Share

Bertemu perempuan tukang selingkuh

Sejak bertemu Ratna waktu itu di kafe, membuat pikiran Mira tak tenang. Tuduhan Bagas padanya, ingin dimentahkannya, bukan dya yang berselingkuh tapi keluarganyalah tukang selingkuh!

Pagi ini untuk menghilangkan suntuk, Mira pergi ke taman di mana dia bertemu dengan Damar.

Suasana cukup ramai di Minggu  pagi yang cerah, banyak anak kecil yang bermain begitu juga anak anak muda yang sedang duduk dan bermain gadget saja.

Mira memilih duduk dibawah pohon Mahoni yang cukup rindang, membuatnya cukup nyaman. Pandangannya diedarkan ke sekeliling, dan tertumbuk pada dua gadis kecil yang sedang bermain.

Mira ikut tersenyum melihat kelucuan mereka, sedikit menghibur hatinya yang sedang gundah.

"Mbak Ratna...." gumam Mira saat pandangannya terpaku pada satu sosok yang sedang duduk sendirian dikurai taman.

"Sedang apa dia disini!? Bukankah seharusnya menemani Mas Ramlan? Apa mungkin sedang menunggu seseorang?" 

Mira masih menatap lekat sosok yang dikenalnya itu dari kejauhan, memperhatikan setiap gerak geriknya.

Dan tak berapa lama, terkejutlah Mira saat mengetahui siapa yang sedang ditunggu kakak iparnya itu.

"Ternyata dia sedang menunggu seseorang, sungguh perempuan licik!" ucap Mira dalam hati.

Wanita itu meraih ponsel di tasnya, lalu mengambil gambar tanpa sepengetahuan kakak iparnya itu.

Bibir Mira tersenyum, dengan adanya bukti tersebut cukup membungkam mulut kakak iparnya itu.

"Ternyata kau memang type perempuan tak setia, kasihan Mas Ramlan hanya di poroti hartanya saja," keluh Mira dalam hati.

Mira masih saja mengawasi kakak iparnya itu, dan tanpa disadarinya seseorang memperhatikannya dari belakang.

"Hayo, sedang melihat apa? Serius banget," terdengar suara seorang laki laki dan cukup mengagetkan Mira.

"Eh Damar!? Sejak kapan kamu dibelakangku?" tanya Mira kaget karena tak percaya jika Damar memperhatikannya dari tadi.

"Sudah dari tadi, lihat apa sih serius banget?" 

"Itu!" sahut Mira sambil menunjuk satu arah.

"Itu kakak iparmu kan? Ada yang aneh menurutmu!?" kembali Damar bertanya pada Mira.

"Dia bersama seorang laki laki dan bukan suaminya, tapi laki laki lain," jawab Mira lirih.

"Jangan dilihat, takutnya nanti ketahuan kamu sedang mengawasinya," tutur Damar lalu laki laki itu duduk disamping Mira namun sedikit menjauh.

"Kenapa menjauh? Takut terkena penyakit menular ya?" seloroh Mira.

"Bukan begitu, terasa gak nyaman jika berdekatan nanti timbul fitnah. Kita juga yang rugi bukan?" 

"Betul juga, kita berduaan saja kemarin sudah jadi fitnah apalagi duduk berdekatan. Oya, darimana kamu tahu aku ada disini?":

"Aku tadi tanpa sengaja kemari untuk melepas suntuk di rumah, eh gak tahunya dari kejauhan aku melihatmu sedang duduk menyendiri. Ya, aku samperin, ternyata benar kamu," sahut Damar.

"Kok sepertinya hafal sama aku, padahal sudah beberapa tahun kita gak bertemu lho."

"Rambut panjang dan postur tubuhmu gak banyak berubah, dari belakang saja aku sudah bisa memastikan jika itu kamu," jawab Damar.

"Terlalu yakin, bagaimana jika keliru?" ucap Mira mencibir.

"Ya tinggal minta maaf saja, beres bukan?" ujar Damar sambil tergelak.

"Ha... ha.... betul juga katamu, asal jangan keliru nenek nenek saja."

"Tak apa asal neneknya secantik kamu, tak masalah buatku!" 

"Huh dasar Playboy!" canda Mira, dan dibalas tawa Damar.

"Aku merasa hampa sejak kehilanganmu, dan mencoba menjadi setia setelah menikah dengan istriku. Bahkan hingga hari ini, aku masih setia pada almarhum istriku namun entah nanti semakin seringnya kita bertemu," ujar Damar sambil berkedip.

"Hah!? Maksudmu, penyakit playboymu kambuh lagi begitu!?" Mira mendelik tanda heran.

"Bukan begitu maksudku Mira, kok tiba tiba berubah gitu? Maksudku, aku berubah untuk kembali menginginkan berumah tangga. Entah dengan siapa nanti, bisa juga denganmu...." Damar mulai mengeluarkan jurus mautnya.

"Begitu kok setia, setia itu dibawa mati. Bukan dibawa menikah lagi!" 

"Lho, apa salahnya jika menikah lagi!? Daripada jajan gak jelas, jadi penyakit bukankah lebih baik menikah lagi. Betul tidak!?" 

"Iyalah, sesukamu! Yang penting jangan buat mainan saja!"

"Ha... ha....jangan berpikiran seperti itu padaku Mira, aku benar benar sudah melupakan kenakalanku yang dulu. Aku ingin berubah dan menemukan bidadari yang menemaniku hingga akhir nanti," tutur Damar.

Tatapan laki laki itu begitu teduh dan membuat Mira tertegun, ada perasaan jengah saat menatapnya. Wanita itu menunduk tak berani memandang Damar terlalu lama, takut terhipnotis tatapan matanya.

"Kenapa Mira?" tanya Damar heran.

"Entah kenapa aku merasa aneh saat ada di dekatmu, tatapan matamu itu membuat dadaku berdegup kencang," jawab Mira malu.

"Hah!? Benarkah!? Kamu masih bisa merasakan itu semua? Berarti kamu masih normal Mira!" 

"Maksudmu!? Kamu pikir aku sudah gila!? Begitu!? Biarpun aku di selingkuhin suamiku, tapi aku masih waras Damar. Enak saja kamu bilang aku normal, ya tentu saja!" 

"Ha... ha.... ada yang marah nih! Tambah cantik saja!" puji Damar.

Bukan hanya sekedar basa basi, tapi memang benar jika Mira memang masih sangat cantik.

"K-kau disini juga!? Sedang memata mataiku ya!?" suara perempuan di depan Mira cukup membuat wanita itu terperangah mendengarnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status