Marrying With CEO

Marrying With CEO

By:  Widia Afriana  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings
23Chapters
6.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Apa tujuanmu?" Tanya Syafa."Menghancurkanmu!" jawab Nathan.***Syafa Sidqyah, seorang wanita muslimah yang cantik. Syafa adalah seorang sekretaris di sebuah perusahaan terkenal milik Devan Putra Pramana. Syafa yang terlihat biasa saja, ternyata punya banyak rahasia. Semua itu terungkap saat ia bertemu dengan seseorang yang terobsesi melukai hidup Syafa.Semuanya berjalan begitu cepat sehingga suatu hari dia tiba-tiba saja menikah dengan bosnya sendiri yang tidak lain adalah Devan.bagaimana pernikahan itu terjadi?

View More
Marrying With CEO Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Zaiza
Owh lama juga sambungannya
2021-12-17 09:17:02
0
user avatar
Miss Ziza Ziza S
bila sambungannya? mau taw ending nya..
2021-09-26 22:32:05
0
user avatar
Eva Yunita
bagus...mmampir ke cerita ku jg kak "Pura-puea menikah" dan "CEO love me" ceritanya juga seru. makasih 🙏🙏🤗
2021-04-22 03:52:04
0
23 Chapters
Part 1
Syafa Sidqiah, seorang wanita muslimah yang cantik dan juga pintar. Dia adalah seorang CEO di sebuah perusahaan besar milik ayahnya. Namun, Syafa malah memilih melakukan pekerjaan lain dan mempercayakan perusahaannya kepada orang kepercayaan nya.Dan hari ini adalah hari pertama Syafa bekerja sebagai sekretaris di kantor orang lain.Terdengar aneh memang, sudah punya perusahaan sendiri tapi masih ingin kerja di kantor orang lain.Tapi memang itu keputusan Syafa, jadi tidak ada yang bisa mencegah nya.***"Pak ayo cepat bawa mobilnya pak," desak Syafa kepada supir taksi yang sedang dia naikin."Iya neng, sabar. Ini juga udah cepat neng," jawab sopir taksi tersebut.Syafa masih saja terlihat gelisah. Kenapa tidak, hari ini adalah hari pertama dia bekerja. Dia tidak mau membuat kesan yang buruk di tempat kerja nya hanya karena dia datang terlambat.
Read more
Part 2
***"Siapa yang kamu maksud?"ujar seseorang dari belakang Syafa.Tubuh Syafa menegang. Mampus.Syafa pun berbalik melihat siapa pemilik suara tersebut. Sedangkan Fina, entah sejak kapan dia kabur dari tempat tersebut."Eh pak Devan. Ada apa ya pak?" tanya Syafa yang hanya bisa nyengir kuda saja.Devan menatap Syafa datar, melebihi datarnya triplek."Ini waktu kerja, bukan waktu buat gibahin saya!""Hehe, maaf pak saya gak sengaja," ujar Syafa yang hanya menampilkan wajah tak berdosa nya."Gibahin orang pake gak sengaja segala. Selesai kan laporan ini, setelah itu temani saya meeting dengan klien." Devan pun memberikan sebuah file kepada Syafa."Sekarang pak?" tanya Syafa polos."Minggu depan juga gak papa," balas Devan yang sudah menatap Syafa tajam."Oh gitu, masih lama pak mendin
Read more
Part 3
***Devan yang melihat Syafa tiba-tiba tak sadarkan diri langsung sigap membawa Syafa ke mobilnya. Setelah itu, ia langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit dengan kecepatan tinggi. Sebelum itu, ia memutuskan untuk membatalkan pertemuan dengan klien.Sesampainya di rumah sakit, Syafa langsung di bawa ke UGD."Bagaimana keadaannya dok?" tanya Devan datar."Pasien gak papa kok. Cuma asam lambungnya kambuh, mungkin karena dia telat makan," jelas dokter tersebut.Devan hanya mengangguk saja."Kalau begitu saya permisi dulu pak.""Silahkan."Devan pun masuk kedalam ruang UGD dan melihat Syafa yang sudah sadar."Pak Devan! Kenapa kita bisa ada disini? Bukanya kita mau meeting ya?" Tanya Syafa polos."Kamu mau tau kenapa kita ada Disini?" Syafa mengangguk."Karena di bawa sama angin." Jawab Devan datar.
