"Minggu depan kita nikah!"
Devan pun langsung pergi dari sana setelah mengatakan empat kalimat yang sukses membuat Syafa melebarkan matanya."Loh, pak Devan jangan seenaknya gitu dong!" ujar Syafa sedikit berteriak, namun devan tak mengindahkan teriakan nya tersebut.
Sedangkan Aurel sudah menahan ketawanya melihat wajah kesal milik Syafa.
"Udah, kak. dengerin aja ucapan kak Devan itu, karena ini semua sudah di rencanakan dari lama sama kak Devan," ujar Aurel yang masih terkekeh geli.
"Maksud kamu?" Syafa masih belum paham dengan apa yang di bicarakan oleh Aurel tersebut.
Aurel berusaha meredakan tawanya.
"Sebenarnya, kak Devan itu udah lama ngerencanain buat melamar kak Syafa," ujar Aurel lagi. Lagi-lagi Syafa membulatkan matanya. Sedangkan Aurel juga ikut pergi meninggalkan Syafa yang masih tidak percaya dengan semua ini.***
Syafa begitu tidak bisa tidur
"WHAT!" Teriakan seseorang itu mampu mengalihkan seluruh pandangan mata orang-orang yang ada disana, tak terkecuali Devan dan Syafa.Orang tersebut yang tak lain adalah Rendra hanya cengar-cengir saja mendapat berbagai tatapan dari orang-orang yang mendengar teriakannya tadi. Kemudian, dia pun duduk di samping Devan."Itu tadi gue gak salah dengar kan, Van. Lo bilang Syafa cantik? wah-wah, untuk pertama kalinya seorang Devan muji cewek." Rendra bersorak gembira. Lain dengan Devan yang hanya menatapnya datar sedangkan Syafa hanya tertunduk malu."Ngapain Lo kesini? gangguin orang aja Lo," ujar Devan datar."Ya elah, jadi Lo secara tidak langsung ngusir gue nih? Oke, fine. Gue pergi sekarang." Rendra pun hendak berdiri dari duduknya karena kehadirannya dianggap mengganggu orang yang sedang pacaran."Eh, pak Rendra gak usah pergi. Gabung aja makannya sama kami disini," ujar Syafa yang menghentikan gerakan Rendra.Rendra pun tersenyum jahil kear
Syafa Sidqiah, seorang wanita muslimah yang cantik dan juga pintar. Dia adalah seorang CEO di sebuah perusahaan besar milik ayahnya. Namun, Syafa malah memilih melakukan pekerjaan lain dan mempercayakan perusahaannya kepada orang kepercayaan nya.Dan hari ini adalah hari pertama Syafa bekerja sebagai sekretaris di kantor orang lain.Terdengar aneh memang, sudah punya perusahaan sendiri tapi masih ingin kerja di kantor orang lain.Tapi memang itu keputusan Syafa, jadi tidak ada yang bisa mencegah nya.***"Pak ayo cepat bawa mobilnya pak," desak Syafa kepada supir taksi yang sedang dia naikin."Iya neng, sabar. Ini juga udah cepat neng," jawab sopir taksi tersebut.Syafa masih saja terlihat gelisah. Kenapa tidak, hari ini adalah hari pertama dia bekerja. Dia tidak mau membuat kesan yang buruk di tempat kerja nya hanya karena dia datang terlambat.
***"Siapa yang kamu maksud?"ujar seseorang dari belakang Syafa.Tubuh Syafa menegang. Mampus.Syafa pun berbalik melihat siapa pemilik suara tersebut. Sedangkan Fina, entah sejak kapan dia kabur dari tempat tersebut."Eh pak Devan. Ada apa ya pak?" tanya Syafa yang hanya bisa nyengir kuda saja.Devan menatap Syafa datar, melebihi datarnya triplek."Ini waktu kerja, bukan waktu buat gibahin saya!""Hehe, maaf pak saya gak sengaja," ujar Syafa yang hanya menampilkan wajah tak berdosa nya."Gibahin orang pake gak sengaja segala. Selesai kan laporan ini, setelah itu temani saya meeting dengan klien." Devan pun memberikan sebuah file kepada Syafa."Sekarang pak?" tanya Syafa polos."Minggu depan juga gak papa," balas Devan yang sudah menatap Syafa tajam."Oh gitu, masih lama pak mendin
***Devan yang melihat Syafa tiba-tiba tak sadarkan diri langsung sigap membawa Syafa ke mobilnya. Setelah itu, ia langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit dengan kecepatan tinggi. Sebelum itu, ia memutuskan untuk membatalkan pertemuan dengan klien.Sesampainya di rumah sakit, Syafa langsung di bawa ke UGD."Bagaimana keadaannya dok?" tanya Devan datar."Pasien gak papa kok. Cuma asam lambungnya kambuh, mungkin karena dia telat makan," jelas dokter tersebut.Devan hanya mengangguk saja."Kalau begitu saya permisi dulu pak.""Silahkan."Devan pun masuk kedalam ruang UGD dan melihat Syafa yang sudah sadar."Pak Devan! Kenapa kita bisa ada disini? Bukanya kita mau meeting ya?" Tanya Syafa polos."Kamu mau tau kenapa kita ada Disini?" Syafa mengangguk."Karena di bawa sama angin." Jawab Devan datar.
