Home / Romansa / Mas, Nikah, Yuk! / 1. Mas, Nikah Yuk!

Share

Mas, Nikah, Yuk!
Mas, Nikah, Yuk!
Author: Ana HR

1. Mas, Nikah Yuk!

Author: Ana HR
last update Last Updated: 2025-06-13 17:16:15

"Kak bangun!"

Devita masih tak mau membuka matanya. Perempuan berpiyama motif beruang itu justru semakin menenggelamkan wajahnya ke guling yang ia peluk. Semenjak resign dari pekerjaannya sebagai editor di salah satu kantor berita. Perempuan itu jadi malas bangun pagi.

"KAKAK!!" teriak Guntur—adik dari Devita. Laki-laki itu bahkan sudah menggoyang-goyangkan lengan kakaknya. Namun, sayang sang kakak tak kunjung bangun.

"Gue sleding pala lo tahu rasa, yah!" ancam Guntur yang sudah bersiap-siap.

Devita langsung bangun. Namun, matanya masih sedikit terkantuk-kantuk. Ia melirik Guntur yang berkacak pinggang di samping kasurnya. "Udahh sana pergi!" usir Devita seraya mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh Guntur keluar.

"Gak tahu diri!" desis Guntur, setelahnya laki-laki berseragam putih abu itu keluar dari kamar sang kakak dengan menghentak-hentakkan kakinya kesal.

Devita mengembuskan napasnya pelan. Perempuan itu bersyukur tubuhnya langsung refleks bangun begitu mendengar ancaman dari Guntur. Pasalnya laki-laki yang sekarang menduduki bangku kelas XI SMK itu tidak pernah main-main dengan ancamannya. Devita ingat ia pernah disiram air es oleh Guntur, pernah juga tubuhnya dibungkus pake selimut seperti lontong, setelahnya tubuh Devita digulingkan ke bawah membentur lantai. Sekejam itu memang adiknya.

Devita bergidik membayangkan kejadian itu. Perempuan berpiyama beruang itu membuka gorden yang menutupi jendela. Sehingga cahaya matahari menembus jendela dan tepat menimpa tubuhnya, membuat Devita silau karena cahaya itu.

"Vi, ayo sarapan!" teriak Tita—Mamanya.

"Iya, Ma."

"Kalau lama mama suruh Guntur ke sana!" ancam Tita.

"Iya-iya, Ma. Ini mau sarapan kok!" balas Devita bergegas keluar dari kamarnya. Tak peduli dengan rambut sebahunya yang acak-acakan. Ia tak sempat menyisir rambutnya.

Devita duduk di kursi samping Guntur. Laki-laki itu makan sambil memainkan HP-nya. Devita mendelik. "Jangan main HP! Makan yah makan aja!" peringat Devita.

"Dih, suka-suka gue, dong. Wong mama aja gak larang! Gue main HP juga ada hal penting, yah." Guntur menyuapkan nasi goreng ke mulutnya. Lantas meletakkan HP-nya ke dalam tas.

Devita sendiri sibuk mengambil nasi goreng. Setelah siap, wajah Devita mendadak cemberut.

"Kenapa?" tanya Burhan—ayahnya.

"Ini kok ditambahin sosis, sih. Aku 'kan gak suka," protes Devita seraya mendorong piringnya menjauh.

Guntur yang melihat itu langsung menarik piring milik Devita. Menyendokkan nasi goreng di piring Devita ke mulutnya. Sontak perilaku Guntur membuat Devita melayangkan pukulannya bertubi-tubi.

"Jangan ribut!"

"Devita! Guntur!"

Namun, kakak beradik itu tidak mendengar. Seolah teriakan dari kedua orang tuanya hanya angin lalu. Bahkan sekarang mereka malah melakukan perang sendok.

Sampai suara gebrakan meja membuat Devita dan Guntur terkejut. Dan momen itu membuat sendok milik Devita jatuh, karena Guntur bisa mengambil kesempatan.

Guntur bangkit. "Yey menang!" teriaknya sambil jingkrak-jingkrak.

Devita yang melihat kelakuan Guntur hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tak paham. "Bocah!" ledek Devita.

