Share

Part 8 -- Care or? ....

Pada pagi harinya, Hera sangat terkejut melihat Dante yang tiba-tiba sudah tertidur pulas di sampingnya, dan yang lebih membuat Hera kaget adalah ... Dante yang tidur sambil memeluknya, iya, Hera terbangun dipelukan seorang Dante.

Padahal semalam, Dante bilang akan tidur di kamar yang lain, dan Hera merasa sangat tidak keberatan akan itu, ia malah merasa bersyukur. Persetan dengan makhluk tak kasat mata di rumah ini, yang penting tidak tidur di ranjang yang sama lagi dengan Kim Dante.

Tapi faktanya? Dante malah mengingkari ucapannya, bikin Hera ingin memaki-maki saja di pagi hari yang cerah ini.

"Brengsek, sudah tidak punya sopan santun, ternyata juga tidak bisa dipercaya, tukang ingkar janji," sindirnya, lalu berusaha melepaskan diri dari pelukan erat Dante.

"Ya, Kim Dante. Lepaskan aku!" ucapnya lalu memukul pelan pundak Dante.

Dante hanya membalas dengan mempoutkan bibirnya, tapi tidak melepaskan pelukannya pada Hera.

"Dante, kau mau aku pukul sampai babak belur, ya? Biar di lepaskan?" ancam Hera, "kau tahu, kau itu menjijikan? Jadi, cepat lepaskan aku. Aku tidak mau ketularan virus menjijikan mu itu," makinya.

Tidak ada respon apapun dari Dante, bikin Hera tambah kesal saja. Tidak ada cara lain, Hera pun menggigit tangan Dante sekencang-kencangnya. Si empunya tangan, langsung terperanjat, dan melepaskan pelukan mereka, lalu kemudian memekik kesakitan.

"Mampus." Melihat kesempatan itu, Hera langsung melarikan diri.

"Shit!" maki Dante. Pria itu kini menarik napas panjang, dan pelan,mencoba mengatur emosinya, dan tekanan darahnya yang meninggi.

"Menjijikkan," ucap Hera sambil menepuk-nepuk tubuhnya--bekas pelukan Dante. "Sepertinya, aku harus mandi kembang, agar bisa menyucikan tubuhku lagi," lanjutnya, dan ingin menuju toilet--menyuci muka, dan menggosok gigi.

"Sialan," maki Dante pelan.

.

.

.

Setelah membersihkan diri sedikit, Hera lalu berjalan ke dapur, untuk membuatkan sarapan. Lebih tepatnya sarapan untuk dirinya sendiri. Menu pagi ini adalah, nasi goreng spesial, resep dari Ibunya, salah satu makanan kesukaannya juga setelah sup seafood.

"Ayo mulai memasak~" Hera meregangkan otot-otot jarinya, dan kemudian menguncir ke atas rambutnya, agar tidak mengganggu saat proses memasak nanti. Mewanti-wanti juga agar tidak ada satu helai pun rambut yang masuk ke makanannya.

Ia mulai dengan menyuci lalu memotong bawang, cabai, dan segala macamnya untuk toping nanti. Setelahnya, menghidupkan kompor, dan menghangatkan minyak, setelah hangat ia pun kemudian, mengambil nasi seukuran porsinya sendiri, lalu kemudian menumisnya, dan memasukkan bumbu yang sudah di siapkan nya tadi.

Aroma wangi dari masakan Hera, mengundang Dante untuk mendekat dan seketika membuatnya jadi sangat lapar.

Nasi goreng buatan Hera terlihat sangat menggugah selera, apalagi ternyata nasi goreng juga makanan nomor satu di hati nya.

"Hmm ... wangi sekali," ucapnya yang sudah berdiri di belakang Hera. Gadis itu sedikit kaget,karena lagi-lagi jaraknya dan Dante hanya sekitar lima senti meter.

"Hey, kau mau apa? Ini makanan punyaku, enak saja kau!" sahut Hera setelah melihat Dante sudah mengambil alat makan.

Dante yang mendengar itu, seketika berhenti dari kegiatannya, mukanya cemberut, "kau hanya memasak untuk dirimu sendiri? Jahat sekali kau, ingin menjadi istri durhaka, hah?" ucapnya, dengan ekspresi yang dibuat seperti ingin menangis.

"Punya tubuh yang sehat, dan tangan yang lengkap, 'kan? Buat saja sendiri." Hera tidak peduli, lalu mengambil alat makan untuknya, dan memakan nasi goreng itu dengan penuh kesombongan di depan Dante.

"Tidak punya perasaan," katanya, lalu Dante pun memulai memasak nasi gorengnya sendiri.

