Share

Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali
Mantan Suami Ingin Cintaku Kembali
Author: Nona Enci

Bab 1 Aku Istrimu, Mas

Pukul dua belas siang.

"Pak Samuel pergi lagi?" tanyaku saat melihat ruangan milik Mas Samuel, suamiku kosong.

Reno selaku sekretaris suamiku langsung mengangguk lirih. "Betul, Bu. Pak Samuel pergi sebelum jam istirahat."

Reno membuka Ipad-nya lalu menunjukkan sesuatu kepadaku. "Ini foto saat saya mengantarkan Pak Samuel mengunjungi Bu Kinan. Mereka makan siang bersama."

Aku menatap miris ke tempat makan yang berada di atas meja kerja Mas Samuel. Ini ketiga kalinya masakanku seolah tak ada harga dirinya.

"Apa perlu saya telepon Pak Samuel bahwa Bu Serena menunggu di kantor?" tanya Reno seakan mengerti perasaanku.

Aku menggeleng keras. "Enggak. Gak perlu, Reno. Tolong jangan bilang ke Pak Samuel kalau hari ini saya datang ke kantor."

"Baik, Bu."

"Oh, ya, kamu sudah makan? Kalau belum, bekal ini buat kamu." Aku menyodorkan rantang tersebut dan Reno menerimanya dengan baik.

"Terima kasih, Bu."

Setelah tak ada yang bisa kulakukan lagi di kantor, aku memutuskan pergi dan pulang ke rumah. Untuk melampiaskan amarah, menyibukkan diri dengan mencoba berbagai hal adalah pelarianku. Kini, jam sudah menunjukkan pukul lima sore dan aku sudah beres membersihkan rumah, masak serta membuat brownis matcha kesukaanku.

Kudengar suara mobil masuk ke dalam garasi, tak lama dari itu pintu rumah terbuka lebar. Mas Samuel masuk ke dalam rumah, seperti biasa dia langsung menghampiriku, mengecup kening dan melonggarkan dasinya.

"Hari ini kamu keliatan beda, kenapa?" tanyanya.

Dia mengedarkan pandangan dan tertuju ke meja makan yang sudah terisi penuh. "Kamu masak?"

"Ada brownis juga. Kamu yang bikin?" Pergerakan Mas Samuel terhenti ketika pertanyaanku terlontar begitu saja.

“Seharian ini kamu pergi ke mana, Mas?” Aku sengaja mengabaikan pertanyaannya. Biarkan saja, biarkan pertanyaan dibalas pertanyaan.

Aku butuh penjelasan. Tentang foto tadi siang di mana Mas Samuel menyuapi makan buat Mbak Kinan atau kenapa selama ini dia menyembunyikan semuanya dariku? Aku melihat wajahnya, dia tampak ingin menjelaskan sesuatu, tetapi mulutnya kembali terkatup.

“Stop curiga yang berlebihan Serena.”

“Kenapa? Bukannya wajar kalau aku curiga kaya gini?” Aku menatapnya penuh arti. “Seharian ini kamu nemenin Mbak Kinan di rumah sakit ‘kan?”

Diamnya adalah jawaban. Aku mengerti akan kondisi yang menimpa Mbak Kinan. Depresi adalah penyakit serius yang tak boleh diabaikan oleh siapa pun. Namun, mereka sudah lama berpisah. Perempuan itu bukan lagi tanggung jawab suamiku.

Dan yang perlu kalian tahu, Mas Samuel dengan Mbak Kinan merupakan sahabat sedari kecil. Saat Mbak Kinan dinyatakan hamil, Mas Samuel lah orang pertama yang berani menikahi sahabatnya, kala itu pelaku yang menghamili Mbak Kinan tidak lain adalah pacarnya sendiri enggan bertanggung jawab.

Namun, saat usia pernikahan kami menginjak satu tahun, suamiku kembali menjadi pahlawan ketika Mbak Kinan mengalami gangguan kecemasan hingga berujung depresi ringan karena tekanan dari mantan pacarnya yang ingin mengambil hak asuh anak mereka.

“Saya di kantor. Saya gak ke mana-mana Serena.”

Aku tertegun mendengar jawabannya. “Kali ini yang ke berapa, Mas?” tanyaku lagi.

“Saya di kantor, Serena.” Mas Samuel kembali menegaskan.

Aku mengambil napas sebentar. “Aku rasa kita perlu jarak, Mas.”

Fakta Mbak Kinan adalah cinta pertama Mas Samuel membuatku makin terasa sakit. Cinta pria itu habis di masa lalu. Mungkin selamanya akan seperti itu. Denganku, Mas Samuel hanya melanjutkan hidupnya.

