Home / Thriller / Malapetaka Cinta Claire / Part 9 Pesta Konglomerat

Share

Part 9 Pesta Konglomerat

Author: Allena Sari
last update Last Updated: 2023-08-26 08:18:44

Tepat pukul 17.58 aku sampai di depan gerbang rumah mewah konglomerat yang kini sudah menjadi rumahku juga.

"Non, cepat masuk ya, daritadi ibu sudah ngomel-ngomel...." Ucap satpam yang masih belum kuketahui juga namanya karena di rumah ini beneran interaksiku sangat dibatasi.

"I...iya Pak, terima kasih..." Aku langsung bergegas lari agar bisa cepat masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum...." Aku perlahan membuka pintu kayu dengan ornamen ukiran kayu sebagai penghiasnya.

"Mepet banget ya, untung gak sampai terlambat. Sana naik ke atas kamu!" Mama mertuaku sudah mengenakan setelan blouse biru dengan rok setengah lututnya. Sementara Roger mengenakan setelan kemeja batik yang sudah jelas dari kelihatannya saja terlihat mahal.

"Aku perlu bantu-bantu, Ma?" 

"Gak perlu. Masuk aja ke dalam kamar, gak usah keluar-keluar. Paham?" Perintahnya.

Aku mengangguk pelan, dan berjalan melintasi satu per satu anak tangga hingga sampai di depan kamarku.

"Huft cukup lega sudah sampai sini...." Batinku yang menghelakan nafas. Rasanya berhadapan dengan Airin sama seperti berhadapan dengan dosen penguji ketika sidang skripsi, galak. 

Aku membuka pintu kamar secara perlahan dan memasukinya dengan target langsung menuju ke atas ranjang tidur.

"Kring... kring.... kring...."

"Siapa yang nelfon maghrib gini..." Desisku.

Aku merogoh tas selempangku, mencari keberadaan ponsel sekaligus sumber suara dan getarannya dari dalam tas.

"Arsy....." Aku bergumam.

"Halo..." Sapaku sembari meletakkan ponsel ini ditelinga kanan.

"Kamu udah di rumah?"

"Iya sudah, kenapa?" Jawabku singkat.

"Gak ada sih, mau ngobrol aja. Boleh gak Claire? Udah lama banget kita gak ngobrol..." Serunya.

Terang saja, ini membuatku sedikit tidak nyaman, karena rasanya seolah mengkhianati Randi. Meskipun aku sama sekali tidak merasa selingkuh saat ini.

"Mau ngobrolin apa?" 

"Kamu apa kabar?" Tanyanya yang sudah jelas-jelas ia sendiri pun tahu akan jawabanku.

"Baik. Hmm tapi maaf banget Ar. Sekarang gue lagi ada acara keluarga, mungkin bisa diagendakan lagi aja ya ngobrolnya. Maaf banget nih..." Aku langsung mengambil alih pembicaraan. Aku tidak ingin obrolan ini melebar, sebab aku tau ia masih terus ada di zona penasaran dan inginkan diriku. Kali ini cukup percaya diri aku mengungkapkannya.

Ia menyetujuinya dan aku langsung menutup ponselku. Selang dua menit dari putusnya sambungan telepon, aku mendengar suara musik seolah tempat dugem dari lantai bawah.

"Arisan atau acara apa sih ini...." Batinku.

Mungkin satu-satunya orang yang bisa aku tanya dan menjawab rasa penasaranku adalah Randi. Aku langsung menghubungi Randi yang saat ini pasti masih sibuk dengan urusan kantornya.

"Halo sayang, sudah di rumah?"

"Sudah ini. Kamu dimana?" Tanyaku balik.

"Ini di cafe sih, lagi siapin dokumen untuk pembahasan ke Bali sama Arsy."

"Disana sama Arsy juga?" 

"Iya nih, tadi orangnya ke toilet dulu katanya..." Ungkap Randi.

"Gila, dia bisa hubungi gue di depan suami gue..." Batinku.

"Kenapa sayang?"

"Mas, jam berapa pulangnya? Acara di rumah kayaknya sudah mau mulai ini..." 

"Mungkin after acara selesai aja aku pulangnya. Soalnya kalo party gitu entar dijodoh-jodohin, pusing akunya..." 