***Syafa yang baru saja dimarahi oleh Devan langsung masuk keruang kerja nya dengan wajah kesal. Syafa sadar kalau dia melakukan kesalahan, tapi Syafa juga bisa meninggalkan kewajibannya sebagai manusia untuk saling membantu."Kamu kenapa Fa? telat?" tanya Fina yang baru menyadari kedatangan Syafa. Syafa hanya menganggukkan kepalanya saja."Aku tebak, pasti kamu habis dimarahi sama pak Devan ya?" ujar Fina lagi yang sudah terkekeh."Iya! Baru sekali aja telat tapi marahnya udah kayak orang yang habis ditinggal kawin aja," jawab Syafa kesal. Tawa Fina pun langsung meledak."Ya kamu sih, udah tau pak Devan galak, masih aja cari gara-gara.""Siapa juga yang nyari gara-gara sama tu orang. Lagian aku kan gak sengaja datang terlambat nya.""Yaudah, biarin aja. Yang penting kamu gak usah ulangi lagi. Bisa-bisa nanti kamu langsung dipecat sama pak Devan," ujar Fina
Devan sedari tadi melihat gelagat aneh Syafa. Wanita itu terlihat sangat gelisah, di tambah lagi Nathan yang selalu melirik ke arah Syafa."Baiklah, saya menyetujui kerjasama kita ini," ujar Nathan. Dapat Syafa rasakan kalau Nathan emang sengaja menyetujui kerja sama ini hanya agar bisa menganggu dirinya."Baiklah pak Nathan, terima kasih atas kerjasamanya," ujar Devan."Sepertinya, pertemuan kita kali ini cukup sampai disini, kami permisi dulu," pamit Devan. Syafa akhirnya bisa bernapas lega karena Devan seperti tahu dengan kondisi Syafa.Devan memasuki mobilnya diikuti oleh Syafa. Devan merasa sedikit heran, pasalnya kenapa wanita cerewet yang ada disampingnya ini mendadak jadi pendiam seperti ini. Devan hanya mengangkat bahunya acuh.***Syafa sudah kembali kekantor nya. Namun Syafa tidak seperti biasanya. Ia lebih banyak diam membuat para karyawan disana menjadi bert
***Devan yang baru saja hendak pulang, tidak sengaja melihat mobil Syafa yang keluar dari area kantor. Entah hasutan dari mana, Devan mengikuti mobil Syafa tersebut dari belakang.Namun, di tengah perjalanan, ia melihat mobil Syafa yang tiba-tiba saja berhenti. Hal itu membuat Devan juga ikut menghentikan mobilnya, tapi dari jarak yang cukup jauh.Dari kejauhan, terlihat Syafa yang keluar dari mobilnya. Seperti nya ada masalah pada mobil Syafa pikir Devan. Devan hanya mengamati dari mobilnya saja, tanpa berniat menghampiri wanita itu.Namun tidak berselang lama, sebuah mobil berhenti di dekat Syafa. Seorang laki-laki keluar dari mobil tersebut. Devan mengernyit kan keningnya dan memperhatikan siapa pria tersebut.Nathan?Devan terlihat berpikir. Untuk apa Nathan menghampiri Syafa? Apa hubungan di antara keduanya? Dan kenapa dia itu seolah-olah sudah mengenal Syafa seja
"apa maksudnya ini om?" tanya Syafa."Seperti yang kamu lihat, Fa. Perusahaan Nathan ingin mengajukan kerja sama dengan perusahaan kita," jawab om Sharul."Apa dia tahu kalau perusahaan ini milik keluarga Sanjaya?" Tanya Syafa lagi."Sepertinya tahu, soalnya dia juga mencantumkan nama kamu sebagai pemilik perusahaan ini." Syafa memijit kening nya.Apa lagi ini, kenapa semuanya malah menjadi rumit seperti ini."Jadi, menurut om kita harus bagaimana?" tanya Syafa."Sebaiknya kita tolak saja. Om takut dia ada berniat jahat sama kamu," usul om Sharul.Syafa pun mengangguk."Baiklah om. Semuanya Syafa serahkan sama om," ujar Syafa lagi."Baiklah, Syafa. Om akan berusaha mengurus nya sebaik mungkin.""Terima kasih om. Kalau gitu Syafa pamit pulang dulu.""Kamu pulang nya sama siapa Fa? Apa perlu di antar?" tanya om Sharul la