Share

Part 8 Modus Arsy

Penulis: Allena Sari
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-25 21:49:59

"Kamu mau bareng aja gak sama aku, sayang?" Randi tengah mengunyah roti dengan selai nanas membuka obrolan di meja makan pukul 6 pagi. 

"Ya jangan. Entar kalo ada yang lihat dia gimana..." Celetuk Airin.

"Iya jangan deh, mending kamu pakai taksi online aja.." Tambah Roger.

Aku seolah tidak perlu lagi menjawab atas pertanyaan Randi, karena sudah diwakilkan oleh mertuaku yang sangat ingin menutupi identitasku sebagai menantunya.

"Are you ok, baby?" Randi mengangkat daguku yang sedari tadi tidak berani menatap wajahnya atau bahkan sekitar.

Mataku membalas dengan menatapnya.

"I.. iya gak apa-apa sayang. Lebih baik gitu aja..." Tambahku. Lalu, aku melanjutkan menu sarapan yang sudah ada di depan mataku.

"Ingat ya, hari ini ada arisan. Kamu pulangnya jangan lebih dari jam 6 deh. Kalo ternyata lebih dari jam 6, mending kamu nginep di hotel aja. Paham?" 

Tinggal dengan keluarga Randi yang baru dua hari saja sudah penuh tekanan lahir batin, gak kebayang bagaimana jadinya jika aku harus hidup dan tinggal selamanya dengan mereka di rumah ini. 

"Paham gak? Di tanya orang tua kok malah diam aja. Jawab dong, punya mulut kan?" Teriak Airin yang begitu murkanya karena aku tidak memberikan respon atas ungkapannya.

"Paham, paham Ma... Maaf..." Balasku pelan.

***

"Bro, si Claire sudah lama kerja sama lo ya?" 

"Sudah, dari awal karir dia kan langsung kerja di tempat gue. Kenapa emangnya?" Randi yang merasa berhak tau akan istrinya ini jelas saja langsung mencecar arah dari pertanyaan Arsy.

"Gue udah kenal lama sama Claire hahaha. Gak nyangka aja bisa ketemu lagi sama dia dan spesialnya lagi di kantor lo..." Ia menorehkan wajah bahagia dengan senyuman tipis disudut bibirnya sembari menandatangani beberapa dokumen yang sedang tersusun di hadapan mereka.

"Lo kenal Claire? Maksudnya gimana?" Randi sedikit meninggikan nada bicaranya,.

"Hahaha ya artinya dia temen sekolah gue dong. Bingung banget menyimpulkannya, Bro.." Balas Arsy sembari tertawa.

Randi sedikit lega dengan jawaban dari Arsy kalo ternyata di masa lalunya mereka hanya sebatas teman atau mungkin kenal aja.

"Dia udah punya suami belum, Sob?" 

Randi yang tengah minum jelas saja langsung tersedak...

"Uhuk... uhuk..."

"Eh eh lo kenapa. Santai santai....." Arsy langsung sigap merebut dan meminggirkan dokumen yang tengah ia tandatangan.

"Eh, ada yang ketumpahan gak?" Randi yang mulai bisa mengendalikan dirinya cukup khawatir dengan dokumen yang sedang ditandatangani oleh Arsy. Sebab jika dokumen tersebut ketumpahan, maka mereka berdua harus menandatanganinya lagi dari awal, dan itu punya hampir seratus halaman...

"Untungnya aman. Kan lo tau gue tangkas banget anaknya dari jaman dulu hahaha..." Jail Arsy.

"Di, by the way, tadi lo belum jawab pertanyaan gue tentang Claire...." Lagi, Arsy memang sedang menunggu jawaban dari Randi.

"Kenapa lo nanya gue? Gak bisa tanya langsung aja ke orangnya. Katanya lo teman sekolah dia..." Randi langsung menyerocos seolah gak senang ada pria lain yang menanyakan Claire, istri simpanannya.

"Ya gak enak dong, masa iya gue tiba-tiba langsung bilang. Lagian kan lo bosnya, gak mungkin lo gak tau dong kalo dia udah atau belum punya suami..." Kekeh Arsy.

