Share

Part 5

Author: Widia Afriana
last update Last Updated: 2020-12-29 16:05:01

Devan sedari tadi melihat gelagat aneh Syafa. Wanita itu terlihat sangat gelisah, di tambah lagi Nathan yang selalu melirik ke arah Syafa.

"Baiklah, saya menyetujui kerjasama kita ini," ujar Nathan. Dapat Syafa rasakan kalau Nathan emang sengaja menyetujui kerja sama ini hanya agar bisa menganggu dirinya.

"Baiklah pak Nathan, terima kasih atas kerjasamanya," ujar Devan.

"Sepertinya, pertemuan kita kali ini cukup sampai disini, kami permisi dulu," pamit Devan. Syafa akhirnya bisa bernapas lega karena Devan seperti tahu dengan kondisi Syafa.

Devan memasuki mobilnya diikuti oleh Syafa. Devan merasa sedikit heran, pasalnya kenapa wanita cerewet yang ada disampingnya ini mendadak jadi pendiam seperti ini. Devan hanya mengangkat bahunya acuh.

***

Syafa sudah kembali kekantor nya. Namun Syafa tidak seperti biasanya. Ia lebih banyak diam membuat para karyawan disana menjadi bertanya-tanya.

"Kamu kenapa Fa, kok dari tadi kami perhatiin kamu diam aja sih?" tanya Fina mewakili pertanyaan teman-temannya yang lain.

"Ak...aku gak papa kok," jawab Syafa. Namun terlihat jelas dari mata wanita itu kalau dia sepertinya lagi ada masalah.

"Beneran kamu gak papa?" tanya Fina lagi.

"Iya Fin, aku gak papa kok." Lagi dan lagi Syafa mencoba untuk meyakinkan Fina.

"Hmm yaudah deh, aku lanjut kerja dulu ya." Syafa pun mengangguk.

Syafa kembali menatap komputer nya dengan pandangan kosong. Entah apa yang ada dipikirannya sekarang.

Kenapa dia kembali lagi?

***

Devan sedari tadi memikirkan apa yang terjadi sama Syafa. Devan menyadari bahwa perubahan Syafa itu terjadi setelah bertemu dengan Nathan.

Arrgh, kenapa gue malah mikirin wanita itu sih, ujar Devan tanpa sadar.

Sadar atau tidak, Devan tiba-tiba mengkhawatirkan keadaan Syafa. Walaupun ia sudah menolak untuk memikirkan nya, namun ada yang mendorong nya untuk selalu memikirkan wanita itu.

Devan merongoh sakunya dan mengambil ponselnya untuk menelpon seseorang.

"Halo pak,"

"Keruangan saya, sekarang!"

"Baik pak, saya akan segera kesana."

Tut.

Devan mematikan ponselnya dan kembali mendudukkan dirinya.

"Permisi pak," ujar seseorang dari arah pintu.

"Masuk!"

"Kenapa bapak memanggil saya kesini?"

Tanpa menjawab, Devan memberikan sebuah foto wanita Kepada orang tersebut.

"Cari tau tentang wanita itu, dan kabari saya secepatnya!"

"Baik pak, saya akan segera memberikan laporan nya kepada pak Devan."

"Bagus, mulai bekerja sekarang!"

"Baik pak, saya permisi dulu."

Orang tersebut langsung keluar dari ruangan Devan.

Devan mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja.

Sebentar lagi saya akan mengetahui semuanya, ujar Devan.

Di lain tempat, Syafa sedang bersiap-siap untuk pulang. Hari ini pekerjaannya begitu banyak, jadi dia terpaksa pulang terlambat.

"Aku duluan ya Fa," ujar Fina.

"Iya Fin, hati-hati ya," balas Syafa yang diangguki oleh Fina.

"Kami duluan ya Fa," ujar beberapa karyawan lainnya.

Syafa menanggapi dengan senyuman.