"M...maksud Mas?" Aku tidak lagi ingin overthinking sekarang. Sehingga ku biarkan ia menjelaskan secara detail apa maksud ucapannya.

"Pesta itu biasa kan tamu undangan yaa pengusaha dan pembisnis juga, nah seringkali mereka tuh ngajak mama papa buat jodohin aku sama anaknya..."

"Tapi kan Mas bisa nolak karena sekarang udah punya istri..." Jawabku langsung.

"Iya, tapikan kita belum bisa umumin pernikahan kita, sayang. Jadi ya aku menghindari acara-acara seperti itu dulu deh..."

"Oh ya sudah, hati-hati ya nanti pulangnya.." Aku langsung menutup ponselku.

"Huft, dia sebagai pria sama sekali gak bisa tegas dan gak bisa berjuang untukku..." Setelah menikah, satu hal ini yang baru aku sadarin. Tapi mungkin juga ini sudah merupakan bagian dari takdirku.

Jam terus berputar, dan suasana di bawah semakin kalut dengan musik yang sudah semakin tidak terkontrol. Entah gak tau apa yang sedang dilakukan di bawah, tapi justru membuatku sedikit penasaran juga. 

"Gue pengen ngintip apa yang terjadi, tapi kalo gue ketahuan gimana..." Pikiranku terus bergejolak tapi di satu sisi ingin melihat apa yang sebetulnya sedang terjadi dibawah, dan seperti apa acara arisan keluarga konglomerat ini.

"Pelan-pelan aja, dan jangan sampai ketahuan Claire...." Tekadku sembari membuka pintu perlahan.

Dari depan pintu kamarku saja, sudah jelas pantulan lampu khas diskotik tengah menyala, dengan iringan musik yang begitu keras seperti ingin memekakkan telinga.

"Ini bukan acara arisan biasa...." Batinku.

Aku jalan mengendap-endap, memastikan di lantai dua ini tidak ada seorangpun naik, karena kata Airin mereka hanya menggunakan lantai satu untuk arisan ini.

Aku terus berjalan pelan, sampailah di sudut dekat balkon yang bisa langsung melihat aktivitas dari atas menuju ke bawah. Betul saja, sudah ada empat lampu diskotik dengan 4 speaker yang besar untuk memeriahkan malam ini. Jelas juga dari pandanganku, tamu yang hadir dari kelas atas, karena kebanyakan dari mereka menggunakan tas mewah yang harga satu tasnya saja ratusan juta.

Untuk konsep arisannya juga seperti sudah menggunakan paket event organizer, karena para pelayan yang berlalu lalang di bawah mengenakan seragam dan konsep makanannya pun ala western.

"Gila, ternyata seperti ini cara orang kaya menikmati dan menghabiskan uang...." Batinku.

Aku masih terus mengamati dari atas tentang kegiatan malam ini. Mataku mencari sosok tuan rumah, Airin yang seharusnya menjadi pusat perhatian tamu karena dia adalah yang punya rumah.

Mataku melirik ke kanan, ke kiri dan bahkan seantero ruangan, hingga sampai mataku dan matanya tanpa sengaja bertatapan. Ia melihatku seolah target empuk yang siap ia terkam. Matanya merah, wajahnya bengis melihatku penuh dengan ketidaksukaan.

Tangannya menunjukku dan menyaratkan agar aku segera pergi dari lokasi pengamatanku. 

"Kakak ngapain disini? Kenapa gak ke bawah aja...." tiba-tiba suara yang begitu dekat ini menghampiriku dan tanganku ditarik olehnya.

"Eh eh kamu siapa?" Aku menoleh ke bawah, melihat seorang anak kecil laki-laki tengah menarik tanganku mengajakku untuk ikut turun bersamanya, lantas aku segera menahan diri.

"Kakak ngapain disini? Tersesat ya? Di sana kak pestanya bukan diatas.. Entar kalo kakak terlihat dengan tante Airin bisa diomelin loh...." Anak laki-laki yang begitu manis ini mungkin masih berusia 6 tahun, entah gak tau ada hubungan apa sama Airin tapi yang jelas kini keberadaanku sudah mulai diketahui.