"Situ juga bocah, wle," ledek Guntur balik.

Guntur buru-buru menyalimi tangan ayah dan mamanya. Setelahnya melesat pergi secepat kilat sebelum sendok digenggaman Devita melayang dan membentur kepalanya.

"Cupu! Huu ...."

Tita menggeleng-gelengkan kepalanya. "Udah umur 25 tahun masih aja kayak bocah."

"Cepet nikah gih!" suruh Tita membuat Burhan berdehem.

Devita mendengus kesal jika sudah terjebak dalam topik pembicaraan soal pernikahan. Menyebalkan.

💐💐💐

Devita rasanya ingin menjitak kepala Mely. Demi apapun ia memang sengaja tidak mau menghadiri pernikahan Farhan, mantannya. Meski diundang. Tapi, perempuan itu justru memaksanya dan menuding dia gagal move on. Padahal bukan, Devita hanya malas saja bertemu wajah mantannya itu.

Perempuan itu memasang tampang malas begitu turun dari motor Mely. Perempuan bersurai sepinggang itu menarik tangan Devita untuk segera mampir ke pelaminan. Sudah ada banyak orang yang berderet bersalaman dengan sang pengantin tak lupa ucapan selamat dan doa dilontarkan.

"Selamat, yah atas pernikahannya," kata Devita sembari bersalaman dengan Gita. Perempuan itu memberikan sebuah amplop berisi uang ke tangan Gita.

"Kapan nyusul, Vi?"

Devita tersenyum semanis gula guna menutupi kekesalannya. Walau bagaimana pun Devita peka kalau Gita berniat menyindirnya hanya karena belum menikah. "Tahun depan kali."

"Wah ditunggu undangannya."

Devita tak menanggapi. Ia segera beralih ke hadapan Farhan, mantannya. Namun, perempuan berkerudung tosca itu hanya menangkupkan tangannya di depan dada.

Mely menarik Devita menuju parasmanan. Namun, Devita menolak. "Gue pengen balik aja, deh."

"Eh ... jangan sia-siain loh. Ada sambal goreng kentang kesukaan lo."

"Di rumah juga ada."

"Ada kerupuk udang jugaa."

Mata Devita berbinar. "Ayo makan!"

Devita dan Mely akhirnya memutuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum pulang. Godaan makanan memang tak pernah gagal.

"Cobain dating app deh, biar minimal lo punya pasangan. Gak langsung nikah juga gak papa. Yang penting ada gandengan," kata Mely disela-sela mereka makan.

Mata Devita mendelik tajam. Mood makannya mendadak hilang. "Gue gak seputus asa itu ya!" seru Devita kesal.

Sudah cukup ia terpaksa resign dari kantornya karena malas berurusan dengan sang mantan yang adalah pimpinan redaksi, dipaksa menghadiri nikahan mantan, tambah ditanya kapan nikah oleh Gita. Sekarang Mely memberi saran yang konyol.

"Jangan emosi dulu, soalnya gue ketemu Faiz, tunangan gue di dating app. Lo coba deh, udah gue kirim tautannya."

"Gak perlu."

"Gue kasian lo ngejones."

Devita mendelik. "Enak aja!"

💐💐💐

Devita meletakkan HP di sampingnya. Ia memejamkan matanya sesaat. Memikirkan saran dari Mely yang terkesan menggelikan. Lagi pula untuk apa ia mencari pasangan lewat aplikasi? Konyol sekali.

Namun, Devita saat ini sedang putus asa. Ia sudah muak dengan semua pertanyaan itu. Akhirnya perempuan itu iseng mengunduh aplikasi itu di play store.

Selesai diunduh. Devita langsung membuka aplikasi itu dan mulai mengisi data diri seperlunya. Lantas ia menekan icon tambahkan teman. Ia menambahkan teman secara acak. Berikutnya ia menekan icon bertuliskan 'pasangkan'

Muncul icon bulat di layar HP-nya menunjukkan foto profilnya yang kosong.

Tring!

Dipasangkan!

Devita-Alby

Devita memberanikan diri mengechat orang bernama Alby itu. Ia menekan foto profil Alby dan beralih menekan kirim pesan.