Setelah selesai bersiap-siap, Syafa pun langsung keluar dari kantor dan masuk kedalam mobilnya. Syafa mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Hari sudah gelap, karena memang hari sudah hampir malam.

Namun Syafa merasakan ada yang aneh dengan mobil nya. Ia pun turun dan melihat apa yang terjadi. Dan benar saja, ban mobilnya bocor.

"Aduh, gimana ini. Mana disini sepi banget lagi," ujar Syafa yang bingung harus melakukan apa.

"Kalau kayak gini, gimana caranya aku mau pulang."

Syafa teringat sesuatu. Ia pun mengambil ponselnya di dalam mobil dan berniat untuk menelpon sopir nya.

"Yah, baterainya habis lagi." Syafa menghela napasnya. Syafa pun terlihat celingukan kesana-kemari untuk melihat jika ada orang lewat disini.

Namun Syafa sama sekali tidak melihat adanya tanda-tanda orang yang lewat.

Syafa memijit kening nya. Ia bingung memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang.

Dari jauh, terlihat sebuah sinar yang berasal dari mobil seseorang. Syafa pun langsung berupaya menghentikan mobil orang tersebut agar bisa membantu nya.

"Pak! Tolong berhenti pak!" teriak Syafa sambil melambaikan tangannya kearah mobil tersebut.

Mobil itu pun langsung berhenti tepat di dekat Syafa berdiri. Syafa pun bernapas lega, setidaknya masih ada orang yang bisa membantu nya.

Mobil tersebut sudah berhenti, tapi pemilik nya belum juga menampakkan dirinya keluar dari mobil.

Syafa pun mengetuk kaca tersebut. " Pak! Bisa bantu saya pak? Mobil saya bocor apa bapak bisa bantu saya buat ganti ban serep nya?" tanya Syafa seraya terus mengetuk kaca mobil tersebut.

Tak lama setelah itu, terlihat si pemilik mobil tersebut keluar dari mobilnya.

Tampak seorang laki-laki tinggi, tegas dan tentunya tampan keluar dari mobil tersebut.

Orang itupun menoleh ke arah Syafa.

Saat orang tersebut berbalik arah ke arah Syafa, Syafa pun langsung membulatkan matanya.

"Ka...kamu," ujar Syafa terbata. Sungguh kondisi saat ini sangat tidak mendukung untuk nya.

"Nga... ngapain ka...kamu disini?" tanya Syafa. Orang pun tersenyum pada Syafa. Lebih tepatnya memberikan senyum devilnya.

"Seperti nya kita emang di takdirkan untuk bertemu." Dia pun tersenyum sinis. Laki-laki itupun berjalan mendekati Syafa.

Melihat itu, Syafa semakin cemas dan memundurkan langkahnya.

"Kenapa? Kamu takut sama saya?"

"Mau ngapain kamu?!"

"Mau bermain sama kamu, sayang."

"Gak usah panggil saya sayang! saya bukan kekasih kamu!" balas Syafa.

"Oh, jadi gitu. Bagaimana kalau kamu jadi kekasih saya saja? atau kalau tidak, jadi istri saya saja langsung." Lelaki itupun kembali menampilkan senyum devilnya.

Ya Allah, tolong bantu selamatkan Syafa dari laki-laki bejat ini. Doa Syafa dalam hati.

Sungguh, Syafa benar-benar merasa takut. Ia takut kejadian beberapa tahun lalu terulang lagi. Tak terasa, air mata Syafa mengalir di pipinya.

"PERGI KAMU! JANGAN PERNAH GANGGU SAYA LAGI!" Teriak Syafa.

"Jangan teriak-teriak gitu, sayang. Santai aja," ujar laki-laki tersebut dan ingin membelai pipi Syafa. Namun gadis itu dengan cepat mencekal tangan pria tersebut.

"Jangan berani sentuh saya!" Peringat Syafa. Pria itu pun langsung tertawa keras.

