เข้าสู่ระบบWalang nagawa si Ada nang pumayag ang kaniyang ama na ipakasal sa lalaking hindi kilala. Ang alam lang niya 'tungkol sa kaniyang magiging asawa ay isang bilyonaryo, matagumpay sa pagpapatakbo ng negosyo at nag-iisang anak ng isang kilalang business tycoon. Natapos ang paghahanda para sa kasal, na hindi man lang nagpakita ang mapapangasawa at nagpakilala ng pormal sa kaniya. Sa araw at sa mismong kasal ay nakilala niya ito subalit laking gulat ni Ada, na si Nik pala ang taong iyon. Ang taong nagligta kay Ada nang may magtatangkang gumahasa sa kaniya sa party ng kaibigan at sa lalaking nakasama ng isang gabi sa pagbabakasyon sa La Union. Pero ang Nik na ngayong naging asawa ay ibang-iba sa nakilala at ang tingin nito sa kaniya ay isang babaeng kayamanan lang ang habol kaya nagpakasal dito. Matapos ang unang gabi ng pagiging mag-asawa nila ay iniwan na siya nito kinabukasan at isang taon ang nakalipas ay uuwi na ito subalit para makipaghiwalay sa kaniya. Hindi sila maaring maghiwalay ni Nik dahil magagalit ang Papa niya sa kaniya at kailangan nila si Nik upang iligtas ang palubog na nilang negosyo. Kahit ayaw niyang maging tama ang paningin ni Nik sa kaniya ay kailangan niyang iligtas ang negosyo para sa amang minamahal.
ดูเพิ่มเติมHawa panas begitu terasa di depan wajah mereka. Kedua belas perawat bergaun hitam dengan corak putih di lehernya itu berusaha mencari orang-orang yang masih bisa diselamatkan. Sayangnya hampir semua rumah di sini sudah musnah dilalap api.
“Apa masih ada orang disini?” teriak seorang perawat.
Nyaris tidak ada suara lain yang bisa didengar selain suara api yang perlahan melalap bangunan yang terbuat dari kayu. Walaupun termasuk ke dalam Distrik Wallenstein Kota Telhi, desa ini masih terlalu jauh jaraknya dari pusat kota. Bantuan juga tak kunjung datang karena harus melewati hutan belantara yang cukup lebat.
“Ada seseorang di sini?” perawat lainnya kembali berteriak.
Meskipun bertaruh nyawa, para perawat ini rela melakukannya hanya untuk menyelamatkan orang-orang yang tersisa dari peristiwa mengerikan itu. Bau material yang terbakar bercampur dengan bau darah dan mayat, semuanya ada di tempat ini.
“Ini sungguh mengerikan,” gumam seorang perawat berambut perak.
Hanya berbekal peralatan seadanya tanpa senjata, para perawat ini berusaha menolong siapa saja yang masih hidup. Mereka seakan tak peduli seandainya masih ada penyihir musuh yang siap menyerang mereka kapan saja,
Di tengah ketidakpastian itu, terdengar suara seorang bayi yang tengah menangis dari arah jam dua. Sang perawat berambut perak itu sontak menghampiri suara tersebut, diikuti oleh dua perawat di belakangnya.
“Ini ...”
Benar saja. Terlihat sesosok bayi yang berusia kurang lebih satu tahun tergeletak di depan mereka. Sedangkan di belakangnya ada seorang wanita dewasa yang tertindih material bangunan. Tampak pula kobaran api yang mulai melahap semua benda yang ada di sekitarnya.
Dengan sigap ketiga perawat itu langsung berusaha menolong mereka berdua. Perawat berambut perak itu langsung menggendong sang bayi, sementara dua perawat lainnya berusaha mengeluarkan wanita itu dari tindihan material berupa tumpukan kayu tersebut.
“A-Anakku masih hidup ya? Syu-kurlah,” ucap wanita itu terbata-bata.
“Bertahanlah di sana, Nyonya. Kami akan segera menyelamatkan Anda," kata perawat berambut perak itu.
Seakan sudah pasrah, wanita itu hanya menggelengkan kepalanya lalu menjawab dengan suara pelan.
“Tidak. Se-lamatkan saja anakku. Waktu-ku akan segera tiba.”
“Anda bicara apa, Nyonya? Kami akan segera-”
Salah seorang perawat menyemangatinya sambil berusaha mengeluarkannya dari tumpukan kayu itu. Namun perkataannya terhenti setelah melihat sesuatu yang menyedihkan ada di depannya.
Tubuh wanita dewasa itu sudah dalam kondisi yang sangat kritis. Kaki kirinya patah, bahkan nyaris berputar 180 derajat dari posisi awalnya. Tidak hanya itu, perutnya juga terluka sangat parah. Darah segar sudah membasahi hampir seluruh tubuhnya.