"Belum sih. Kenapa emangnya?"

"Astaga hahahaha. Cuma jawab belum doang lo muter-muter dulu ya Sob hahaha...." Arsy terbahak-bahak.

Randi cukup terlihat salah tingkah, ya sebagai lelaki, ia sudah jelas tau apa arah obrolan dari sahabatnya ini. Namun, ia juga tidak berdaya untuk mengungkapkan identitas asli Claire di luar keluarga intinya dan keluarga inti Claire.

"But, thank you sudah dikasih tau hahaha. Bisa nih masih punya kesempatan!" Serunya seolah menyemangati diri sendiri. Randi yang tidak bisa apa-apa lantas hanya meliriknya dengan sinis.

"Sial, sepertinya dia suka Claire lagi..." Gerutu Randi di dalam hati.

***

[Siang Claire. Ini Arsy, sibuk gak?] 13.00 

Tepat setelah jam makan siang aku melihat ketikan ini lagi dari pria yang sama namun di waktu dan situasi yang berbeda. Ya meskipun aku juga tidak bisa lagi meladeninya bahkan sebagai teman sekalipun, namun karena tugas kantor ini, tetap saja aku harus sebijaksana dan seprofesional mungkin menghadapinya.

[Enggak nih. Mau kirim dokumen ke kantor kah, Pak?] 13.01

Selang dua menit kemudian ia membalas lagi pesanku.

[Claire, gue chat lo di nomor pribadi kan bukan nomor bisnis. Jadi stop sebut gue Bapak, karena gue mantan lo bukan Bapak lo hahaha..] 13.03

Jelas saja membaca pesannya ini sudah membuatku tertawa. 

Tiba-tiba ponselku berdering, dan terlihat nama yang mengubungiku adalah "Arsy".

Gila ini orang memang sibuk banget, sangking gak mau buang waktunya ya dia lebih memilih untuk langsung telfon. Bagus deh, karena aku pun merasa bersalah jika harus berhubungan lagi dengan Arsy, terlebih saat ini statusku sudah menjadi istri sah dari Randi. 

"Ya, siang. Kenapa?" Aku langsung ke poinnya saja.

"Dinner yuk!" 

"Wah, gak pakek salam dulu langsung aja lo ngajak dinner. Sopan santun lo udah gak ada sekarang?" Kagetnya aku ini langsung bisa mengomeli tindakannya dia.

"Hahaha kamu lagi shock ya makanya jadi ngomel...." Iya dia masih hapal apa yang terjadi saatku panik.

"E---engg... enggak..."

"jangan bohong, aku tau kamu melebihi siapapun, Claire.." Suara lembutnya ini masih tetap sama.

"I.. iya deh yaudah iya sedikit aja.." Aku menyerah karena tidak ingin debat lebih panjang lagi dengannya.

"Mau gak dinner malam ini? Hmmm atau gue revisi deh jadi bisa gak malam ini dinner, Princess? Hahaha." Ia menertawakanku dari seberang sana.

"Gak bisa gue Ar. Mungkin next time ya..." Balasku karena aku ingat sore ini aku tidak boleh pulang melebihi pukul 6 sore. 

"Kenapa gak bisa?" 

"Gue lagi ada urusan, Ar. Mungkin nanti aja kita coba agendakan lagi. Malam ini dan malam-malam lainnya gue memang gak bisa.." 

"Sebentar, malam-malam lainnya? Maksud lo, lo udah gak pernah pulang malam lagi?" Jawabanku ternyata justru menambah penasaran Arsy.

"Iya, gue udah gak bisa kena angin malam sih. Jadi sekarang ya lebih milih untuk pulang sore daripada malam.." Terangku berharap ia tidak menanyakan lebih detail lagi.

"Gue anterin lo sampai di depan rumah, gue yang bakal pastiin lo gak kena angin malam, Claire..." Pria ini masih kekeh dengan keinginannya. Padahal semua keinginannya juga tidak bisa dengan mudah memaksaku, kan?

"Ar, kita baru ketemu lagi loh ini, jangan buat gue marah lagi ya..." Aku menarik nafas dan menghembuskan nafas yang cukup panjang untuk mengontrol emosiku. Bagaimanapun aku masih seperti diriku yang dulu, benci sekali diatur-atur pria ini.