"Kamu pikir saya takut dengan ucapan kamu itu? Hahaha." Pria itupun kembali tertawa.

Seseorang tolong selamatkan aku.

Syafa tersentak ketika tiba-tiba tangannya ditarik dengan kasar oleh pria itu.

"Lepasin! Lepasin tangan saya!" Syafa mencoba memberontak. Tapi percuma saja, tenaga pria itu tidak sebanding dengan tenaganya. Syafa terus saja ditarik oleh pria itu menuju mobilnya. Ia pun memaksa Syafa untuk masuk kedalam mobilnya. Namun Syafa terus saja memberontak membuat pria tersebut mendorong tubuh Syafa dengan keras kedalam mobilnya.

Namun, setelah pria itu mendorong Syafa dengan kasar, seseorang memukul nya dari belakang. Seketika tubuh pria itu langsung tersungkur ke tanah karena menerima serangan mendadak tersebut.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Marrying With CEO   Part 23

    "WHAT!" Teriakan seseorang itu mampu mengalihkan seluruh pandangan mata orang-orang yang ada disana, tak terkecuali Devan dan Syafa.Orang tersebut yang tak lain adalah Rendra hanya cengar-cengir saja mendapat berbagai tatapan dari orang-orang yang mendengar teriakannya tadi. Kemudian, dia pun duduk di samping Devan."Itu tadi gue gak salah dengar kan, Van. Lo bilang Syafa cantik? wah-wah, untuk pertama kalinya seorang Devan muji cewek." Rendra bersorak gembira. Lain dengan Devan yang hanya menatapnya datar sedangkan Syafa hanya tertunduk malu."Ngapain Lo kesini? gangguin orang aja Lo," ujar Devan datar."Ya elah, jadi Lo secara tidak langsung ngusir gue nih? Oke, fine. Gue pergi sekarang." Rendra pun hendak berdiri dari duduknya karena kehadirannya dianggap mengganggu orang yang sedang pacaran."Eh, pak Rendra gak usah pergi. Gabung aja makannya sama kami disini," ujar Syafa yang menghentikan gerakan Rendra.Rendra pun tersenyum jahil kear

  • Marrying With CEO   Part 22

    "Minggu depan kita nikah!"Devan pun langsung pergi dari sana setelah mengatakan empat kalimat yang sukses membuat Syafa melebarkan matanya."Loh, pak Devan jangan seenaknya gitu dong!" ujar Syafa sedikit berteriak, namun devan tak mengindahkan teriakan nya tersebut.Sedangkan Aurel sudah menahan ketawanya melihat wajah kesal milik Syafa."Udah, kak. dengerin aja ucapan kak Devan itu, karena ini semua sudah di rencanakan dari lama sama kak Devan," ujar Aurel yang masih terkekeh geli."Maksud kamu?" Syafa masih belum paham dengan apa yang di bicarakan oleh Aurel tersebut.Aurel berusaha meredakan tawanya."Sebenarnya, kak Devan itu udah lama ngerencanain buat melamar kak Syafa," ujar Aurel lagi. Lagi-lagi Syafa membulatkan matanya. Sedangkan Aurel juga ikut pergi meninggalkan Syafa yang masih tidak percaya dengan semua ini.***Syafa begitu tidak bisa tidur

  • Marrying With CEO   Part 21

    Aurel berniat untuk mengunjungi rumah Syafa untuk sekedar pergi main saja.Setelah Aurel mendapatkan izin dari Devan, dia pun langsung pergi menuju rumah Syafa. Namun anehnya, Aurel melihat rumah Syafa sangat sepi.Biasanya akan ada beberapa asisten rumah tangga yang membersihkan bagian luar rumah Syafa saat jam segini. Tapi sekarang Aurel tidak melihat siapapun.Aurel pun memilih untuk mengetuk pintu rumah Syafa. Tapi sayangnya, tidak ada jawaban dari dalam. Aurel pun mengira kalau Syafa sedang tidak ada di rumah.Ketika Aurel hendak berbalik, tiba-tiba Aurel mendengar suara teriakan dari dalam."Itu bukan nya suara kak Syafa, ya?" tanya Aurel pada dirinya sendiri.Aurel kembali mendengar suara Syafa. Aurel pun memutuskan untuk masuk kedalam rumah Syafa tersebut yang untungnya tidak di kunci.Aurel langsung mencari keberadaan Syafa ke kamar nya.Sesampainya Aurel Susana,