“Nyonya ...”
Dengan kondisi yang seperti itu, nampaknya wajar saja kalau wanita dewasa itu sudah pasrah akan nasibnya yang tinggal menunggu ajalnya tiba. Tetapi lain halnya yang dipikirkan para perawat. Mereka terus menyemangati sang wanita dan mencoba mengeluarkannya dari tempat itu, walaupun kobaran api siap melahap mereka kapan saja.
Hampir satu menit berlalu dan tidak ada yang berubah dari kondisi genting itu. Sang ibu masih belum bisa dikeluarkan, sementara bayinya terus meronta dan menangis. Wanita dewasa itu lalu berucap kembali pada perawat berambut perak tersebut.
“Ku-mohon. To-tolong jaga anakku. Rawat di-a.”
Sang perawat berambut perak itu hanya menganggukkan kepalanya tanpa berucap sepatah kata pun, karena memang itulah tujuan dari mereka datang kemari, untuk menyelamatkan dan merawat orang-orang yang masih bisa diselamatkan. Sang ibu pun melanjutkan kata-katanya.
“Na-namanya adalah, A-Alisa Garbareva.”
Sang ibu menyebutkan nama dari anak tersebut. Namun saat mendengar namanya, sang perawat berambut perak itu langsung terkejut. Sebuah nama yang tampak tak asing baginya.
“Alisa Garbareva? Tunggu, Garbareva? Jadi Anda ini adalah-”
Belum selesai perawat itu berujar, sebuah pohon besar di samping wanita itu tumbang ke arah mereka.
“AWAS!!”
BRUKK
Kedua perawat yang berusaha menyelamatkan sang ibu langsung melompat mundur. Namun sayangnya batang pohon besar tersebut tepat menghantam wanita dewasa itu. Kobaran api pun makin membesar.
“NYONYA GARBAREVA!!” teriak sang perawat berambut perak.
Tidak ada jawaban lagi darinya. Suara wanita itu sudah tak terdengar lagi.
“Nyonya Garbareva ...”
“HUAAAA!!”
Sang bayi menangis makin keras, entah karena mendengar suara yang mengagetkan dirinya, hawa panas yang makin menyengat, atau karena ibunya yang sudah tiada. Tidak ada yang tahu pasti.
Melihat hal itu, sang perawat pun langsung memeluknya dengan erat dan meninggalkan tempat itu untuk mencari tempat yang lebih aman. Pelukan hangat sang perawat ternyata berhasil menenangkan bayi itu. Ia pun berhenti menangis.
“Nyonya Garbareva, aku akan melakukan apa yang kau inginkan. Aku akan merawat bayi ini untukmu. Beristirahatlah dalam damai.”
Sang perawat berambut perak itu memperhatikan wajah sang bayi, lalu menciumnya dengan kasih sayang.
“Tenang saja, ya. Alisa Garbareva. Weiss Karny ini akan senantiasa merawatmu sampai kau beranjak dewasa. Aku berjanji kepadamu dan pada ibumu.”
***
GUK GUK GUK
Seekor anjing berwarna abu-abu terlihat mengejar seorang anak perempuan berusia enam tahun. Tampak ia sangat ketakutan.
“SUSTER WEISS!! TOLONG AKU!!”
Gadis itu berlari sambil berteriak memanggil nama perawat itu. Saking paniknya ia pun sampai terjatuh. Anjing itu lalu melompat dan berusaha menggigitnya.
“AAAAAA ...”
Tinggal setengah meter lagi sebelum ia berhasil menggapai anak itu, tiba-tiba sebatang kayu mendarat di kepala hewan itu dengan keras. Anjing itu pun akhirnya lari terbirit-birit karenanya. Sang gadis pun selamat.
Ia menoleh ke arah orang yang berhasil mengusir anjing itu. Ternyata ia adalah anak perempuan lain yang hampir seusia dengannya, mungkin satu tahun lebih tua darinya. Gadis dengan rambut lebih panjang itu menatapnya dengan tatapan dingin.
“Kau tidak apa-apa?” tanya anak itu.
Dengan wajah yang masih tampak ketakutan, gadis itu tak bisa menjawab kata-katanya. Tak lama kemudian, seorang perawat berambut perak datang menghampiri mereka berdua.
“Alisa, Flo, kalian tidak apa-apa?”
Melihat sang perawat yang sudah tiba, Alisa langsung memeluknya dengan erat sambil menangis. Sepertinya ia masih ketakutan dengan peristiwa itu.
“HUWAAA!! SUSTER WEISS!!”