"Oke maafin gue Claire. Pokoknya kapan pun itu mau sarapan, mau makan siang, just let me know aja ya. Gue pasti bisa kapan aja, asalkan lo jangan benci gue lagi..." Akhirnya ia menyerah dengan argumennya dan menutup kembali ponselnya.

***

Siang berjalan sangat cepat, bahkan tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Dengan sigap, aku langsung membereskan semua perlengkapanku untuk pulang, lalu memasuki ruangan Randi untuk mengecek hal-hal yang krusial di mejanya. Lalu diakhiri dengan pemesanan taksi.

"Waduh ini tinggal 10 menit lagi, keburu gak ya. Ini macet bangettttt........" Aku sudah menggerutu dengan cukup kuat, tapi sang sopir taksi juga seolah tidak punya pilihan dengan posisi mobil terjebak seperti ini.

"Kamu beneran gak mau pulang nih?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 28 Fakta Kecelakaan Orang Tua

    Aku memasuki mobil Randi dengan penuh pertanyaan, mengapa tante Sophia menyebutkan tentang kematian orang tuaku, bukankah sudah jelas mereka kecelakaan? "Claire, pakai seatbeltnya. Kamu kenapa bengong gini?" Randi seolah memperhatikanku dari tadi."Eh maaf..." Tanganku langsung mencari sabuk pengaman itu dan langsung ku tancapkan di penutupnya."Kamu mikirin apa? Harusnya kamu senang dong karna kita mau keluar dari rumah sekarang...""Tante Sophia tadi menyebut tentang orang tuaku...." "Astaga Claire, udah ah jangan dipikirin. Lagian kematian orang tua kamu kan juga sudah lama, apalagi yang mau dibahas?" Randi di sisi yang berbeda dariku.Aku diam, mengabaikan komentarnya."Udah pokoknya kamu jangan mikirin apapun. Aku berjuang sejauh ini untuk kamu...." Tambahnya lagi.Ia mulai menancapkan mobil dari balik basement ini menuju gerbang tinggi yang menutupi rumah megahnya. "Den, maaf gak boleh keluar...." Cegah dua orang satpam yang berada di depan gerbang menghentikan laju mobil kam

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 27 Keluar Rumah

    "Cle, kamu mau nurut sama aku gak kali ini?" Randi perlahan mendekatiku yang sedang kalut atas paksaan dan rampasan hidup yang dibuat oleh Airin."Mau apa lagi, Mas? Rasanya semua hal yang aku lakuin juga sia-sia. Mama kamu tetap ingin kita cerai. Dengan kamu narik aku kesini, cuma untuk ngulur waktu aja kan? Karena faktanya yang diinginkan mama kamu tuh tetap saja bukan aku...." Aku coba mewaraskan semua hal yang ada di hadapanku. Rasanya air mata pun sudah gak sanggup lagi menetes."Kali ini aja, sayang. Kamu mohon mohon sama mama buat batalin semua keinginannya. Aku juga bakal ngelakuin hal yang sama....""Mas......" Aku mendongakkan kepalaku, sorotan mata kami saling bertemu."Tolong kali ini aja.. Aku mau mempertahankan kita, Claire, dan aku harap kamu juga punya hasrat yang sama....""Gak ada jaminan hati mama terketuk, Mas. Semuanya bakal sia-sia aja...." Aku sudah sampai di titik nyerahku. Rasanya sekarang jika boleh langsung Randi menalakku, aku langsung menerimanya. Luka bat

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 26 Harus Berpisah?