  • Marrying With CEO   Part 20

    Selama perjalanan menuju rumahnya, Syafa hanya diam saja. Lebih tepatnya menangis dalam diam.Dia sungguh tidak menyangka dengan semua kenyataan ini. Ternyata ayahnya punya istri lain selain ibunya, dan juga punya anak dari wanita itu.Dan itu berarti Nathan itu adalah saudara Syafa juga. Syafa hanya diam saja memikirkan nya. Sesekali dia mengusap air matanya yang terus saja jatuh di atas pipi nya. Tidak ada percakapan diantara Syafa dan Devan selama di berada di dalam mobil.Mobil yang di kendarai Devan pun masuk ke halaman rumah Syafa. Mereka berdua pun langsung turun."Makasih pak, sudah mengantarkan saya pulang," ujar Syafa."Sama-sama," jawab Devan."Bapak bawa mobil saya saja kalau mau pulang, soalnya mobil pak Devan gak disini kan," tawar Syafa pada Syafa."Gak usah, sopir saya sudah mengantarkan nya.""Yaudah, kalau gitu saya masuk dulu pak," pamit Sya

  • Marrying With CEO   Part 19

    "hallo calon nyonya Pramana," teriak seseorang ketika Syafa baru saja duduk di meja kerjanya.Syafa hanya memutar matanya malas ketika mendengar suara cempreng Dewi tersebut."Apa sih, Wi. Berisik tau gak," ujar Fina kesal yang sudah mewakili Syafa."Tau tuh," ujar Rianti juga.Sedangkan Dewi tidak menghiraukan kekesalan mereka."Eh, tangan kamu kenapa, Fa? Luka?" tanya Fina setelah melihat tangan Syafa yang di perban."Iya, tapi cuma luka dikit kok," jawab Syafa."Tapi kenapa kamu bisa luka kayak gini sih? Bukanya kalian tadi pergi keluar bareng ya?" tanya Rianti."Iya, tapi tadi ada orang yang gak sengaja goresin pisau di tangan aku," ujar Syafa menjelaskan kepada mereka. Fina dan Rianti pun mengangguk paham. Setelah itu mereka pun kembali mulai bekerja.***Syafa sedang mengendarai mobilnya menuju rumah. Namun keti

  • Marrying With CEO   Part 18

    "Kok Syafa kok kelihatan dekat gitu ya sama adiknya pak Devan, padahal kan nona Aurel baru pertama kali mampir ke kantor setelah Syafa kerja disini," ujar Fina pada Rianti."Benar juga. Sepertinya ada udang di Balik batu nih," balas Rianti juga."Aku sih juga mikir gitu.""Hayoooo, ada gosip apaan nih?" Suara Dewi si ratu gosip di kantor ini terdengar begitu memekakkan telinga.Fina hanya memutar matanya malas, sedangkan Rianti sudah menatap Dewi tajam."Ngapain kalian natap aku kayak gitu?" tanya Dewi seperti orang yang tak berdosa saja."Bisa gak sih kamu itu sehari saja gak usah bikin telinga kita ini jadi budeg," ujar Fina kesal."Gak bisa.""Terserah kamu aja Dewi, terserah." Fina dan Rianti pun hanya bisa pasrah dengan tingkah gila teman nya yang satu itu.Kemudian, mereka pun kembali bekerja. Mereka tidak mau ikut-ikutan nambah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status