"Oh oh enggak kok. Kakak mau disini aja, soalnya dibawah rame banget, kepalanya jadi pusing. Nama kamu siapa?" Aku coba menjelaskan dengan kalimat baik agar anak kecil ini tidak berpikir aneh-aneh.

"Oh oke, kirain tadi kakak tersesat. Aku Rafael, keponakannya tante Airin. Kakak namanya siapa?" Pria kecil ini begitu manis dan baik.

"A...aku namanya.."

"Kring... kring..."

Telfonku berdering kembali, dan aku melirik nama yang menelfon tersebut bertuliskan Airin.

"Mampus gue...." Bisikku dalam hati.

Sementara Rafael masih menungguku untuk menjawab pertanyaannya.

"A.. aku Risa...." 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 28 Fakta Kecelakaan Orang Tua

    Aku memasuki mobil Randi dengan penuh pertanyaan, mengapa tante Sophia menyebutkan tentang kematian orang tuaku, bukankah sudah jelas mereka kecelakaan? "Claire, pakai seatbeltnya. Kamu kenapa bengong gini?" Randi seolah memperhatikanku dari tadi."Eh maaf..." Tanganku langsung mencari sabuk pengaman itu dan langsung ku tancapkan di penutupnya."Kamu mikirin apa? Harusnya kamu senang dong karna kita mau keluar dari rumah sekarang...""Tante Sophia tadi menyebut tentang orang tuaku...." "Astaga Claire, udah ah jangan dipikirin. Lagian kematian orang tua kamu kan juga sudah lama, apalagi yang mau dibahas?" Randi di sisi yang berbeda dariku.Aku diam, mengabaikan komentarnya."Udah pokoknya kamu jangan mikirin apapun. Aku berjuang sejauh ini untuk kamu...." Tambahnya lagi.Ia mulai menancapkan mobil dari balik basement ini menuju gerbang tinggi yang menutupi rumah megahnya. "Den, maaf gak boleh keluar...." Cegah dua orang satpam yang berada di depan gerbang menghentikan laju mobil kam

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 27 Keluar Rumah

    "Cle, kamu mau nurut sama aku gak kali ini?" Randi perlahan mendekatiku yang sedang kalut atas paksaan dan rampasan hidup yang dibuat oleh Airin."Mau apa lagi, Mas? Rasanya semua hal yang aku lakuin juga sia-sia. Mama kamu tetap ingin kita cerai. Dengan kamu narik aku kesini, cuma untuk ngulur waktu aja kan? Karena faktanya yang diinginkan mama kamu tuh tetap saja bukan aku...." Aku coba mewaraskan semua hal yang ada di hadapanku. Rasanya air mata pun sudah gak sanggup lagi menetes."Kali ini aja, sayang. Kamu mohon mohon sama mama buat batalin semua keinginannya. Aku juga bakal ngelakuin hal yang sama....""Mas......" Aku mendongakkan kepalaku, sorotan mata kami saling bertemu."Tolong kali ini aja.. Aku mau mempertahankan kita, Claire, dan aku harap kamu juga punya hasrat yang sama....""Gak ada jaminan hati mama terketuk, Mas. Semuanya bakal sia-sia aja...." Aku sudah sampai di titik nyerahku. Rasanya sekarang jika boleh langsung Randi menalakku, aku langsung menerimanya. Luka bat

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 26 Harus Berpisah?

    "Aku udah gak sanggup Ran setiap hari berhadapan dengan berbagai ucapan dari mama kamu..." Aku terisak nangis, seolah semua hal yang ku lakukan selalu salah di matanya."Ya jangan nyerah dong. Katanya kamu cinta sama aku, umur pernikahan kita juga baru banget Cle. Tolong bertahanlah demi kita..." Randi menurunkan egonya."Gimana bisa" aku bertahan, aku tuh udah gak diterima sama keluarga kamu, dan gak akan mungkin diterima...." "Sejak awal juga kan kamu tau gimana kerasnya mereka. Tapi apa, komitmen kamu di awal kan bakal bisa hadapin mereka apapun yang terjadi, kan?" Randi coba menguatkan hatiku yang sudah terlanjur kecewa dan patah dengan perbuatan kedua orang tuanya. Mereka betul-betul menginjak harga diriku di depan koleganya."Kesehatan mental aku yang terganggu kalo terus ada di rumah ini Ran. Mereka selalu bandingin aku dengan Natalie. Siapa sih memangnya Natalie? Kamu sama sekali gak pernah bahas tentang perempuan itu...""Ya karna gak penting, untuk apa aku bahas, sayang?" R