    "Aku udah gak sanggup Ran setiap hari berhadapan dengan berbagai ucapan dari mama kamu..." Aku terisak nangis, seolah semua hal yang ku lakukan selalu salah di matanya."Ya jangan nyerah dong. Katanya kamu cinta sama aku, umur pernikahan kita juga baru banget Cle. Tolong bertahanlah demi kita..." Randi menurunkan egonya."Gimana bisa" aku bertahan, aku tuh udah gak diterima sama keluarga kamu, dan gak akan mungkin diterima...." "Sejak awal juga kan kamu tau gimana kerasnya mereka. Tapi apa, komitmen kamu di awal kan bakal bisa hadapin mereka apapun yang terjadi, kan?" Randi coba menguatkan hatiku yang sudah terlanjur kecewa dan patah dengan perbuatan kedua orang tuanya. Mereka betul-betul menginjak harga diriku di depan koleganya."Kesehatan mental aku yang terganggu kalo terus ada di rumah ini Ran. Mereka selalu bandingin aku dengan Natalie. Siapa sih memangnya Natalie? Kamu sama sekali gak pernah bahas tentang perempuan itu...""Ya karna gak penting, untuk apa aku bahas, sayang?" R

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 25 Pengakuan di depan Sosialita

    "Aku sudah coba untuk ngobrol dengan mama tapi dia terus menolak apa yang udah aku pertahankan Claire..." "Terus? Kamu nyerah?" Jujur aja aku sudah gak punya tenaga bahkan untuk bicara kepada Randi sedikitpun."Gak, aku gak nyerah. Aku lagi berusaha untuk ambil hati mama buat kamu. Kamu bisa bantu aku juga?" "Bantu yang kaya gimana lagi? Aku harus apalagi supaya dapat hati mama kamu Ran...." "Saranku sih kamu coba berhenti kerja dan full time di rumah supaya sering bagi waktu untuk mama dan papa..." Ucapnya tanpa peduli dengan pertimbangan apapun."Kamu gak salah?" Aku masih coba bertahan untuk tidak mengumbar amarahku di depannya. Aku masih melihat seberapa pantas aku diperjuangkan olehnya."Ya enggak dong sayang. Kita coba satu per satu caranya supaya kamu tuh bisa akrab sama mama. Bisa kan?" "Tapi aku gak tau harus apa kalo di rumah tuh Ran..." Aku mendengus kesal."Ya kamu pasti bisa lah, browsing dulu aja caranya gimana entar di rumah kan tinggal kamu terapin aja. Pasti deh m

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 24 Gugatan Airin

    "Pa, coba bilangin deh sama si Randi anak kesayangan kamu itu..." Airin ngedumel tak henti-hentinya."Papa juga sudah susah bilanginnya, bahkan kamu juga tau dia masih berani nikahin wanita itu padahal aku lagi serangan..." Roger pun ikut dalam obrolan bersama Airin."Lagian, dia mau apalagi sih dari wanita itu? Cantik? Ya masih banyak wanita lain yang jauh lebih cantik. Pinter? Ya kalo dia pinter mah gak mungkin jadi bawahan gitu. Keturunan? Ya mana bisa hasilnya aja udah jelas-jelas dia mandul, gimana bisa punya keturunan. Yang ada nih ya Pa, kalo sampe orang lain tau udah kita bakal kena malu banget seumur hidup..." Airin terus memanas-manasin Roger. Sebab ia tau suaminya akan lebih cepat bertindak jika dikasih sumbu api dulu untuk meledakkan emosinya.Roger wajahnya sudah merah padam, gempalan di tangannya sudah jelas bahwa ia tidak ingin kejadian yang telah disebutin Airin menjadi kenyataan. Terlebih ia paling benci jika direndahkan oleh orang lain. Dia sangat membencinya."Tapi,

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 23 Frustasi

    Tatapanku kosong, pikiranku entah campur aduk semuanya. Fokusku tidak lagi tentang orang-orang disekitarku."Claire, kenapa? Randi ada apa?" Tante Alexa yang kian melihat tubuhku terlunglai lemas di kursi roda tak kuasa menahan pertanyaannya pada suamiku.Randi masih mendorong kursi rodaku menggantikan suster. Aku sudah sampai di tepi tempat tidur."Sayang, ayo pindah ke tempat tidur..." Randi pindah posisi disebelahku persis. Aku sama sekali tidak berani menatap wajahnya, jelas saja ekspektasiku mengatakan ia kecewa sebesar-besarnya."Aku bisa sendiri!" Sedikit bentakan dengan penolakan untaian tangan Randi sudah menjadi jawaban atas kegundahanku saat ini.Aku kehilangan semuanya bahkan harapan tetap hidup.****"Randi bisa ngobrol keluar sebentar?" Aku mendengar jelas tante Alexa mengajak Randi untuk membicarakan kondisiku. Aku tidak bergeming, karna saat ini, aku hanya bisa nangis meratapi nasib yang gak tau akan muara kemana.Randi berjalan pelan meninggalkanku, begitu juga tante

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 22 Mandul?