Read more
Part 4
***Syafa yang baru saja dimarahi oleh Devan langsung masuk keruang kerja nya dengan wajah kesal. Syafa sadar kalau dia melakukan kesalahan, tapi Syafa juga bisa meninggalkan kewajibannya sebagai manusia untuk saling membantu."Kamu kenapa Fa? telat?" tanya Fina yang baru menyadari kedatangan Syafa. Syafa hanya menganggukkan kepalanya saja."Aku tebak, pasti kamu habis dimarahi sama pak Devan ya?" ujar Fina lagi yang sudah terkekeh."Iya! Baru sekali aja telat tapi marahnya udah kayak orang yang habis ditinggal kawin aja," jawab Syafa kesal. Tawa Fina pun langsung meledak."Ya kamu sih, udah tau pak Devan galak, masih aja cari gara-gara.""Siapa juga yang nyari gara-gara sama tu orang. Lagian aku kan gak sengaja datang terlambat nya.""Yaudah, biarin aja. Yang penting kamu gak usah ulangi lagi. Bisa-bisa nanti kamu langsung dipecat sama pak Devan," ujar Fina
Read more
Part 5
Devan sedari tadi melihat gelagat aneh Syafa. Wanita itu terlihat sangat gelisah, di tambah lagi Nathan yang selalu melirik ke arah Syafa."Baiklah, saya menyetujui kerjasama kita ini," ujar Nathan. Dapat Syafa rasakan kalau Nathan emang sengaja menyetujui kerja sama ini hanya agar bisa menganggu dirinya."Baiklah pak Nathan, terima kasih atas kerjasamanya," ujar Devan."Sepertinya, pertemuan kita kali ini cukup sampai disini, kami permisi dulu," pamit Devan. Syafa akhirnya bisa bernapas lega karena Devan seperti tahu dengan kondisi Syafa.Devan memasuki mobilnya diikuti oleh Syafa. Devan merasa sedikit heran, pasalnya kenapa wanita cerewet yang ada disampingnya ini mendadak jadi pendiam seperti ini. Devan hanya mengangkat bahunya acuh.***Syafa sudah kembali kekantor nya. Namun Syafa tidak seperti biasanya. Ia lebih banyak diam membuat para karyawan disana menjadi bert
Read more
Part 6
***Devan yang baru saja hendak pulang, tidak sengaja melihat mobil Syafa yang keluar dari area kantor. Entah hasutan dari mana, Devan mengikuti mobil Syafa tersebut dari belakang.Namun, di tengah perjalanan, ia melihat mobil Syafa yang tiba-tiba saja berhenti. Hal itu membuat Devan juga ikut menghentikan mobilnya, tapi dari jarak yang cukup jauh.Dari kejauhan, terlihat Syafa yang keluar dari mobilnya. Seperti nya ada masalah pada mobil Syafa pikir Devan. Devan hanya mengamati dari mobilnya saja, tanpa berniat menghampiri wanita itu.Namun tidak berselang lama, sebuah mobil berhenti di dekat Syafa. Seorang laki-laki keluar dari mobil tersebut. Devan mengernyit kan keningnya dan memperhatikan siapa pria tersebut.Nathan?Devan terlihat berpikir. Untuk apa Nathan menghampiri Syafa? Apa hubungan di antara keduanya? Dan kenapa dia itu seolah-olah sudah mengenal Syafa seja
Read more
Part 7