Hera hanya tersenyum penuh kemenangan, tumben sekali Dante yang keras kepala ini mau menurutinya, seperti mendapatkan anugerah saja. Bukannya Hera terharu, justru ia malah merasa janggal. Tak mau ambil pusing, Hera berusaha bodo amat dengan itu.

Selesai makan, Hera pun bangkit untuk menyuci piring kotor bekas nya tadi, dan kebetulan juga masakan Dante sudah siap.

"Sudah selesai, makannya?" tanyanya.

"Tidak lihat kalau aku sudah selesai makan?" balasnya tak ramah.

"Lihat, kok, aku cuma mau nawar saja. Siapa tahu kau masih lapar, itu nasi gorengnya ada sisa sedikit, kau makan, ya?"

Hera mengerutkan keningnya, "kau mau kasih aku makanan sisa? Kau kira aku kucing, hah?!" katanya, tidak terima.

"Bukan begitu maksudku, Sayang. Itu bukan makanan sisa, tapi memang sengaja ku lebihkan, karena ku pikir porsi makanmu sedikit sekali, kau pasti belum kenyang."

"Makan ku memang segini, lagian aku juga lagi mau diet."

"Diet apanya? Badan kurus begitu, mau dietin apa lagi? Mengecilkan semua tulangmu, begitu?" sindirnya.

"Apa perlu mu? Ini 'kan tubuh ku, kenapa kau yang sewot?" Hera pergi ke tempat cuci piring, dan membasuhnya.

"Kau ini, tidak boleh 'kah suami mu ini peduli pada mu?" ucap Dante, sambil memakan nasi goreng milik nya.

'cih, sok peduli sekali'

"Aneh sekali rasanya, saat kau seperti mulai memperhatikan ku, tidak ada udang di balik 'kan?" Hera melihat Dante dengan tatapan curiga, sangat tidak percaya dengan topeng yang di perlihatkan Dante saat ini.

'ck, susah sekali melemahkan wanita ini, dan membuatnya patuh padaku, menyebalkan.'

"Ku harap, sekali ini saja kau melihat ketulusan ku, aku benar-benar tidak berniat atau merencanakan hal licik padamu, Kim Hera."

Deg ....

Entah mengapa, mendengar Dante yang menukar marga-nya, membuat serangan kecil di jantungnya.

Apa itu? 'Kim' Hera? Eoh, nama-nya Lee Hera! Sembarangan saja!

"Lee Hera. Marga ku Lee, bukan Kim," koreksinya.

"Dulu, sebelum aku menikahi mu, kalau sekarang 'kan kau istriku, wajib bagi mu untuk mengikuti marga suamimu."

Ucapan Dante, seperti membawa dampak berbahaya bagi kesehatan jantung Hera. Buktinya, jantung Hera berdetak dua ... bukan, mungkin tiga kali lipat dari biasa nya?

Namun, Hera tidak akan menanggapinya terlalu serius, karena ia tahu, pria semacam Dante ini tidak benar-benar menganggap serius dengan semua ucapannya. Apalagi sikapnya hari ini yang tiba-tiba saja sangat baik kepada Hera, sudah seperti kerasukan setan baik saja.

"Bullshit."

"Oh, ya, sore nanti kau ada kegiatan?"

"Tidak. Kenapa? Ada masalah?"

"Aku hanya ingin mengajak mu berjalan-jalan, mengelilingi kota, ku pikir, setelah seminggu semenjak kita menikah, tidak sehari pun kita menghabiskan waktu bersama. Ada nya cuma bertengkar terus, kau tidak bosan, apa?"

"Owh ... jadi, secara tidak langsung kau mengajak ku kencan, ya? Wow, romantis sekali Suami ku ini," sarkas Hera.

"Terserah apa yang kau pikirkan tentang ku, tapi percayalah ... aku tidak seperti apa yang kau pikirkan sekarang."

"Memang nya apa yang ku pikirkan sekarang?"

"Kau berpikir jika aku kan mengapa-apa kan dirimu, 'kan?"

"Kim Dante, kau itu sotoy sekali, ya." Hera memutar bola matanya, malas.

"Sotoy? Itu apa? Sejenis makanan baru, 'kah?" tanya nya, kebingungan. Karena baru pertama kali ini dia mendengar kosakata begitu.

"Sok tahu sekali kau!" sergak nya, "sudahlah, aku sedang tidak mau bertengkar, dan yeah ... aku juga bosan cuma tinggal di rumah berhantu ini, jadi, aku menerima tawaranmu," jelas nya.