“Maksud kamu?”

“Tadi siang aku pergi ke kantor kamu Mas, tapi kamu gak ada di sana. Aku pikir kamu pergi karena ada urusan meeting di luar. Tapi tebakan aku salah. Kamu pergi ke rumah sakit dan nemuin Mbak Kinan di sana."

Aku menghela napas dalam-dalam. “Dari awal harusnya kamu jujur, Mas. Aku gak pernah larang kamu ketemu sama Mbak Kinan, tapi bukan dengan cara kamu diam-diam nemuin dia di belakang aku. Aku butuh jawab itu dari kamu."

“Segitu gak percayanya kamu sama saya?”

“Aku bukan gak mau percaya, tapi kamu yang gak pernah mau jujur, Mas.”

“Kejujuran aja gak akan buat kamu puas, Serena. Bahkan mau saya jelasin yang sebenarnya, belum tentu dapat kamu terima.”

“Aku bisa terima kalau pernyataan kamu masuk akal.” Aku menatap pilu ke arahnya. “Aku istri kamu, Mas. Tolong berhenti buat aku berpikir kalau kamu memang punya hubungan lebih dengan Mbak Kinan.”

Mas Samuel menegakkan tubuhnya. Mengikis jarak di antara kami. Belum saja menghindar, kedua tangannya sudah lebih dulu menahan pergerakanku.

“Saya gak mungkin berpaling dari kamu, Serena.” Dia berbisik tepat di telingaku.

Kalian ingin tahu? Aku dibuat tak berkutik olehnya. Sungguh, aku merinding sendiri. Dia malah mengendus bebas di area sana. Geli makin terasa.

“Saya suka aroma tubuh kamu.”

Gila, gila. Ini sungguh gila. Aku hampir mendesah! Pria itu bukan hanya mengendus, tetapi juga mengecup dan menggigit telingaku. Namun, tak berselang lama aku pun tersadar hingga mendorong tubuhnya, naasnya itu tak mudah.

“Kenapa?” tanya Mas Samuel sebab aku berani menghindar dari serangannya.

Aku melepaskan tangannya dari pinggangku. Mundur satu langkah. Kutatap wajahnya sebentar, lalu meninggalkannya dengan kebisuan yang pria itu ciptakan sendiri. Rasanya sakit, sesak. Aku tak sekuat itu. Pernikahan ini makin hari terlihat abu-abu. Aku bahkan sempat tak mengenali apa arti cinta di dalamnya.

“Kamu bisa gak si sedikit aja peduli sama pernikahan kita?” tanyaku tiba-tiba berbalik dengan mata yang sudah memerah.

“Gak bisa?” kataku lirih.

Miris. Kamu terlihat miris Serena. Apa yang perlu dipertahankan dari pernikahan penuh kepura-puraan ini? Tidak ada. Kamu hanya menyiksa diri sendiri. Ya, apalagi yang kuharapkan? Semuanya, makin tak terlihat.

“Apa yang gak aku punya dari Mbak Kinan?”

Tidak ada jawaban. Lagi, ku lontarkan pertanyaan yang berbeda.

“Kenapa kamu bisa sepeduli itu sama dia, Mas?”

Kutatap matanya dalam-dalam. “Secinta itu kamu sama Mbak Kinan?”

“Serena .... “

Aku melangkah mundur, menjauh. “Gak ada yang perlu dipertahankan dari pernikahan ini, Mas.”

Tanpa pikir panjang, Mas Samuel malah mendekat dan mencium bibirku dengan rakus. Aku dapat merasakan emosinya. Namun, itu bukan ciuman penuh cinta, tetapi ciuman penuh emosi yang menyakitkan.

“Mmph—lepas!”

Napas kami memburu setelah ciuman panas itu selesai. Aku yang lebih dulu mengakhiri ciuman tersebut.

“Saya lebih suka kita memperbaikinya, daripada mengakhirinya, Serena.”

Dia memandangku lekat. Mengusap lembut area pipiku yang sudah basah dan tangan berakhir di bibirku. “Saya hanya perlu meyakinkan kamu.”

Aku menggeleng keras dengan sakit yang makin terasa jelas. Sengaja tubuhku sedikit menjauh darinya.

“Kamu gak mungkin mengkhianati pernikahan kita ‘kan, Mas?” tanyaku pilu.

Dia berusaha menggapai tanganku. “Serena .... “

“Tolong jawab aku, Mas,” lirihku menahan sesak di dalam sana.

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Imamah Nur
Samuel-Samuel, tidak bisa melepaskan istri tapi tidak bisa melepaskan sahabat plus mantan. Jangan bilang kamu ingin mendua
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status