"apa maksudnya ini om?" tanya Syafa."Seperti yang kamu lihat, Fa. Perusahaan Nathan ingin mengajukan kerja sama dengan perusahaan kita," jawab om Sharul."Apa dia tahu kalau perusahaan ini milik keluarga Sanjaya?" Tanya Syafa lagi."Sepertinya tahu, soalnya dia juga mencantumkan nama kamu sebagai pemilik perusahaan ini." Syafa memijit kening nya.Apa lagi ini, kenapa semuanya malah menjadi rumit seperti ini."Jadi, menurut om kita harus bagaimana?" tanya Syafa."Sebaiknya kita tolak saja. Om takut dia ada berniat jahat sama kamu," usul om Sharul.Syafa pun mengangguk."Baiklah om. Semuanya Syafa serahkan sama om," ujar Syafa lagi."Baiklah, Syafa. Om akan berusaha mengurus nya sebaik mungkin.""Terima kasih om. Kalau gitu Syafa pamit pulang dulu.""Kamu pulang nya sama siapa Fa? Apa perlu di antar?" tanya om Sharul la
Read more
Part 8
"LEPASKAN, NATHAN!" bentak Syafa lebih keras lagi."Tidak semudah itu, sayang." Nathan kembali menarik tangan Syafa lebih keras lagi.Syafa terus saja memberontak, namun yang namanya tenaga perempuan itu tidak sebanding dengan tenaga laki-laki.***Devan sedang menunggu Syafa di ruangan rapat. Namun, sampai sekarang Syafa belum datang juga. Bagaimana dengan Devan? Jangan di tanya lagi.Devan sudah menahan amarahnya dari tadi. Kalau bukan karena ada klien nya, maka sudah di pasti Devan akan mengomel tidak tentu.Waktu rapat pun sudah di mulai, namun Syafa belum juga datang. Devan sudah sangat marah rasanya. Dia juga akan memarahi Syafa setelah rapat ini selesai.Rapat terpaksa di lakukan tanpa kehadiran Syafa. Devan terpaksa harus menghandle rapat ini sendirian, karena ia tidak mau pertemuan ini di batalkan hanya karena Syafa. Apa lagi ini adalah proyek yang sangat p
Read more
Part 9
Syafa baru saja terbangun dari tidurnya. Ia melihat kesekeliling nya."Loh, ini kan kamar aku? Siapa yang bawa aku kesini?" Ketika sedang sibuk dengan pikirannya, Bi inah masuk kedalam kamarnya."Eh, non Syafa udah bangun?" ujar bi Inah."Siapa yang bawa aku kesini, bi? tanya Syafa."Oh, itu tadi tuan Devan yang gendong non Syafa kesini." Mata Syafa pun langsung melebar."Apa bi? Jadi pak Devan gendong aku kesini?" "Iya, non." Sumpah demi apa, Syafa rasanya ingin tenggelam saja saat ini. Itu semua karena Devan. Berani nya laki-laki itu menggendongnya, mau di letakkan di mana mukanya.Tapi ya mau bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi. Syafa hanya bisa menerima saja, jangan sampai ada orang yang melihat Devan yang menggendong dirinya. Kalau tidak bisa timbul masalah baru lagi.***"Halo, kirim orang untuk menjaga Syafa!" ujar Devan pada s
Read more
Part 10
"Pak Devan!" Panggil salah satu anak buah Devan. Devan pun langsung menoleh."Bagaimana? Sudah ketemu siapa pelakunya?" tanya Devan langsung."Sudah pak. Dan pelakunya ini masih orang yang sama," ujar anak buahnya itu. Devan mengernyit bingung."Siapa?""Nathan!" Tebakan Devan pun benar. Dari awal dia memang sudah mengira kalau ini semua adalah rencana nya Nathan. Devan mengepalkan tangannya kuat. Bahkan buku-buku tangannya terlihat memutihkan saking kuatnya kepalan tangan Devan."Yasudah, sekarang kamu bisa pergi!""Baiklah, pak."Kemudian, Devan pun kembali menghampiri Syafa."Syafa!" Syafa pun langsung menoleh."Ada apa pak Devan?""Saya cuma mau pamit pergi dulu, maaf karena saya tidak bisa membantu kamu," ujar Devan."Tidak apa-apa pak. Terima kasih karena sudah mampir ya pak." Devan pun mengangguk.
Read more
DMCA.com Protection Status