“Benar juga,” gumam Aaron
“Baiklah-baiklah, tidak jadi ke Eropa. Cukup di sekitaran Vancouver saja, kita bisa piknik bersama. Bagaimana?” ucap Caitlin “Bagaimana, Mark? Weekend ini pasti bisa kan?” tanya Aaron “Bisa kalau hanya di sekitaran Vancouver, Dad, Mom,” jawab Mark tersenyum “Bagus, ajak Claudia sekalian Mark. Dad dan Mom juga sudah lama tidak bertemu dengan Claudia,” ucap Caitlin “Iya, coba tanyakan pada Claudia, apakah weekend ini dia free,” ucap Aaron “Ok, Dad, Mom, Mark akan tanyakan pada Claudia, jika dia free, Mark akan ajak sekalian,” ucap Mark dan kedua orang tuanya mengangguk. Setelah berbincang dengan kedua orang tuanya di teras belakang rumah, Mark pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri. Namun Ia masih saja terpikirkan oleh cerita sang Daddy, tentang Anthony. Apakah mungkin jika seseorang dibalik kekacauan hari ini adalah Anthony? Namun jika iya, apakah motif sakit hati hanya karena projeknya ditolak itu bisa membuatnya dendam sampai sekarang? Bukankah itu sudah bertahun-tahun yang lalu? Dan pikiran Mark itu berakhir dengan kesimpulan bahwa kemungkinannya sangat kecil jika Anthony menjadi seseorang dibalik peretasan kali ini. Setelah pemikirannya yang begitu keras mengenai Anthony dan peretasan hari ini, Mark teringat dengan pesan Daddy dan Mommynya yang ingin mengajak Claudia berlibur sebentar. Kemudian Mark langsung mengambil ponselnya dan mencari nomor telepon sang kekasih, Ia pun tersambung melalui panggilan telepon dengan Claudia. "Hello beautiful," ucap Mark "Hello baby," ucap Claudia di seberang sana "Apa yang sedang kamu lakukan sekarang?" tanya Mark sambil menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. "Aku baru mau makan, kamu sudah makan?" jawab dan Tanya Claudia "Makan yang banyak ya, aku belum makan," jawab Mark "Kenapa belum makan? Kamu kan banyak pekerjaan, nanti sakit bagaimana? Aku tidak suka," ucap Claudia "Hehehe, iya nanti aku makan," ucap Mark dan Claudia terdengar tertawa kecil di sana. "Bagaimana pekerjaanmu hari ini, sayang?" tanya Claudia, dan Mark menghela nafasnya, yang membuat Claudia mengerutkan keningnya, bingung. "Apa terjadi sesuatu?" lanjut Claudia, setelah mengetahui jika sedang ada yang salah dari helaan nafas kekasihnya. "Ya, sistem perusahaan hampir diretas," jawab Mark, dan Claudia begitu terkejut mendengarnya. "Bagaimana bisa? Siapa yang melakukannya?" tanya Claudia "Entah, kami menemukan IP Address yang berada di Clarington. Tapi kami juga tak begitu yakin," jawab Mark "Lalu bagaimana, sayang? New Space baik-baik saja kan?" tanya Claudia, Ia benar-benar ikut merasakan kekhawatiran terhadap perusahaan kekasihnya itu. "Untungnya kami berhasil mencegah peretasan itu," jawab Mark, dan Claudia lega mendengarnya "Syukurlah kalau begitu," ucap Claudia "Oh ya Babe, aku meneleponmu karena Dad dan Mom ingin mengajak liburan. Hanya di sekitaran Vancouver saja, weekend ini. Bagaimana?" tanya Mark "Mau, aku free weekend ini," jawab Claudia terdengar begitu bersemangat, Mark pun senang mendengarnya. "Baiklah, akan aku sampaikan pada Dad dan Mom jika kamu bisa ikut," ucap Mark dan Claudia mengangguk di seberang sana. *** Layar LCD itu menampilkan materi presentasi yang sedang dijelaskan oleh Mark. Sam, Alicia, dan tiga orang client terlihat begitu fokus memperhatikan presentasi yang disampaikan. Client kali ini merupakan client dari salah satu perusahaan besar di Toronto. Perusahaan yang sudah beberapa kali menjalin kerjasama dengan New Space. Perusahaan tersebut menginginkan New Space untuk mengerjakan projek sistem informasi untuk anak perusahaannya yang berada di Vancouver. Mark pun menjelaskan gambaran sistem informasi seperti apa yang akan Ia dan tim berikan. “Apa nanti sistem itu akan bisa diakses semua karyawan, Pak?” tanya salah satu dari client tersebut. “Tidak Pak, hanya beberapa menu saja yang dapat diakses oleh semua karyawan. Yang dapat mengakses semua menu hanya tim IT saja, untuk keamanan data,” jawab Mark dan client mengangguk paham. Meeting akhirnya selesai, para client pamit dan meninggalkan New Space. Mark, Sam, dan Alicia pun