“Sudahlah, Alisa. Tidak apa-apa. Aku ada di sini."
Perawat Weiss pun mengajak mereka berdua kembali ke panti asuhan.
Alisa Garbareva, seorang gadis yang diselamatkan oleh Perawat Weiss kini tinggal di panti asuhan di tengah kota bersama anak-anak korban selamat lainnya. Begitu pula dengan Flo, atau nama aslinya Floria Fresilca. Bedanya ia bersama tiga anak lainnya diselamatkan lewat peristiwa yang berbeda di pantai timur.
Tak terasa mereka pun sudah sampai di panti asuhan. Perawat Weiss mengobati luka di lutut Alisa akibat terjatuh, sedangkan Flo menunggunya di luar ruangan. Alisa tampak meringis kesakitan saat perawat berambut perak itu mengoleskan obat dengan tisu di lututnya.
“Ah, sakit.”
“Sudah, sudah, Alisa. Kau 'kan anak yang kuat. Nanti juga lukanya sembuh kok,” hibur Perawat Weiss sambil mengobati lukanya.
Flo hanya bersandar di dinding sambil menunggu mereka keluar dari tempat itu.
Tak berapa lama kemudian datang tiga anak laki-laki yang menghampirinya. Usianya tampak dua sampai tiga tahun lebih tua darinya. Mereka menatap Flo dengan tatapan sinis.
“Eh, kau gadis Vitania yang bernama Floria itu 'kan?” tanya seseorang dari mereka.
Flo yang mendengarnya hanya mengangguk saja tanpa menjawab sepatah kata pun. Ternyata hal itu membuat salah satu dari mereka naik pitam.
“Heh, jawab dong!!”
“Iya. Aku memang Flo. Floria Fresilca,” jawabnya dengan nada yang dingin.
“Nah, begitu dong. Kalau ada yang nanya jawab,” ujar salah satu anak laki-laki itu.
Flo beranjak dari posisinya dan berdiri di depannya.
“Ngomong-ngomong ada apa kalian mencariku?” tanyanya.
Dengan angkuhnya, salah satu anak laki-laki itu langsung menjawabnya dengan nada yang keras.
“Hah, kau sedang menunggu Alisa 'kan? Orang Vitania sepertimu buat apa sok simpatik seperti itu? Lebih baik kau pergi dari kota ini. Kembali saja ke Vitania sana.”
“Apa maksudmu? Aku juga tinggal di sini kok. Kenapa aku harus pergi?” jawab Flo dengan polos.
Mendengar jawaban itu, seorang anak laki-laki lainnya langsung emosi dan melontarkan kata-kata pada gadis itu.
“Heh, kau masih belum sadar juga ya, Floria? Orang Vitania sepertimu-lah yang telah menghabisi keluarga kami. Kalau kau sudah jadi gadis penyihir nanti, kau juga pasti akan memburu kami 'kan?”
Flo hanya tertunduk diam mendengarnya. Entah apa yang dipikirkan orang-orang ini. Mereka menganggap dirinya adalah monster yang akan menghabisi mereka di masa depan.
Gadis itu pun menjawabnya kembali dengan nada yang sama.
“Tidak. Aku tidak akan pergi dari tempat ini. Aku bukanlah penjahat seperti yang kalian kira. Lagi pula ...,”
Flo menoleh ke arah pintu yang terbuka itu, di mana Alisa sedang dirawat oleh Weiss Karny.
“aku ingin bersama Alisa. Selalu bersamanya.”
Ucapan gadis itu ternyata membuat salah satu dari mereka makin marah. Ia pun langsung menghampiri Flo dan berniat menamparnya.
“HALAH, OMONG KOSONG!! DASAR ORANG VITANIA SIALAN!!”
Tangannya tiba-tiba terhenti saat ia hampir mengenai pipi gadis berambut panjang itu.
“Apa?”