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 25 Pengakuan di depan Sosialita

    "Aku sudah coba untuk ngobrol dengan mama tapi dia terus menolak apa yang udah aku pertahankan Claire..." "Terus? Kamu nyerah?" Jujur aja aku sudah gak punya tenaga bahkan untuk bicara kepada Randi sedikitpun."Gak, aku gak nyerah. Aku lagi berusaha untuk ambil hati mama buat kamu. Kamu bisa bantu aku juga?" "Bantu yang kaya gimana lagi? Aku harus apalagi supaya dapat hati mama kamu Ran...." "Saranku sih kamu coba berhenti kerja dan full time di rumah supaya sering bagi waktu untuk mama dan papa..." Ucapnya tanpa peduli dengan pertimbangan apapun."Kamu gak salah?" Aku masih coba bertahan untuk tidak mengumbar amarahku di depannya. Aku masih melihat seberapa pantas aku diperjuangkan olehnya."Ya enggak dong sayang. Kita coba satu per satu caranya supaya kamu tuh bisa akrab sama mama. Bisa kan?" "Tapi aku gak tau harus apa kalo di rumah tuh Ran..." Aku mendengus kesal."Ya kamu pasti bisa lah, browsing dulu aja caranya gimana entar di rumah kan tinggal kamu terapin aja. Pasti deh m

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 24 Gugatan Airin

    "Pa, coba bilangin deh sama si Randi anak kesayangan kamu itu..." Airin ngedumel tak henti-hentinya."Papa juga sudah susah bilanginnya, bahkan kamu juga tau dia masih berani nikahin wanita itu padahal aku lagi serangan..." Roger pun ikut dalam obrolan bersama Airin."Lagian, dia mau apalagi sih dari wanita itu? Cantik? Ya masih banyak wanita lain yang jauh lebih cantik. Pinter? Ya kalo dia pinter mah gak mungkin jadi bawahan gitu. Keturunan? Ya mana bisa hasilnya aja udah jelas-jelas dia mandul, gimana bisa punya keturunan. Yang ada nih ya Pa, kalo sampe orang lain tau udah kita bakal kena malu banget seumur hidup..." Airin terus memanas-manasin Roger. Sebab ia tau suaminya akan lebih cepat bertindak jika dikasih sumbu api dulu untuk meledakkan emosinya.Roger wajahnya sudah merah padam, gempalan di tangannya sudah jelas bahwa ia tidak ingin kejadian yang telah disebutin Airin menjadi kenyataan. Terlebih ia paling benci jika direndahkan oleh orang lain. Dia sangat membencinya."Tapi,

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 23 Frustasi

    Tatapanku kosong, pikiranku entah campur aduk semuanya. Fokusku tidak lagi tentang orang-orang disekitarku."Claire, kenapa? Randi ada apa?" Tante Alexa yang kian melihat tubuhku terlunglai lemas di kursi roda tak kuasa menahan pertanyaannya pada suamiku.Randi masih mendorong kursi rodaku menggantikan suster. Aku sudah sampai di tepi tempat tidur."Sayang, ayo pindah ke tempat tidur..." Randi pindah posisi disebelahku persis. Aku sama sekali tidak berani menatap wajahnya, jelas saja ekspektasiku mengatakan ia kecewa sebesar-besarnya."Aku bisa sendiri!" Sedikit bentakan dengan penolakan untaian tangan Randi sudah menjadi jawaban atas kegundahanku saat ini.Aku kehilangan semuanya bahkan harapan tetap hidup.****"Randi bisa ngobrol keluar sebentar?" Aku mendengar jelas tante Alexa mengajak Randi untuk membicarakan kondisiku. Aku tidak bergeming, karna saat ini, aku hanya bisa nangis meratapi nasib yang gak tau akan muara kemana.Randi berjalan pelan meninggalkanku, begitu juga tante

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status