Alby

Online

Devita : [Hei, gue Devita salken]

Alby : [Haii, gue Alby. 28 thn]

Devita : [Mas nikah yuk!]

Begitu sadar dengan kelakuan konyolnya, Devita langsung melemparkan HP-nya ke sembarang arah.

"AAAAA!!" teriak Devita refleks melemparkan HP-nya ke sembarang arah. Untungnya HP tersebut tidak jatuh ke lantai.

"Dasar gila!!" rutuk Devita dengan kaki yang bergerak-gerak heboh dikasur. Menutupi wajahnya yang memerah malu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mas, Nikah, Yuk!   19. Gara-Gara Mantan

    "Selamat ya ... atas pernikahannya bestie," kata Devita ketika perempuan itu bersalaman dengan Mely di atas pelaminan ditemani oleh Alby tentunya. "Thanks bestiee." Sesaat keduanya berpelukan. Mely berbisik pelan di samping telinga Devita ketika keduanya masih berpelukan. "Ada mantan lo tahu."Seketika Devita melepaskan pelukannya. "Serius lo?!" Perempuan itu menatap Mely nyaris seperti melotot. Membuat Mely menepuk keras bahu sahabatnya agar tahu situasi. Sebab ekspresi perempuan itu mengundang rasa penasaran beberapa orang termasuk Alby. Mely tertawa pelan. Bukannya menjawab pertanyaan dari Devita, perempuan itu justru mendorong sahabatnya ke arah Alby. "Bawa istri lo deh sebelum dia bikin keributan." Alhasil Alby menarik Devita menjauh. Meski perempuan itu sempat berontak dan nyaris tersandung gara-gara tak mengikuti ritme langkah kaki suaminya. "Ngomongin apa?" tanya Alby dengan tatapan menyelidik setelah keduanya berhenti disudut tempat duduk yang agak sepi. "Gak ada, bia

  • Mas, Nikah, Yuk!   18. Katanya Gak Ngambek

    "AC-nya kecilin, Ta," kata Alby laki-laki itu tampak membungkus tubuhnya dengan selimut. Sedangkan Devita sedang memegang remote AC sambil berdiri di sisi kasur. Bukannya mendengarkan, perempuan itu justru menaikkan suhu AC. Alby keluar dari selimut. Laki-laki itu melangkah menghampiri sang istri. Hendak mengambil remote AC. Tetapi, sayangnya Devita sudah lebih dulu menyadari kehadiran sang suami. Sehingga ia bisa dengan cepat menghindar. "Ta! Kecilin." "Gak mau. Gerah tau." Alby berlari mendekati Devita. Perempuan itu dengan cepat menghindar. Ia bahkan berlarian sampai melintasi atas kasur, atas kursi, lompat bahkan membelokkan arah agar tak tertangkap. Sedangkan Alby tampak greget sendiri. Laki-laki itu dengan cepat mengejar langkah pendek istrinya. Tangan besarnya berhasil menangkap Devita. Ya, lebih tepatnya memeluk perut istrinya dari belakang. Membuat Devita memberontak. Berusaha untuk menyembunyikan remote AC itu. Sampai tangannya ia rentangkan ke atas berha

  • Mas, Nikah, Yuk!   17. Ketahuan!

    "Mas gak jadi makan siang bareng. Aku mau ke sekolah Guntur," kata Devita ketika keduanya berada dalam satu mobil hendak menuju ke tempat makan. "Yaudah aku anterin." Devita hanya mengangguk saja. Perempuan itu mengalihkan pandangan ke arah luar jendela. Meski begitu, Alby tahu istrinya terlihat cemas. "Masalah apa?" tanya Alby tak tahan dengan keterdiaman Devita. Helaan napas berat terembus. "Aku gak tahu. Guntur itu bukan tipikal anak yang neko-neko. Makanya aku kaget karena ditelepon guru katanya Guntur ada di ruang kepala sekolah." Devita memijat pelipisnya. "Aku coba tanyain ke dia lewat chat juga gak dibales, cuma suruh cepet aja." Alby membelokkan setirnya menuju sekolah Guntur. "Yaa ... namanya masa-masa labil gini. Mas juga dulu gitu kok. Yang penting, kamu tanya baik-baik dulu aja. Jangan langsung ditodong kayak kriminal." Kali ini Devita mengangguk. Meski tetap saja mulutnya tak tahan ingin mengomeli Guntur. Pasalnya sebentar lagi adiknya itu kelas dua bel