Dalam hati, Dante bersorak gembira. Akhirnya, satu langkah maju.

"Terima kasih, Tuan Putri. Sudah menerima ajakan, Pangeran," katanya, lalu menunduk sedikit, sebagai bentuk penghormatan.

"Cih, aku memang Tuan Putri," balasnya, dengan tingkat percaya diri yang tinggi.

Sepertinya, dua orang itu tidak ada beda nya. Sama-sama keras kepala, punya tingkat kepercayaan diri yang tinggi, gila, sinting, dan sangat suka saat di puji. Hanya saja yang membedakan, Hera tidak menyadari jika diri nya sama saja dengan Kim Dante, ya walaupun, Hera tidak brengsek seperti Dante.

Beda lagi dengan Dante, ia sangat menyadari sikap tidak tahu malu nya itu, bahkan ia sangat membangga-banggakan sikap nya yang di anggap keren.

Pantas saja mereka menikah, ya meskipun harus di namakan sebagai Marriage Contract atau Pernikahan Kontrak, karena mereka menikah didasari dengan sama-sama ingin mendapatkan keuntungan.

"Ngomong-ngomong, Tuan Putri ingin jalan-jalan ke mana?" tanya Dante, yang kini telah selesai memakan sarapannya.

"Hmm ... bagaimana jika kita ke Taman Bermain?" sarannya.

"Sepertinya, hari ini sedikit panas. Nanti kita akan gerah jika bermain di sana, aku alergi panas," tolak Dante.

"Lalu, kita berburu makanan saja, bagaimana?"

"Kau bilang, sedang ingin diet. Ku pikir itu sedikit buruk bagimu."

"Benar juga, bagaimana ke mall saja?"

"Kau yakin? Memangnya kau mau beli apa?"

"Tidak ada. Hanya ingin melihat-lihat saja, tapi jika kau ingin membelikan ku--"

"Baiklah, kita ke Taman Bermain," final Dante. Ia tidak ingin ke Mall, karena mungkin saja Hera akan membeli banyak barang mahal dan membayar nya dengan kartu kredit Dante, lebih tepatnya tidak ingin mengambil resiko atas dompet nya.

"Ya! Kau bilang tadi, kau alergi panas?! Benar-benar tidak bisa dipercaya! Sudah susah-susah mencarikan tempat lain, tapi malah memilih tempat yang pertama."

"Aku hanya bercanda. Jadi, kau tidak mau ke sana?"

"Cuih, ya, aku mau lah!"

"Makanya jangan banyak protes."

'kan benar apa kata Hera, jangan mempercayai tipe-tipe pria buaya seperti Dante contohnya, jika kau tidak ingin patah hati, maka pilih lah pria yang benar-benar baik terhadap mu, dan mempunyai sikap yang sopan santun juga. Hmm ... seperti si dia, Kim Taehyung BTS. Aaaaa.

"Terserah."

"Ck, kalau begitu tidak jadi pergi siang ini."

"Lah, kenapa dibatalkan? Tidak boleh ingkar janji, kau tahu?"

"Tidak ingkar janji, tapi jadwalnya di percepat. Ayo kau pergi sana, bersiap-siap. Kita pergi sekarang juga. Aku sudah terlanjur bosan."

Mendengar itu, mata Hera langsung berbinar-binar. Akhirnya, bisa ke Taman Bermain juga setelah sekian lama.

"Siap, Bos!"

"Jangan lama-lama, nanti ku tinggal kau sendiri!"

"Iya, ya, kau tenang saja. Sepuluh menit! Dalam sepuluh menit aku akan selesai, kau tunggu, ya! Awas saja aku ditinggal!"

"Iya, Sayang. Makanya cepat sana, kalau bicara terus kapan siap-siap nya?"

"Kau sih, mengajak ku bicara terus!" Lalu, Hera bergegas menuju kamarnya, dan langsung bersiap-siap versi kilat.

"It's up to you, Dear," ucap Dante setelah Hera berlalu.

***

Bersambung~

Mencurigakan gak, sih? Pasti itu ada udang di balik bakwan. Ups, kalo ngomong bakwan, k-kan jadi lapar:(

Btw, cuma mau curhat aja, kalo aku merasa gaje banget sama cerita ini.

"Iya emang gaje, baru nyadar lu, Thor?"

Iya, baru sadar aku. /Emot patah hati.

Btw #2, jika ada di antara kalian yang suka cerita ini, pls banget ... support aku gitu, biar lebih semangat ngetik. Hiks.

Ya udah itu aja sih, semoga hari kalian menyenangkan. Selamat tinggal~

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status