    "Ma, aku sudah sampe Jakarta nih...." Pria berkaos coklat ini menelfon ibundanya tepat disampingku sehingga jelas terdengar apa yang tengah mereka obrolin walaupun Randi tidak dalam mode loudspeaker dari ponselnya. "Iya ini, aku lagi nemenin Claire di rumah sakit, kan dia masuk rumah sakit Ma. Mama kesini ya..." Entah apa respon Airin, Randi langsung mematikan ponselnya. Matanya menatapku lagi dalam-dalam. "Sayang, aku minta kita periksa semuanya ya. Kamu tuh gak pernah loh drop kayak gini...." Ia membahas lagi dan membujukku agar mau untuk melakukan pemeriksaan secara penuh. "Mama mau datang?" Aku coba mengalihkan topik pembicaraan. "Katanya sih sekarang masih arisan di rumah temennya, mungkin nanti atau besok dia baru bisa datang. Kan kamu ada aku juga disini, ada tante Alexa sama tante Asha juga. Gak apa-apa kan?" Ia bertanya kepadaku yang padahal sudah jelas aku tahu kalo Airin tidak mungkin mau melihatku. "Sayang, pemeriksaan mau ya?" Ia tetap bisa memutar topik lagi. "Iya

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 21 Permohonan Cle

    "Claire, Randi sudah tau?" Mba Asha yang sedari tadi menemaniku disini bersama tante Alexa pun ikut khawatir dengan kondisi, meskipun jelas ucapan dokter tadi menyatakan aku hanya karna kelelahan saja. "Sudah Mba. Duh si Arsy gak boleh tau nih, gimana caranya ya...." "Coba nanti aku ngobrol sama Arsy deh, dia gak boleh tau hubungan kamu sama Randi. Ya apapun itu alasannya, orang lain diluar keluarga inti kita gak boleh tau." Mba Asha menekankan kalimat yang sama berulang kali. Ia tau persis resiko yang akan aku tanggung jika saja pernikahanku terkuak ke publik. Ya, aku gak bisa apa-apa. Aku sedih pun rasanya sudah gak bisa, aku memilih jalan ini dan bagiku inilah konsekuensinya. "Sayang, sebenarnya ada apa sih? Kamu tuh dari kecil gak pernah yang namanya pingsan. Tante tau persis kondisi fisik kamu sekuat apa. Ini gak kayak kamu biasanya...." Setelah Asha pergi meninggalkanku untuk ngobrol bersama Arsy, inilah kesempatan tante Alexa untuk menanyakan secara detail apa yang sebenar

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 20 Memihak Airin

    "A... aku dimana....." Mataku terbuka pelan, terlihat samar-samar beberapa orang tengah mengelilingiku. "Claire......" "Sayang, kamu gak apa-apa kan? Apa yang sakit?" Wanita paruh baya yang menjadi sosok ibu penggantiku ini terlihat sangat khawatir dengan kondisiku. "Tante, apa yang terjadi?" Suaraku masih begitu pelan, tenagaku seolah masih kosong. Aku mengamati sekitarku. Tidak hanya wajah tante Alexa saja yang hadir, tetapi juga Arsy dan Mba Asha turut menemaniku disini. Aku melihat juga tangan kiriku yang tengah terinfus dan sedikit darah keluar di dalam selangnya. Tali oksigen yang masih terpasang di hidungku jelas saja ini membuatku susah bicara. "Kamu jangan mikirin apa-apa dulu ya. Sekarang kamu harus sembuh dulu...." Alexa mengusap kepalaku beberapa kali. Aku masih terus bertanya di dalam hati, apa yang terjadi sama tubuh ini. Rasanya gak mungkin kalo hanya masalah nangis bisa sampai membuatku pingsan. Mungkin karn

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status