keluar dari ruang meeting. Mark dan Sam langsung memasuki ruangan Mark, sedangkan Alicia kembali ke mejanya. “Kenapa harus aku yang melakukannya? Ini hanya sistem perusahaan biasa, bukan sistem perusahaan yang rumit,” ucap Mark menyenderkan kepalanya di sandaran sofa yang berada di ruangannya. “Aku juga bingung, hanya sistem seperti ini namun mereka menginginkan CEO langsung yang menjelaskan,” ucap Sam Sebenarnya untuk mempresentasikan projek seperti ini akan dilakukan oleh projek manajer. Namun client dari perusahaan perusahaan besar akan meminta agar sang CEO sendiri yang menjelaskan pada mereka. Mereka berpikir jika CEO nya sendiri yang handle, projek tersebut akan lebih maksimal. Karena CEO nya sendiri yang akan menjadi penanggung jawab dari projek tersebut. Sebenarnya biasanya Mark baru akan turun tangan untuk projek-projek besar dan rumit. Itupun hanya sekedar memeriksa sistem saja, memastikan jika sistem tersebut memang sudah layak sampai kepada client atau belum. Namun tak jarang Mark akan ikut andil dalam memikirkan jalannya sistem akan seperti apa. Memikirkan inovasi-inovasi baru, terlebih untuk client yang menginginkan sistemnya dikembangkan. “Hallo sayang, hai Sam,” ucap Claudia yang tiba-tiba saja masuk ke ruangan Mark, membuat Mark dan Sam sedikit terkejut. “Sayang, kamu datang?” ucap Mark tersenyum seraya menegakkan posisi duduknya. Claudia mengangguk dan duduk di sebelah Mark. “Tumben sekali, tidak ada jadwal?” tanya Sam “Hari ini sedang tidak ada,” jawab Claudia “Mau dibuatkan minum apa, sayang?” tanya Mark pada Claudia “Es kopi sepertinya enak,” ini yang menjawab bukan Claudia, melainkan Sam. Sehingga membuat Mark dan Claudia mendengus. “Kau kan bisa minta sendiri kapan saja, Sam,” ucap Mark “Aku mau seperti Sam saja, sayang.” ucap Claudia dan Mark mengangguk “Kan bisa sekalian kau mintakan pada OB, apa susahnya,” ucap Sam “Benar juga, tidak susah. Kalau begitu, Sam, tolong mintakan pada OB untuk membawakan tiga es kopi ke sini,” ucap Mark, Sam mendengus dan Claudia tertawa. Kekasih dan sahabatnya ini memang selalu saja tidak akur. Daripada sahabat, keduanya ini justru lebih terlihat seperti saudara kandung yang selalu saja bertengkar karena hal-hal kecil. “Untung saja ini masih di kantor, setidaknya aku masih tahu sopan santun kepada atasan,” ucap Sam, kemudian berdiri menuju meja Mark untuk menelpon OB. “Kalian sedang membicarakan apa tadi?” tanya Claudia “Membicarakan meeting hari ini, apa lagi?” jawab Mark “Benar juga, kalian kan tiada hari tanpa membicarakan pekerjaan. Huh, sungguh memuakkan,” ucap Claudia “Dan kekasihmu itu selalu membuatku berhubungan dengan meeting, aku juga muak. Jangan lupakan karakter client yang tak terduga, sungguh,” ucap Sam sembari kembali duduk di sofa “Hey, salahkan client mengapa harus aku yang memaparkan materi. Menurutmu aku tidak lelah?” ucap Mark “Jika begitu, lebih baik kau pecat saja semua karyawanmu. Untuk apa mereka tetap dibayar, kalau tetap CEO nya yang bekerja,” ucap Sam “Kau benar juga, dan kau adalah karyawan pertama yang akan kupecat,” ucap Mark Claudia tertawa terbahak mendengar percakapan kedua sahabat ini. Sedangkan Sam benar-benar kehabisan kata-kata untuk ucapan terakhir Mark. *** Setelah menghabiskan waktu bersama kekasihnya dan juga sahabatnya, Claudia pun pulang ke rumah. Walaupun hanya sebentar, namun itu cukup membuat Claudia bahagia. Rasanya benar-benar mengisi energi baru, karena tawa canda dari Mark dan Sam. Claudia merasa beruntung memiliki kekasih seperti Mark dan sahabat seperti Sam. Claudia bisa sedekat ini dengan Sam, karena Mark dan Sam memang sudah dekat sejak kuliah. Jadi Claudia juga cukup sering bertemu dengan Sam karena Mark. “Hallo?” Claudia mengangkat telepon yang masuk pada ponselnya“Okey, aku akan segera pulang,” ucap Mark“Iya, hati-hati ya, sayang,” ucap Alicia“Eung,” jawab Mark, setelah menutup panggilannya, bibir Mark tersenyum samar.“Itu tadi Mark?” tanya Caitlin yang memang sejak tadi diam menunggu menantunya menyelesaikan panggilan teleponnya.“Mom, Mommy sejak tadi di sini?” Alicia justru balik bertanyaAlicia memang sengaja berpura-pura seakan tidak mengetahui jika sang mertua sudah berdiri di belakangnya sejak tadi.“Iya, tadi Mommy dengar kamu sedang berbicara dengan Mark di telepon.. jadi Mommy tidak mau ganggu,” ucap Caitlin tertawa kecil, Alicia juga ter
