Share

Kerudung Fatma yang Basah

Sore hari, belum ada tanda-tanda Fatma akan datang. Padahal sebentar lagi Mas Sabil pulang kerja. Ini membuatku cemas.

Sementara Bulek sibuk memasak untuk makan malam di dapur, siapa yang akan membantuku nanti kalau kembar terbangun. Aku tak ingin memperdengarkan suara tangis mereka pada suami. Dia pasti lelah pulang kerja, dan tangis dua bayi itu pasti membuatnya stress.

"Assalamualaikum." Terdengar suara merdu Fatma di depan. Derap langkahnya semakin mendekat ke kamarku.

Fatma akhirnya datang. Aku tersenyum lega menyambutnya. Gadis itu kemudian meletakkan barang-barang pesananku di pojok kamar. Lalu .meletakkan cemilan di nakas yang bisa kujangkau.

"Maaf, ya. Mbak. Lama. Apa kembar rewel?" tanyanya.

"Oh, nggak Fatma. Alhamdulillah dibantu Bulek jadi ada yang bantu diemin. Oya, apa tadi hujan? Kenapa kerudung kamu basah, Fat?"

"Oh, ini. Aku keringetan aja Mbak. Muter-muter pasar. Hehe." Wanita itu memegangi kerudungnya.

Aku manggut-manggut. "Syukurlah. Aku takut kamu sakit karena kehujanan."

"Oya kalau gitu aku pamit ke dapur, bantu Ibu. Nanti kalau ada apa-apa panggil aku aja."

"Ya, makasih." Senyumku terkembang. Ku perhatikan gadis yang punggungnya menjauh itu.

Gadis yang dulu masih anak-anak, kini telah dewasa. Tapi kalau dipikir, tubuhnya berbeda jauh dari setahun lalu terakhir kami bertemu. Lebih berisi dan ... kenapa bagian dadanya terlihat sama denganku yang sedang menyusui? Atau ... Karena memang postur seseorang bisa berubah? Padahal sudah melewati masa pubertas.

Ah, entahlah. Kenapa aku sibuk menilai fisiknya. Mungkin karena dia makannya lebih banyak, jadi BB nya pun naik.

Kuraih cemilan di nakas yang Fatma belikan. Sekitar sepuluh menit, Mas Sabil datang.

Aku pun meletakkan cemilan itu, dan bersiap menyambutnya dengan senyuman. Anak-anak juga masih pulas. Semoga setelah ini, pria itu tak lagi marah-marah seperti sebelumnya.

"Assalamualaikum." Mas Sabil masuk ke dalam kamar.

"Waalaikumsalam."

Aku tersenyum. Namun, senyum itu memudar saat melihatnya terlihat segar. Sangat berbeda dari biasanya.

"Apa kamu habis mandi, Mas? Kok rambutmu basah?" Aku bertanya begitu, karena pakaiannya tak basah dan hanya rambutnya saja.

"Ahm, i- iya." Pria itu menjawab ragu. Sejak kapan dia bisa terlihat tak enak begitu di depanku.

Aneh sekali, apa ini kebetulan? Fatma dan Mas Sabil datang hampir bersamaan dan dua-duanya .... Ish mikir apa, sih aku?!

Next?

Kalau ramai kita lanjut. 😀

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yenny
yess plot twist nya seru..lanjut dan satu germ buat author
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status