini?"

"Sebentar, tadi susternya sih mau kesini lagi cek infus kamu sama mau kasih suntikan apa gitu. Bentar lagi nih mungkin..." Ucapnya lalu ia kembali ke sofa tepat disamping Alexa.

***

"Sayang, kok kamu bisa sampe disini sihh?" Kepulangan Randi bersama kopernya membuatku kaget kebangun secara tiba-tiba.

"Maaf, kamu lagi tidur ya. Kamu gak apa-apa kan? Tante, Claire gak apa-apa kan?" Matanya menyorot cemas ke arah Alexa dan Mba Asha yang berada di sebelah kiriku.

"Gak apa-apa, besok pagi sudah bisa pulang kok aku..." Aku tersenyum tipis kepadanya.

"Pemeriksaannya tadi apa aja? Full aja di cek semua sayang. Aku khawatir...." Terangnya.

"Udah ah kamu jangan panikan gitu. Lihat aku sehat-sehat aja..."

Ia menatapku dan langsung memelukku dengan erat.

"Udah ah peluknya, kamu tuh kan masih ada acara harusnya di Bali, kenapa bela-belain pulang sih? Sama Catherine ya?" Sontakku melepas pelukan dari tubuhnya.

"Ya gimana bisa aku gak panik dan gak pulang, istriku masuk rumah sakit gini...." Balasnya sembari memegang tanganku.

"Catherine gimana?" Aku bertanya namun terus menunduk, gak berani natap matanya karna sudah pasti jelas raut wajahku menyatakan kalo aku cemburu dengan kedekatan mereka berdua.

"Ya dia ikut pulang juga. Jadi acara yang harusnya pagi ini, sengaja kita padetin kemarin." Terangnya.

"Oh iya Cle, mama sudah kamu kabarin gak?" Tanyanya.

"Jangan dikabarin Ran, tolong...."

"Kenapa? Ya dia mamaku kan mama kamu juga, kamu gak boleh gitu lah Cle...." Ia masih menyoroti wajahku dengan matanya.

"Ran.........." Aku menggenggam erat tangannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status