“Apa maksudnya Mommy mengatakan jangan sampai kamu makan udang?” tanya Alicia memecah keheningan.Alicia memang sudah tidak sabar menanyakan hal ini, namun Ia ragu.. karena hatinya masih cemburu. Dan Alicia juga khawatir jika ternyata Mark alergi udang, karena beberapa saat yang lalu Ia bahkan memberi Mark udang dan Mark memakannya. Sedangkan Mark yang mendengar pertanyaan Alicia pun menjadi khawatir jika Alicia akan merasa bersalah.“Itu.. karena–,” ucap Mark“Kamu alergi udang?” tanya Alicia memotong ucapan Mark, Mark pun menghela nafasnya.“Iya, tapi aku tidak apa-apa,” jawab Mark yang membuat Alicia terkejut, ketakutannya benar-benar terjadi.“Kenapa tidak bilang
“Mark,” panggil Aaron dan membuat Mark yang hendak menaiki tangga pun berhenti“Iya, Dad?” tanya Mark“Beri Alicia perhatian, tanyakan apa yang dia rasakan, apa yang dia inginkan.. perempuan suka diperhatikan, apalagi saat sedang sakit. Manjakan dia, iya kan Mom?” ucap Aaron yang sebenarnya membicarakan istrinya sendiri, dan Caitlin yang menjadi topik pun tersenyum.“Benar, Mark.. Mommy juga begitu, hehehe,” ucap Caitlin yang membuat Mark tersenyum canggung“Iya, Dad.. Mom, Mark ke atas, ya,” ucap MarkAlicia yang sedang duduk di kasur sambil menonton film, melihat Mark membuka pintu kamar dengan membawakan donat dan nampan yang berisi susu dan dua piring kecil, memb
Alicia sejak tadi hanya berdiam diri di dalam kamar, tadi Caitlin dan Aaron sudah memeriksanya ke kamar dan membawakan Alicia makan siang. Alicia senang, karena kedua mertuanya benar-benar memperlakukannya dengan sangat baik. Namun rasa bersalahnya kian bertambah, dan bayangan akan hari di mana akhirnya Ia harus bercerai dengan Mark membuatnya merasa sedih.“Kalau saja waktu itu aku tidak menerima tawaran ini.. aku pasti tidak akan sesedih ini,” ucap Alicia dalam hati. Ia masih berada di atas kasurnya dengan layar televisi yang menampilkan film yang telah Alicia pilih.“Tapi.. kalau aku tidak menerima tawaran itu.. apa semuanya akan tetap baik-baik saja? kesehatan Pak Aaron, keadaan Mark yang tertekan, dan Bu Caitlin yang juga serba salah,” ucapnya lagi dalam lamunan.&ldquo
Pagi ini Alicia dilarang masuk kerja oleh Mark, Aaron dan Caitlin, setelah tadi malam Alicia dan Mark baru pulang dari rumah sakit sekitar pukul satu dini hari. Kini Mark sedang bersiap untuk pergi ke kantor, dan Ia sedang memakai dasinya saat Alicia terbangun.“Kamu sudah bangun? biar aku ambilkan sarapan, sebentar,” ucap Mark lalu hendak berjalan keluar kamar“Mark..,” ucap Alicia yang membuat Mark berhenti dan menoleh melihat Alicia“Kenapa? kamu butuh apa? biar aku ambilkan,” tanya Mark“Tidak, kamu tidak perlu mengambilkan sarapan.. nanti biar aku ambil sendiri,” jawab Alicia“Tidak, Al.. biar aku ambilkan, kamu pasti masih kurang enak badan,” ucap Mark“Tidak–,” ucapan Alicia dipotong Mark“Alicia.. harus nurut sama suami. Aku ambilkan dulu, kamu diam disini,” ucap Mark yang membuat Alicia berdebar, sehingga Ia tidak sempat menolak lagi karena Mark langsung keluar dari kamar.“Sudah membuat alergiku kambuh, sekarang juga mau membuat jantungku tidak baik?” gerutu Alicia dalam ha
“Bagaimana makan siangnya Mr. and Ms. Pearce?” tanya Sam yang ternyata sudah berada di dalam ruangan Alicia.Setelah makan siang selesai, Mark dan Alicia kembali ke ruangan mereka dan terkejut mendapati Sam sudah duduk tenang di sofa ruangan Alicia. Makan siang tadi memang hanya ada Mark dan Alicia saja, padahal mereka sudah mengajak Sam.. namun Sam dengan tegas menolak, karena untuk apa dia makan bersama pasangan baru ini.“Seharusnya kau ikut,” jawab Mark lalu ikut duduk bersama Sam, Alicia pun juga bergabung“Aku hanya akan menjadi pengganggu, di mata karyawan,” ucap Sam dengan senyum jahilnya“Jadi.. kalian sudah semakin terbiasa kan dengan status kalian? Oh iya.. bukankah sekarang Alicia sudah harus menambah nama belak