  • Mas, Nikah, Yuk!   16. Password WiFi

    Dalam seminggu setidaknya ada satu hari Alby tidak kerja. Laki-laki itu menetapkan hari minggu sebagai libur sekaligus quality time bersama dengan Devita. Kalau saat lajang dulu laki-laki itu akan nongkrong atau cari mangsa baru untuk dijadikan kekasih. Alby yang masih mengenakan kolor dan tak memakai baju keluar dari kamar. Ya, lagi-lagi ia ketiduran sehabis shalat subuh. Barusan ia terbangun gara-gara mendengar suara orang bilang kebakaran yang ternyata itu cuma alarm! Sudah pasti ulah dari Devita. Alby celingak-celinguk mencari keberadaan Devita. Sampai ketika kakinya menapak pada halaman belakang rumah barulah laki-laki itu melihat Devita sedang sibuk dengan tanaman. Menyadari kehadiran Alby, Devita sama sekali tidak berbalik. Perempuan itu justru sibuk mencabut rumput. "Ayo bantu beres-beres." Alby tak memakai sandal. Kaki tanpa alasnya menapaki halaman belakang yang dialasi oleh rumput jepang. Laki-laki itu mendekati Devita. Lalu berjongkok di sebelahnya. "Astaghfi

  • Mas, Nikah, Yuk!   15. Kode

    "Mama kalau mau datang harusnya bilang-bilang. Ya Allah kaget aku," kata Devita ketika mempersilakan Tita, sang mama untuk duduk di kursi ruang tamu. Devita mengambil tempat duduk di seberang. Perempuan itu masih merapikan sejenak tatanan rambutnya yang hanya dijedai asal. Tita melihat penampilan putrinya lekat. "Baru bangun apa gimana?" "Ya gaklah, Ma. Aku udah bangun dari subuh. Lanjut beres-beres sama siapin keperluan Mas Alby juga. Ini ... belum sempet mandi karena baru banget selesai beres-beres. Mama jangan bandingin aku sama kebiasaan pas belum nikah. Aku juga bisa berpikir lebih dewasa kok." Tita mengangguk-anggukkan kepalanya. Dalam hati merasa cukup bangga karena anak perempuannya bisa beradaptasi dengan baik. Apalagi sekarang statusnya sudah menjadi seorang istri. Bukan lajang lagi. "Mama kesini karena mau mastiin keadaan kamu aja, seminggu gak ada kabar dan gak main pula," sindir Tita sembari mencomot salah satu kue ditoples. Devita nyengir. "Maaf, Ma lup

  • Mas, Nikah, Yuk!   14. Playboy Insyaf

    "Gue gak expect sebenernya sama lo yang tiba-tiba nikah sama cewek dari dating app. Gue kira malah lo cuma mau kayak biasanya," kata Cakra sembari menyesap kopinya. Mereka saat ini sedang berada di warung tempat biasa nongkrong. Alby menatap langit yang berubah senja. Tawanya mengudara. "Pada awalnya gue gak dengerin kata-kata lo yang nyuruh tobat dan bener-bener serius sama satu cewek. Tapi, pas lo saranin dating app, gue coba dan langsung klik sama satu cewek. Gue sih iseng ya pada awalnya karena tiba-tiba Devita ngajak nikah." Cakra nyaris menyemburkan kopinya. Laki-laki berkaus hitam itu menatap Alby serius. "Asli? Jadi, Devita duluan yang ngajak?" Alby mengangguk. "Iya, giliran pas ketemu langsung baru deh jatuh cinta." Cakra mencibir. "Bukan baru jatuh cinta namanya. Itu mah cinta lama bersemi kembali." Lagi, Alby tertawa. "Ya, dari situ gue bener-bener lakuin segala cara buat gak ngelepasin dia dan kayaknya takdir berpihak sama gue. Apalagi pas gue tahu temennya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status