***
Ada’s Point of ViewUmaga palang ay binulabog na ako ng tawag ni Jane at hindi ko sana sasagutin ang tawag na iyon subalit walang tigil ang pagtunong ng cell phone ko halos kalahating oras nang tumatawag si Jane ay saka pa niya sinagot dahil sa kakulitan ng kaibigan. Puyat pa naman siya dahil halos magdamag siyang inangkin ni Nikola at kahit sinabi ko na sa asawa ko na pagod na ako ay hindi pa rin niya ako tinigilan at nagtalik pa rin sila sa nakatayong posisyon.Wala na ngayon sa tabi si Nikola at siguradong bumalik na siya sa kwarto niya. Pinalipat kasi ako ng kwarto ni Nikola at ayaw na niya akong katabi matulog saka lang kami nagkakasama sa kwarto na nilipatan ko kapag gusto niya akong galawin at halos araw-araw naman nangyayari.“Bakit hindi mo sinasagot ang tawag at mga text ko? Alam mo bang sobra mo akong pinag-aalala!” sigaw ni Jane sa akin.Napaungol ako dahil halos mabingi ako sa sigaw niya pero tumayo na ako sa kinahihigaan at dama ang hapdi ng pagkababae ko saka sakit ng ka
Ada’s Point of ViewIsang linggo na naming kasama sa bahay si Verona at wala naman naging problema na nakasama namin siya dahil mabait naman talaga ang dalaga at wala akong naging problema sa ugali niya. Napansin ko ngang malapit talaga si Nikola at Verona at masaya silang laging nag-uusap. Napapansin ko rin ang mga effort ni Verona para kay Nikola at pinaglulutuan pa niya si Nikola ng agahan at baon sa trabaho na hindi ko nagagawa sa sarili kong asawa.Masaya si Nikola kapag nag-uusap sila ni Verona at kapag ibinibigay ng dalaga ang niluto niyang pagkain sa asawa at ang saya sa mga mata ni Nikola ay nakita niya noon sa La Union noong magkasama sila, na matagal ko nang hindi nakikita. Nakakaramdam ako ng lungkot dahil palagay ko ay hindi magtatagal ay magugustuhan ni Nikola si Verona at hindi magiging katulad namin ang pagsasama nila Verona at Nikola sa oras na ikinasal sila sa Spain at tuluyan na kaming maghiwalay.Napabuntonghininga ako
Ada’s Point of View Matapos naming kumain ni Nikola ay naisipan na naming umuwi. Sinabihan kong ihatid na lang ako ni Nikola sa shop para makapagtrabaho ako subalit hindi siya pumayag at sinabing rest day ko na lang ngayong araw at siya na muna ang pagtuunan nito ng pansin. Hindi na ako nakatanggi pa, hindi dahil sinabi iyon ni Nikola kundi dahil gusto ko rin naman na magkasama pa rin kami sa araw na ito ng asawa ko at masayang magkasama. Minsan lang mangyari ito at baka sa susunod ay abala na naman si Nikola at wala na naman siyang oras para makasama ako. Pagdating namin sa bahay at masaya pang nag-uusap habang pumapasok sa sala ay nagulat na lang kami nang makita namin ang Papa ni Nikola na nasa sala at masama ang tingin sa aming dalawa. Napalunok ako ng laway sa kaba lalo pa at naging matalim na ang mga tingin ng Papa ni Nikola sa amin. “Where did you go last night? Why did you leave and not meet Verona and her family?” galit na sa
Ada’s Point of View Umupo ako sa tiyan ni Nikola at matapos kong halikan ang labi niya ay dumaan ang labi ko sa pisngi niya patungo sa tainga saka kinagat iyon nang mahina kaya napaungol si Nikola marahil nagulat sa ginawa ko. Humahaplos ang kamay ko sa leeg niya at kasabay ng pagdila ko pababa sa leeg na may kasamang mahihinang kagat. “Oh, sh-t! You make me more h-rny, baby,” bulong ni Nikola habang patuloy ako sa ginagawa. Nang bumaba ang labi ko sa matigas na dibdib ni Nikola ay bumaba rin ang kamay ko patungo sa flat niyang tiyan at dinilaan ko rin ang isa niyang n-pple dahilan para magulat na naman si Nikola at napatingin sa kaniya. “Ginagawa ko lang sa’yo kung anong ginagawa mo sa akin,” nakangising tugon ko sa asawa na ikinangit niya. Sinubo ko ang isang n-pple ni Nikola saka parang sanggol na s******p iyon dahilan para mapaungol si Nikola na ikinatuwa ko. Hindi ko akalaing masisiyahan siya sa ginagawa ko. “I lo












Maligayang pagdating sa aming mundo ng katha - Goodnovel. Kung gusto mo ang nobelang ito o ikaw ay isang idealista,nais tuklasin ang isang perpektong mundo, at gusto mo ring maging isang manunulat ng nobela online upang kumita, maaari kang sumali sa aming pamilya upang magbasa o lumikha ng iba't ibang uri ng mga libro, tulad ng romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel at iba pa. Kung ikaw ay isang mambabasa, ang mga magandang nobela ay maaaring mapili dito. Kung ikaw ay isang may-akda, maaari kang makakuha ng higit na inspirasyon mula sa iba para makalikha ng mas makikinang na mga gawa, at higit pa, ang iyong mga gawa sa aming platform ay mas maraming pansin at makakakuha ng higit na paghanga mula sa mga mambabasa.
ความคิดเห็น